Rumah kaca Darcy tak seluas rumah kaca Amalith, gadis yang pernah mengundang Sharley dan berujung kejadian percobaan pembunuhan dan Sharley mengamuk sampai melubangi dinding kamarnya. Namun di sini, Sharley merasa sangat sejuk dan damai. Beban tentang Luca mengabur seperti uap kopi di pagi hari. Dia serta-merta tak ingin keluar dari sana dan membawa pulang sebuket bunga mawar yang sangat terawat.
Sharley mana tahan disuruh merawat tanaman. Baru ditanam seminggu, niscaya tanamannya akan layu dan dia bakal mendumel seharian. Mana bisa hidup kalau dia terus lupa menyiraminya dan tanaman memilih mati saja dibanding dirawat gadis tak becus sepertinya.
Drake tak asyik diajak berbicara, humornya rendah. Tyrana kaku. Sharley berusaha memposisikan diri senyaman mungkin dan menikmati hijaunya rumah kaca.
Tatapan Tyrana tertuju pada mawar putih yang tumbuh di sisi barat. Tatapannya sedalaman lautan, seperti mengenang sesuatu yang sudah sangat lama sehingga harus berusaha mengingatnya karena terkubur dalam. Sharley menatap pantulan diri sendiri di teh, dan tersenyum tipis.
"Tuan Muda Drake, katanya kau menyukai teater?" Sebelumnya, Sharley sudah menyiapkan berbagai pertanyaan berdasarkan apa saja yang digemari keluarga Darcy selain bahasan politik.
Drake membelalak, seolah tak percaya ia mengetahuinya. "Benar. Saya paling menyukai teater Dua Serigala Malam dan Pemuda Caobard yang Bijaksana. Kisahnya begitu menakjubkan. Saya biasa menyaksikannya di Rumah Teater Faymage di Jalan Greenpit yang terletak tak jauh dari sini. Pergelarannya diadakan setiap akhir pekan, tentu dengan cerita yang berbeda-beda."
"Faymage? Aku pernah ke sana. Pembawa acara Benijah –– lelaki kolot yang berkumis tebal dan rambut cepak –– menyebalkan. Tapi pemeran yang paling kusukai adalah Fleta Compton, gadis mungil yang lincah. Dialah yang memerankan Mizette, pemeran utama di Dua Serigala Malam, saudara dari Lander. Benar jika kisahnya menakjubkan. Werewolf yang dianggap terkutuk tapi sebenarnya hanyalah korban dari ayah mereka. Aku sampai menangis di akhir cerita saat Lander mati ditikam musuhnya."
Drake terlihat menggebu-gebu. "Benar 'kan? Cerita itu menguras air mata. Fleta sangat menjiwai perannya. Dia penguasa panggung sejati. Tunggu! Tapi bagaimana Anda ke sana?"
"Penyamaran. Ketahuilah, aku bisa berada di mana saja dengan tampilan apa saja." Sharley jujur pernah ke sana dan pulang dengan sesegukan sampai Rezvon mencurigai Asher karena mengira membuatnya menangis.
"Keren!" Hanya itu reaksi Drake, tapi dia begitu senang membahas teater. Sampai bermenit-menit kemudian, mereka terus membahas teater yang merembet ke kota-kota lain dan menyebutkan daftar teater terkenal sepanjang masa. Beruntungnya Drake tak ambil pusing tentang penyamarannya. Anak-anak mudah dialihkan dan Drake sangat bersemangat.
Kelelahan, Drake menyandar pada kursi. Kerongkongannya kering. Sharley bernapas lega, dia khawatir bakal membahas itu selama sejam kedepan sementara dia kehabisan daftar teater yang dihapal. Namun Drake memilih undur diri untuk urusan entah apa, pamit dengan muka berseri-seri.
Tyrana yang diam saja, akhirnya angkat bicara. "Kalian tampak serasi," komentarnya. "Tidak juga. Saya hanya menyesuaikan diri dengannya. Saya tak ingin membahasnya, tetapi Drake terkesan seperti anak kurang kasih sayang."
Tyrana tersenyum sedih. Dia tak membantah maupun mengguyur Sharley dengan teh. Padahal Sharley sudah siap dengan itu. "Saya tak bisa membagi kasih sayang pada anak-anak. Saya begitu sibuk dengan pekerjaan, begitu juga dengan Whistler. Saya malu pada diri sendiri. Padahal Yang Mulia Rezvon yang lebih sibuk bisa membagi waktunya pada Anda."
"Yah, sulit bagi Yang Mulia melakukannya. Tapi beliau selalu memperhatikan saya. Dan, Bibi, anak-anak memerlukan perhatian khusus. Di masa-masa seperti Drake, dia akan memberontak. Ketidakpedulian orang tuanya menjadi celah besar baginya untuk berbuat bebas. Jika celah itu semakin melebar, dia bisa menjadi liar. Saat itu terjadi, Anda tak bisa mengendalikannya. Maka dari itu, persempit celahnya. Buat Drake merasa nyaman di tempat yang hangat, setelah selama ini tempat itu sedingin es."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√)
FantasySharley tak pernah berpikir kalau perjuangannya bisa sepanjang ini. Selepas dia menjelajahi waktu dan membuat darah Mezcla di tubuhnya musnah, dia hanya menjadi penyihir. Tapi dia tak memikirkannya, bahkan mengeluh kalau dia tak punya kekuatan seheb...