I. Manor Cherilyn (Start)

1.8K 120 29
                                    

ѕєℓαмαт ∂αтαηg ∂ι gαяιѕ ѕтяαт
тє¢ 4!
|•|•|•|

Sharley menatap manor keluarga Cherilyn yang sudah ditinggalkan sejak lama. Manor itu terbengkalai di sebuah lembah sebelah barat kota. Hamparan rumput hijau kini telah menguning. Pohon-pohon menjatuhkan daun kuning agak kemerahan mereka. Suhu menurun sejak tadi pagi, yang mengharuskan Sharley mengenakan jaket tebal berbulu.

Musim gugur kali ini dia menginjak Tahun Kedua di Akademi Mavexy. Sementara Cleon di Tahun Ketiga dan sangat disibukkan kegiatan eskul yang memadat. Terkahir kali Sharley melihatnya kemarin malam, ketika lelaki itu baru kembali dari ruang eskulnya.

Akhir-akhir ini, ia susah menemui Cleon di tengah-tengah kesibukan. Beruntungnya Asher mudah ditemui dan tak sesibuk Cleon. Ia memang bukan pacar yang selalu siap sedia dua puluh empat jam, tapi Asher hampir selalu ada ketika Sharley butuh. Kenapa hampir? Dia 'kan pangeran, tentu saja memiliki tugas yang banyak sehingga tak mungkin mengurus Sharley saja.

Gadis bersurai cokelat itu memperhatikan manor yang sangat kotor dan halaman yang tak terawat. Sudah bertahun-tahun ditinggal, tak ada yang mengurusnya lagi. Sementara hanya itu aset yang dimiliki Cherilyn karena semua dialihkan ke Adonnis.

Sharley tak peduli. Aset-aset itu banyak, lebih baik keluarga Adonnis yang mengurusnya. Ia bisa menjual manor itu, mendapatkan banyak uang karena manornya mewah, tapi ia lebih memilih menelantarkannya. Biarkan kenangan-kenangan di dalam sana tetap tersimpan tanpa pernah terjamah atau tersingkir oleh benda lain.

Gadis itu menyeringai. Barangkali ia telah membuat kedua orang tua angkatnya marah di alam sana.

"Oh, jadi ini manor tempatmu tinggal? Berbeda dengan ingatanku, ya?" Seseorang bertanya, merapatkan sarung tangan dan syal rajut di leher––benda buatan Sharley setelah berhari-hari berkutat dengan alat rajut. Ia tak pintar dalam merajut, tapi melihat hasil karyanya, itu cukup bagus.

Ia berpikir akan membuat rajutan lagi nanti jika ada waktu luang.

Tiupan angin memainkan surai cokelat yang mirip dengan Sharley. Belakangan ini, rambut lelaki itu tak dicukur. Malas. Mata ungu jernihnya memperhatikan sekitar dengan jeli, seperti cheetah melihat mangsa dari kejauhan. Bibirnya pecah-pecah karena kurang minum dan kulitnya sewarna porselen. Sharley mirip dengannya, tapi tampak sama sekali lain juga.

Sharley menggigil. Angin dingin membuat bulu kuduknya berdiri. Ia tersenyum pada Papanya. "Papa 'kan melihat manor ini bertahun-tahun yang lalu. Ketika aku masih tinggal di sana. Setelah itu, kuyakin Papa tak pernah melihatnya lagi."

Rezvon Clarrie Alerian tersenyum kaku. Itu benar. Dia tak sudi melihat tempat yang membuat masa kecil anaknya hancur. Kalau bisa mengulang waktu, mungkin dia bakal menghajar dua orang tak becus itu.

"Ayo ke sana!" Rezvon mengulurkan lengan, Sharley melingkarkan tangan di sana. Kedua Alerian itu berjalan santai, menikmati akhir pekan di mana libur sekolah dengan mengunjungi rumah lama Sharley. Hanya berdua.

"Tempat ini hanya membuat mataku sakit," tutur Rezvon. Gadis yang bernama asli Clementine Larayne Alerian itu memutar mata. Ia memasukkan kunci ke lubang, terdengar bunyi klik kecil. Pintu berderit terbuka, bunyi engsel bergesekan begitu keras karena lama tak dipelumas.

Di bagian paling depan manor, terdapat aula beratap kaca, dinding bercat putih kebiruan, tangga berpilin di ujung dengan karpet biru, lampu kandelir yang berkeriut-riut dengan baut berkarat, pinggir-pinggir jendela yang seperti habis terbakar, patung malaikat yang berdiri di antara dua tangga berpilin, dan kain-kain kafan yang menutup benda-benda di tempat itu. Suara gagak memecah dari atap kaca, bertengger dan membuat perasaan jadi tak enak.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang