بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ [المؤمنون
“Tatkala datang pada salah seorang mereka kematian, barulah ia menyesal dan berkata: “Tuhan kembalikanlah aku hidup semoga aku dapat beramal sholeh yang dahulu kutinggalkan, sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah ungkapan penyesalan yang tak berguna, sementara di belakang mereka ada dinding pembatas untuk kembali ke dunia hingga datangnya hari mereka dibangkitkan.”
(QS. Al Mu'minuun (23) : 99-100)
🌷🌷🌷
.
Happy reading ❤
Mari kita doakan bersama para silent readers segera bertaubat.
Air mukaku langsung berubah masam, semasam jeruk nipis yang masih muda. Ternyata berharap terlalu manis tidak terlalu baik jika nyatanya pahit, itu sebabnya kita dianjurkan untuk membayangkan yang pahitnya saja sebelum menerima kenyataan. Mengapa? Karena jika sebelumnya sudah membayangkan yang pahitnya, tidak akan terlalu sakit jika nyatanya memang pahit. Namun, jika yang dibayangkan manisnya sedang nyatanya pahit, itu kenyataan pahitnya bisa bertambah berkali-kali lipat seperti menelan empedu.
"Kamu belajar dari mana memasak ini?" tanyanya setelah minum dua gelas menandakan bahwa masakanku benar-benar tidak enak. Ia juga tidak menghabiskan semuanya. Suami yang tidak punya perasaan!
"Youtube," jawabku singkat dengan nada kesal.
Dokter Dhanu berdiri, lalu menggenggam tanganku. "Yuk," ajaknya.
Aku terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba. "Eh, mau kemana?" tanyaku.
"Belajar masak sama saya," jawabnya, aku mengikuti dari belakang. Ia memakai celemek, lalu mengambil celemek satu lagi bergambar kotak-kotak warna biru dan memakaikannya untukku. Aku kembali terbelalak oleh sikapnya yang tiba-tiba itu, dia mengikat tali di bagian belakang.
Dokter Dhanu mengambil beberapa bahan dari kulkas. "Kita akan masak omelet sayur. Ini bukan tentang hebatnya masakan yang dimasak, namun karena masih belajar, setidaknya ini sebagai tahap pengenalan kamu pada alat-alat dapur dan juga kompor," katanya sambil mengambil mangkuk.
"Alya udah kenal sama wajan, kompor, sutil, semuanya!" tuturku jutek.
"Terserah. Langkah pertama siapkan semua bahannya. Mulai dari wortel, kol, sawi, telur, bawang merah, bawang putih, merica dan sawi hijau. Kamu siapkan semuanya," kata Dokter Dhanu memerintah.
"Alya yang nyiapin?" tanyaku polos. Sebagai pemula, tentu tugasnya hanya memperhatikan. Setelah itu baru praktek.
"Iyalah, saya yang pandu kamu," jawabnya santai.
Aku langsung menyiapkan semuanya tanpa membantah lagi, sebagai murid yang baik. Agar ilmu yang diberikan oleh guru masuk ke otak, jangan pernah membantah perintahnya. Itu kata umi dulu, dan saat ini Dokter Dhanu sebagai guruku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Hati (Terbit)
RandomSetiap orang punya porsi kebahagiaannya masing-masing. Katanya, kebahagiaan akan menghampiri setelah badai datang menerjang diri. Pada akhirnya akan bahagia meski banyak proses yang dilalui. Tapi aku merasa porsi kebahagiaanku tidak sesuai. Mungkin...