III. Penghapus Ingatan Lemah

465 98 12
                                    

"Bagaimana––" Dorothy terperangah. Ia tak bisa menghindar ataupun kabur. Sharley menjentikkan jari, sebilah pisau muncul dan berkilat mematikan ditimpa cahaya matahari. Sebelah tangannya melambai, mengirim sihir kedap suara yang takkan memancing orang lain ke sini.

"Kau juga penyihir?" Dorothy bertanya. Dia lebih tercengang karena kekuatan Sharley lebih besar dibanding dirinya. Dia bahkan tak bisa mengeluarkan selusin bola api, apalagi yang berelemen campuran. Sharley berada jauh di atasnya.

"Ternyata keluarga Gilraen merupakan penyihir. Apa jangan-jangan, zaman dulu Gilraen penduduk Clexarius?" Sharley menelengkan muka, berpikir berbagai kemungkinan bagaimana bisa Gilraen penyihir.

"Tutup mulutmu. Singkirkan bola-bola api ini," kata Dorothy. Panik karena Sharley memiliki kekuatan. Rencananya gagal total.

Sharley mengedikkan bahu. "Dengan senang hati. Toh, Anda tak bisa menyentuh saya." Selusin bola itu seketika lenyap, Dorothy menghela napas lega. Entah kenapa, Sharley tak merasa kaget sama sekali. Banyak kejadian edan di sekitarnya yang lebih parah dibanding ini. Lalu, dilihat dari manapun, kemampuan Dorothy tergolong rendah.

"Menarik sekali. Kemampuan Anda menghapus ingatan, ya?" tanya Sharley, teringat Thalia yang juga memiliki sihir istimewa itu, tapi skalanya kemungkinan besar tak seperti Thalia. Paling juga hanya bisa menghapus ingatan beberapa orang dalam jangka waktu tertentu.

"Saya tak menyangka ada penyihir juga, saya pikir para penyihir sudah musnah dari Clexarius dan kerajaan-kerajaan lain," kata Dorothy. Sharley berdecih. Tidak terlihat bukan berarti tak ada. Banyak hal-hal tak masuk akal di sekitar dan tak banyak yang menyadarinya. Padahal itu semua hidup berdampingan.

"Saya adalah penyihir, tapi seperti yang terlihat, kemampuan saya sudah dilatih oleh ahlinya. Keluarga Gilraen tak sekuat itu, kalian tak bisa melatih kekuatan kalian. Padahal sihir tak memiliki batas bagi pemiliknya."

Wajah Dorothy memerah malu. Sharley mengejek keluarganya dengan ringan, dan ia tak berkutik karena cemas.

"Ada apa ini?"

Mereka menoleh, kaget melihat si pangeran kedua yang bertampang seperti biasa. Asher berhenti karena menyadari adanya sihir, menoleh pada Sharley yang masih memegang pisau. "Sharley, kau mau menikam Putri Dorothy?"

Sharley menjentikkan jari, pisaunya menghilang. Berpikir apakah harus memberitahu yang sebenarnya. Asher mendekat, sejenak melirik pada lesakan tanah yang terkesan baru. Setahunya, Sharley tak pernah menggunakan sihir di akademi maupun di kediaman Adonnis. Tempatnya bisa menggunakan sihir dengan bebas tak lain hanyalah ruang rahasia istana. 

"Kau salah paham, Asher. Itu ... sebenarnya ...." Sharley menggigit lidah, berusaha memutuskan secepat mungkin. Dia sudah terlanjur menunjukkan kekuatan di hadapan Dorothy. Asher menunggu dengan penasaran. Tiba-tiba, Dorothy menyela sambil berteriak dan menangis.

"Itu bohong! Nona Cherilyn akan menikam saya! Padahal saya hanya ingin berbicara dengannya. Pangeran Asher, jika Anda tak datang mungkin sekarang pisau itu telah terpendam dalam diri saya!" Dorothy terisak-isak dan gemetar ketakutan. Sharley melongo, kagum dengan kepintaran Dorothy berakting.

Asher mengangkat alis, lantas menyelimuti badan Sharley dengan jas akademinya. Kebetulan Sharley hanya memakai kemeja lengan pendek. "Sharley tak mungkin begitu," ujarnya.

Kerongkongan Sharley tercekat. Dia menghela napas dalam-dalam lantas berujar, "Dia penyihir. Dia hampir menghapus ingatanku karena ... entahlah. Kita akan mendengarnya sebentar lagi."

Dorothy melotot, urat-uratnya tampak jelas. Sharley merapatkan badan pada jas Asher, menghirup aroma khas yang melekat padanya. Asher tak terkejut, seperti sudah menduganya. Dia hanya berkedip-kedip dan menjilat bibir. Tenang.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang