XXXII. Bangsawan Keji

330 78 8
                                    

Mereka masih cukup jauh dari tempat tujuan. Tak ada yang berbicara selama perjalanan, semuanya diam dan tenggelam dalam renungan masing-masing. Kecuali satu orang, yaitu Rosemary Rai'hau. Gadis itu sejak tadi menggigit bibir, wajahnya mengerut dan terlipat. Tangannya mencengkeram tali kekang kuda dengan erat. Tak ada yang menyadari gerak-geriknya sampai dia berbicara.

"Tuan Putri."

Sharley menoleh, menemukan Rose yang telah berwajah pucat pasi. Dia bertanya-tanya apakah bangsawan itu sakit, karena mereka siap turun dan menyembuhkannya.

"Saya kebelet pipis," kata Rose pelan. Dia sejujurnya malu mengatakan ini, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah kebelet sejak berjam-jam yang lalu, tapi lebih memilih menahannya sampai sekarang.

Sharley mengembuskan napas, lantas terkekeh. Muka Rosemary agak memerah karena reaksi itu.

"Bilang sama dari tadi kenapa sih? Nanti kalau ginjalmu kenapa-napa, kita semua juga yang susah," balasnya.

Rose merengut. "Saya 'kan malu."

Sharley menggeleng-gelengkan kepala karena heran, sejurus kemudian dia mengangkat tangan. Mereka pun langsung berhenti, menatapnya bertanya-tanya. Sejak tadi, tak ada yang menyadari pembicaraan dua gadis tersebut.

Si Putri Alerian menunjuk Rose dengan jempolnya. "Kita turun sebentar, dia kebelet."

"Astaga ...." Zephran mendesah. Yang lain mengangguk.

Mereka berhenti di depan kuil di pinggiran hutan. Tempat itu cukup terisolasi, penduduknya terlalu sedikit dan bangunannya pun terlalu sederhana. Tepat di belakang kuil, terdapat hutan yang rapat dan gelap. Kesannya begitu angker sehingga sebagian dari mereka tak berani mendekat.

Namun, seperti halnya para pria, mereka bakal tertantang dengan hal beginian. Mereka bahkan taruhan siapa yang ketakutan, harus mentraktir yang lain dalam satu minggu.

Saat sampai di kuil, mereka hanya disambut oleh dua pendeta. Sementara yang lain berdoa, Rose pergi ke belakang. Dia sempat kembali karena takut. Ternyata toilet terletak terpisah dari kuil, letaknya di bawah pohon-pohon hutan. Valerie pun menemaninya.

Sharley yang berbeda keyakinan hanya menatap patung dewa dengan datar. Pikirannya tak ada di tempat ini.

"Sejujurnya, Tuan Putri, saya membenci bangsawan."

Perkataan Blaine itu sukses membuat perhatian Sharley teralih. Dia mengangkat alis, tak paham mengapa Blaine berkata demikian. Gadis itu tersenyum tipis, menunduk ke bawah dengan tangan yang masih tertangkup selepas berdoa.

"Kenapa kau memberitahuku hal itu?"

Blaine menggeleng, sama sekali tak paham. "Saya rasa Anda berhak mengetahuinya. Di mata saya, bangsawan adalah sekumpulan orang yang sangat jahat. Mereka hanya memiliki uang dan kekuasaan, tapi mereka tak memiliki otak. Tapi setelah bertemu dengan Anda, saya rasa pikiran saya sama sekali tak benar. Anda tak seperti mereka."

Dulu dia pernah mendapat pengalaman buruk saat dengan mereka.

Seorang bangsawan yang memaksa serikat untuk membunuh warga sipil yang menghinanya. Jika tidak, bangsawan itu akan membuat bangkrut guild. Blaine yang melihat semua itu akhirnya mengajukan diri. Dia mengotori tangannya dengan nyawa dan darah dari orang yang tak bersalah. Dia menyesali itu.

Esmund juga memiliki pengalaman buruk. Ia pernah dipaksa menikah dengan putri bangsawan –– kasusnya sama dengan Asher dulu –– dan mereka akan menjamin kehidupannya. Esmund menolak tawaran, dan tak lama setelahnya putri bangsawan itu hampir melecehkannya. Beruntung ia bisa kabur. Sejak saat itu, ia tak mau berhubungan dengan bangsawan lagi.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang