[Spesial Episode I]

503 90 7
                                    

Cleon menghempaskan badannya ke kasur dan merenggangkan dirinya. Ia menguap lebar, merasakan kantuk menyerangnya lebih cepat. Kasur yang sangat dirindukannya karena tak ada di medan ini membuatnya mendesah lega.

Benar.

Ia baru pulang dari Perang Pyrrhic. Sama seperti yang lain, Cleon tak memiliki waktu untuk istirahat dengan benar selama perang. Hampir setiap malam ia terbangun di tengah malam karena bermimpi buruk. Umurnya baru 18 tahun dan tak pernah benar-benar terjun ke perang. Wajar saja kalau reaksinya begitu.

"Haahhh. Perang yang sangat singkat." Perang Pyrrhic berjalan selama dua minggu saja, tidak sampai memakannya waktu bertahun-tahun. Namun, Cleon tahu betul. Korban di sana, tidak terhitung jumlahnya.

Ia mengenal orang-orang yang gugur. Panglima Lunn, panglima Picot, master  pedang Deon–– ia mengenalnya saat berlatih pedang –– kepala menara penyihir Amelia, dan wakil pimpinan kawanan serigala Cliff. Cliff sendiri dikabarkan koma karena mendapat luka yang teramat serius. Ada banyak kenalan Cleon yang gugur, tapi ia tak menyebutkannya satu per satu. Itu terlalu menyakitkan.

Ia masih tak menyangka akan keputusan Sharley yang memilih mengasingkan diri. Namun, Cleon tahu betul, dibanding mengomentari keputusan itu, ia harusnya selalu mendampingi Sharley. Sekarang kondisi Sharley seperti berada di atas tali. 

Dia membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang disayangi supaya tak jatuh ke dalam depresi berat yang dapat menjerumus ke bunuh diri.

Cleon menggeleng, menyingkirkan pemikiran itu dari benaknya. Ia menutup mata dan menarik selimut, tak lama kemudian mendengkur keras dan menggeliat-liat karena bermimpi dikejar para hybrid.

🌙🌙🌙

"Sharley," panggil Cleon.

Gadis yang kini lebih pucat dan kurus itu berbalik. Cangkir teh lemon di genggamannya diturunkan. Topi lebarnya ditiup angin sepoi-sepoi dari jendela-jendela taman.

Taman kaca besar indoor di kediaman Adonnis mampu memikat pria dan wanita manapun yang datang saat perjamuan. Taman seluas setengah lapangan bola itu menempati bagian tengah kediaman dan memiliki banyak sekali jenis bunga. Bahkan mawar hitam, bunga yang dikenal langka.

Itu bunga kesukaan ayah Cleon.

Lupakan bunga-bunga. Sesosok perempuan yang melepas takhta dan kekuatan di depannya lebih menarik sekaligus tampak menyedihkan.

Ini sudah seminggu. Sharley kehilangan semangat hidupnya. Seringkali pelayan melapor Sharley menangis diam-diam, bermimpi buruk, dan sering melamun hingga berjam-jam. Karena kondisi yang seperti itu, Sharley memilih untuk home schooling. Tak memungkinkan gadis itu untuk kembali ke akademi, presentase bahaya lebih besar jika dia di sana.

Itulah mengapa Cleon dan Asher juga memilih home schooling. Peduli amat dengan rumor dan menjadi bahan gosip. Cleon dan Asher lebih mementingkan pulihnya Sharley. Asher juga bersedia membungkam mulut bangsawan manapun yang menyebarkan rumor buruk dengan sekotak emas.

Sharley tersenyum dengan bibir pucatnya. Ia sudah kembali ke penampilan asli begitu kekuatan penyucian diserahkan pada Luca. Cleon cukup kecewa, padahal penampilan itu amat sempurna, mewah, dan elegan. Semua orang pun akan percaya dewi turun dari langit ketika melihatnya.

Cleon mendudukkan diri ke kursi depan Sharley. Ada dua piring camilan tersaji di meja, keduanya sudah habis setengah. Cleon mendesah. Sharley memang lebih kurus, tapi nafsu makan makanan manisnya tak berkurang. Dari pengamatannya dua hari, nafsu itu bertambah.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang