XXXI. Tanda Ciuman

376 84 1
                                    

"Hei kalian, bangun." Cleon menepuk-nepuk pundak Sharley dan Asher. Sharley mengernyit, perlahan membuka matanya. Dia menemukan dirinya tidur bersandar pada Asher, dengan jaket si lelaki membalut badannya. Cleon berdiri di hadapan mereka, tatapannya tertuju pada leher Sharley.

"Ini ... kok aku bisa di sini?" Sharley mengusap wajah, terkejut menyadari bibirnya bengkak. Asher menggeram dan merenggangkan badannya. Padahal dia tidur dengan pakaian tipis, tapi tak terlihat kedinginan sama sekali.

Sharley mencoba mengingat kejadian kemarin malam. Begitu mengingatnya, dia langsung merona semerah tomat. Dia menenggelamkan kepala di jaket Asher, menahan hasrat lari-lari seperti orang sinting. "Kalian berdua ketiduran di sini. Atau memang sengaja?" tanya Cleon menggoda. "Sepertinya kemarin malam terjadi sesuatu yang menarik, ya?" lanjutnya.

"Maksudmu?" balas Sharley. Dia sangat berdebar dan segera menjaga jarak dari Asher. Lelaki yang sudah melumat bibirnya kasar untuk pertama kali sampai dia kehabisan napas.

"Aku melihat luka nyamuk di lehermu. Nah, kutinggal dulu ya. Bye!" Cleon memelesat pergi, menggendong anak rubah yang lewat di pertengahan jalan.

Sharley mengecek leher, mukanya tambah memerah karena ternyata luka nyamuk yang dimaksud Cleon adalah kissmark. Tanda itu sangat merah dan jelas, seperti digigit kuat-kuat. Dia tak ingat Asher pernah melakukan itu. "Aku melakukannya saat kau sudah tidur." Seolah tahu apa yang dipikirkan Sharley, Asher menjawab dengan muka tak bersalah.

"Kalau mau sih, aku akan menandaimu di tangan juga. Tapi untuk sekarang, satu tanda sudah cukup." Lelaki itu menyeringai.

Sharley melotot tak terima. Tidak cukup dengan ciuman panas, Asher bahkan menandainya. Dasar lelaki sialan. Apa yang harus dijelaskan Sharley pada yang lain nanti, dan kenapa ia tak memberontak sama sekali saat dicium? Ia hanya diam seperti orang dungu, merasakan kupu-kupu terbang di sekitar perutnya dan membuatnya hanyut.

Gadis itu meraba-raba tanah, mencari syal pinjaman Jytia kemudian mengenakannya. Tak boleh ada yang tahu dia memiliki kissmark. Sharley susah payah berdiri, kakinya tak mau diajak kerja sama karena terlalu malu dan kaget.

Karena itu juga, Sharley menyandung batu. Jatuh di atas badan Asher. "Aww, Sharley. Perhatikan langkahmu. Yah, kau memang sangat lucu salah tingkah begitu." Asher melingkarkan tangan di pinggang Sharley. Posisi mereka yang setengah duduk –– mereka tidur bersandar pada pohon, tapi setengah duduk ––membuatnya semakin ambigu.

Sharley mengerang. Dia benar-benar terlihat memalukan. Dia menenggelamkan wajah ke badan Asher, tak sanggup mendongak dengan muka semerah ini. "Bodoh, bodoh! Kau yang membuatku begini dan kau bertingkah seolah itu bukan apa-apa!" Sharley ingin menangis saking malunya, tapi wacana itu terdengar menyedihkan, jadi dia menelan tangisan di kerongkongan.

"Oke, maaf. Aku kelepasan." Asher mengelus rambut Sharley. Sebenarnya ia tak sepenuhnya merasa bersalah. Nyatanya, melihat Sharley salah tingkah begini membuatnya ingin tertawa. Itu bukan sesuatu yang baik. Jadi dia menahannya.

"Bibirku bengkak dan leherku memiliki tanda yang sangat jelas. Bagaimana aku akan menjelaskannya ke teman-teman?!" Sharley mengomel dan memukul dada Asher.

"Mereka takkan menanyakannya, aku yakin. Mereka akan paham dan memilih diam."

Sharley mengumpat. Ia beranjak bangun, Asher sukarela melepas genggaman di pinggangnya. Dia memang tak berniat untuk mengurung Sharley. Melirik hasil karya di leher gadis itu, Asher menahan geli. Dia tak tahu akan seberani itu melakukannya.

Dia benar-benar tak bisa menahan diri untuk meninggalkan tanda.

Sharley berderap ke tempat perkemahan. Asher menyeringai di belakangnya. Cowok itu mendekat. "Hei, tahu tidak hal paling manis sedunia?"

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang