Kepala Rezvon seperti dihantam batu berton-ton dan dia terlalu lemah untuk meronta. Sekujur tubuhnya lemas tak berdaya sampai khawatir bakal ambruk jika terhempas angin. Otaknya berusaha menepis apa yang terjadi, tapi hal itu melekat layaknya permen karet. Rezvon limbung, dan Sharley sigap membantunya duduk.
Ia tak kelihatan lebih baik dari Rezvon.
"Baginda, Anda tidak bercanda 'kan?!" Perdana Menteri Apollyon dari Mane kelihatan yang paling tercegang sampai urat-uratnya tampak jelas.
Virgil menggigit bibir. Ia tampak teguh, tapi Rezvon tahu jika ia diselubungi rasa bersalah yang pekat. Virgil sangat pandai menyembunyikan emosi dan perasaan. Rezvon merasa demikian kasihan.
"Saya tidak pernah berbohong."
Panglima Elozeir menghempaskan badan ke kursi dengan keras. Dia mendengus, bukan karena kecerobohan Vilita, melainkan geram. Para panglima tiga kerajaan lain juga sama-sama frustasi. Padahal biasanya panglima pintar mengatur emosi.
"Ceritakan dengan detail, tanpa membubuhkan kebohongan atau melebih-lebihkannya," pinta Aldrich. Rezvon menangkap ekspresi adiknya yang berusaha tenang meski urat-uratnya menonjol dari leher.
Virgil tetap tak berbicara, ia menyenggol Haintz. Haintz mengangguk paham, dia memandang dengan tatapan dingin menusuk kulit. "Itu ialah hari Sabtu. Kami mengunjungi kuil untuk berdoa, istana praktis tak ada Vilita. Saya tak tahu bagaimana pencuri itu masuk padahal hari masih siang. Kunci ruangan dicuri dari brankas, dan bukunya dicuri. Hanya itu, tapi benda lain dalam kotak tidak.
"Kami mengecek kotak lain di kamar ayah saya, ada salinan di sana. Ternyata salinannya juga dicuri. Tidak ada pelayan yang menyadari keberadaan si pencuri, kami melacaknya dan akhirnya tahu ada penyusup di istana. Ada satu pelayan yang mengaku melihat butler memasuki kamar ayah, tapi tak ada yang melihatnya masuk ke perpustakaan," jelas Haintz secara lengkap.
"Bagaimana wajahnya?" tanya Opiter. Haintz menggeleng. "Sayangnya saksi pelayan itu melihatnya tak jelas. Dia sudah tua, jadi wajar jika penglihatannya berkurang. Tapi seingatnya, pelayan itu setinggi kira-kira 180 sentimeter, berbahu bidang, memakai tuksedo saja, dan memakai cincin yang berkilau, sehingga dia bisa melihatnya."
"Memalukan. Benar-benar memalukan. Kalian telah kecolongan di rumah kalian sendiri. Dan benda itu terlampau penting!" Ternyata percuma saja Aldrich bersabar dan tenang, karena dia menggebrak meja sampai retak. Yang lain terkejut dan bergeming. Perwakilan Mardiem malu, mereka bahkan tak mau mendongak.
"Keluarga Vilita, kesalahan yang kalian lakukan teramat berat. Kalian harus menanggung hukumannya," tutur Penasehat Beatrix dari Tenebris. Rezvon kagum dengan keberaniannya. Rezvon benar-benar seperti tenggelam, panik dan bingung. Dia tak tahu apa yang harus diperbuat dan bertanya-tanya apakah bisa keluar dari masalah ini.
Rezvon hampir stress. Satu-satunya yang dapat menguatkannya ialah Sharley. Maka dia menggenggam tangan putrinya dan berharap bisa selamat.
"Kami mengetahuinya dan kami akan membayarnya. Apapun yang kalian inginkan," kata Virgil. Rezvon bergeming. Dia memperhatikan saja, bibirnya terlalu kelu untuk berbicara.
"Itu berlebihan. Publik akan mengetahuinya, dan kericuhan akan menyebar lebih cepat dari yang diduga. Mungkin hukuman dikurung dalam istana dan membatasi kerja sama dengan kerajaan lain cukup," usul Raja Bertram.
"Benar. Publik tak boleh sampai tahu. Empat keluarga akan dicela habis-habisan, dan perang saudara bisa meletus. Prioritas kita adalah menyelamatkan masyarakat dan menidurkan Luca. Jangan sampai itu tambah buruk," timpal Panglima Elozeir.
Aldrich mendengus, tapi mengangguk. Bagaimanapun situasinya, mereka harus menghindari perang saudara. Suasana hening sejenak. Semua frustasi, memelototi kubah dan patung burung hantu. Rezvon meneguk segelas air, perasaannya lebih tenang. "Apa Papa mau ke luar saja?" bisik Sharley. Rezvon menggeleng. Semua tetap di sini, mana mungkin dia ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√)
FantasySharley tak pernah berpikir kalau perjuangannya bisa sepanjang ini. Selepas dia menjelajahi waktu dan membuat darah Mezcla di tubuhnya musnah, dia hanya menjadi penyihir. Tapi dia tak memikirkannya, bahkan mengeluh kalau dia tak punya kekuatan seheb...