Beberapa menit kemudian, mereka sampai di gua. Letaknya cukup jauh dan dekat dengan kaki gunung. Salju di sana tak terlalu tebal, mungkin karena Wyvern menyemburkan api untuk mencairkan salju. Pepohonan lebih rapat, mendukung gua itu seperti penjara, dan ada tebing curam tak jauh dari sana.
Wyvern serta-merta keluar begitu menyadari rombongan mendekat. Mereka mendengus, membuat kepul panas dan cakar-cakar kehitaman mencuat. Sisik-sisik mereka berkilau, tampak kasar dan tak enak ditunggangi karena akan menorehkan luka sayat panjang. Pegasus meringkik, berusaha terbang ke arah berlawanan, tapi tali kekang dipegang erat sampai mereka tak punya pilihan lain selain menurut. Mereka terus bergerak gelisah.
Asher terbang dengan sayap Demon, Pegasusnya dipegangi Zephran. Sharley menahan napas, takut Asher disembur api oleh Wyvern.
Asher mengulurkan tangan. Dia memfokuskan pikiran pada satu titik, menekan kekuatannya ke sana dengan paksa. Debuman kekuatan menghantam rusuknya keras. Dia merasakan gejolak-gejolak aneh dari dalam, seolah memintanya untuk tak memaksa kekuatan tumpah. Kekuatan Asher memang tak sejauh itu. Itu membuatnya kepayahan dan lemas dalam sekejap.
Asher berbicara dalam bahasa Wyvern. Wyvern menanggapinya dengan mendengus. Mereka membalas, merasakan tarikan atas kekuatan Demon pria itu.
'Apa yang kau inginkan?'
Asher menjawab, 'Salam kenal. Aku takkan menyakiti kalian.'
'Kami tak pernah bertemu manusia atau para kaum. Kami tak bisa mempercayaimu. Dan kau bahkan Demon.'
Kekuatan khas Demon membuat para hewan tunduk, tapi mereka takkan sudi tunduk padanya.
'Ya. Aku Demon. Aku hanya ingin kalian berbaikan dengan spirit air.'
Salah satu Wyvern menggerung hebat. Napasnya praktis melelehkan cukup banyak salju. Wyvern lain bahkan terbang di dekat Asher dengan amarah meluap, memamerkan taring dan mengepak-ngepakkan sayap secara kasar. Ia tak menyentuh Asher. Kekuatan Asher pasti memengaruhinya.
'Beraninya Demon berbicara begitu. Fenrik adalah musuh kami, selamanya.'
Asher menghela napas. Kekuatannya perlahan menyebar, merasuk pikiran Wyvern dan mengacaukan mereka. Asher merasa tubuhnya kesakitan. Tiap ia berusaha melampui batas yang dibisa, selalu saja seperti ini. Penentangan dari tubuh selalu terjadi. Itulah kenapa kekuatan ini susah dikuasai.
Dalam semenit, mereka berhasil dikuasai Asher. Tubuhnya remuk seperti dilindas banteng, tapi berusaha ditahan. Sayap Asher melemah, dia semakin dekat dengan salju. Pikiran-pikiran Wyvern merasuki Asher, serumit benang yang berpintal selama setahun dan kusut.
Sebagai pengendali, hewan yang punya sedikit akal dapat dia masukin. Wyvern memiliki akal yang lebih banyak, itu tambah ruwet. Asher ambruk dan ditangkap Sharley. Wyvern-Wyvern menatapnya tertarik, tapi tak menyakiti gadis itu.
"Asher, kalau kau tak kuat, kau bisa berhenti."
Asher memegang kepala, darah menderu deras di sana dan memukul-mukulnya bak godam. Asher berusaha meluruskan pintalan pikiran Wyvern. Menelurusinya satu per satu, memilih ingatan-ingatan yang penting.
'Kau seharusnya tak ada di sini!'
'Hei, akulah spirit. Aku entitas paling penting dan awal di sini.'
'Tapi kami mendiami gunung ini lebih dulu darimu dan kami pun juga entitas awal! Jangan mengatakan omong kosong.'
'Aku lebih mulia dibanding kalian. Nah, menyingkir atau kubunuh kalian!'
'Kami tak bisa pergi dari sini. Kami telah terikat. Dan meskipun kau kuat, kau tak bisa mengalahkan kami.'
'Dasar sombong! Gunung ini milikku. Dan jika kalian memang tak bisa keluar, ya sudah. Itu bukan urusanku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√)
FantasySharley tak pernah berpikir kalau perjuangannya bisa sepanjang ini. Selepas dia menjelajahi waktu dan membuat darah Mezcla di tubuhnya musnah, dia hanya menjadi penyihir. Tapi dia tak memikirkannya, bahkan mengeluh kalau dia tak punya kekuatan seheb...