twenty-eight

1.9K 247 7
                                        

Jalanan macet padat merayap, langit sudah berwarna ke merah merahan, matahari sebentar lagi akan pulang, dan perlahan tapi pasti langit mulai menghitam.

"Tidur aja sis kalau ngantuk," Pradikta menoleh ke arah Siska.

"Enggak kok gak ngantuk gue cuma dari tadi lo diem aja jadi gue juga diem," Siska kembali menatap jalanan, dia tak mengantuk tapi, dia bingung mau melakukan apa di dalam mobil.

"Makan dulu aja gimana?," Tanya Pradikta

Siska mengangguk, "boleh deh,"

Mobil Pradikta berhenti di sebuah restoran bertema klasik, setelah memarkirkan mobilnya, mereka langsung turun.

Pradikta membawa Siska menuju sebuah meja di tepi ruangan, meja itu khusus untuk 2 orang, dekat dengan kaca, sehingga bisa melihat jalanan di luar Sana.

Pelayan dengan pakaian serba hitam dan headband kotak kotak berwarna putih menghampiri mereka,

"Mau pesen apa?," Tanya Pradikta

Siska membuka Buku menu "fettucini carbonara "

"Minumnya?,"

"Orange juice aja,"

"Fettuccine carbonara, tanderloin steak, 2 orange juice ya," ucapnya sambil tersenyum

Pelayan itu mengangguk lalu meninggalkan mereka.

Mata Siska menatap interior restoran, restoran ini sangat bagus, bertema klasik dengan mayoritas furniture nya adalah kayu dengan jendela jendela kaca kaca besar yang mengelilingi restoran ini, membuat nya semakin apik.

"Ini restoran Temen gue," ucap Pradikta

"Pantes, ngajak ke sini pasti dapet diskon ya?," Tanya Siska sambil terkekeh.

"Enak aja, walau pun diskon, harga di sini tetep mahal" ucapnya sambil terkekeh renyah.

Tak lama pesanan mereka Tiba,
Siska langsung memakan fettucini carbonara miliknya, rasanya enak, berarti benar makanan di restoran ini harganya Mahal.

Kenapa begitu? Karna biasanya harga standar untuk restoran dengan interior yang bagus punya rasa makanan yang standar, sebaliknya kalau harganya standar tapi makanan nya enak biasanya interior nya biasa saja, nah kalau untuk restoran yang harganya Mahal, biasanya interior nya bagus, dan rasanya enak.

"Lo sering makan di sini?" Tanya Siska di sela makan.

"Kadang kadang sih kalau ada moment spesial aja," ucapnya enteng.

Spesial?

Pradikta kini berhenti makan, ia menatap Siska, "percaya gak lo perempuan pertama yang gue ajak ke sini?,"

Siska memutar bola mata,

"Beneran gak percaya?,", Tanya nya dengan nada dibuat terluka.

Siska mengendikan bahu nya sok tidak peduli, dan lanjut memakan fettucini nya, padahal dengan tidak tahu diri hatinya bergemuruh senang.

Sebelum turun dari mobil, Pradikta mengusap kepala Siska pelan, "langsung tidur ya good night," ucapnya membuat Siska yang tadinya hendak turun terhenti dan menatap Pradikta.

"Kenapa?," Tanya Pradikta.

Dengan mengumpulkan keberanian, Siska menatap mata Pradikta "lo gak lagi mainin perasaan gue kan?," Tanya nya membuat Pradikta terkesiap.

"Seandainya iya, berhenti disini, jangan temui gue lagi, jangan sok peduli lagi ini cuma buang buang waktu, untuk gue, dan untuk lo," ucap siska berani, Pradikta terdiam.

Siska tersenyum miring, hatinya sedikit sakit mendapat respon Pradikta yang hanya diam, ia langsung mengambil tas nya dan membuka pintu mobil.
Sayangnya pintu mobilnya tidak bisa di buka, Siska menoleh kearah Pradikta yang sedang menatapnya dalam.

Pradikta membuka seatbelt nya, Lalu menarik Siska kedalam rengkuhannya, membenamkan kepala Siska di dadanya.

"Gue gapernah ada fikirkan untuk mainin lo,percaya sama gue," ucap Pradikta membuat Siska membeku.

Siska mengangkat wajahnya, ia berusaha menatap mata Pradikta, mencari kebohongan di matanya, hanya saja nihil ia Tak menemukan nya.

"We need talk about this," ucap Pradikta setelah melepas pelukannya.

Wajah Siska bersemu merah, "buka dong pintu nya," ucap siska dengan nada Sok marah.

Pradikta tersenyum, lalu memencet tombol Unlock Tanpa melepaskan pandangannya pada Siska membuat pipi perempuan itu bersemu merah.

Disinilah mereka di ruang tamu rumah Siska, Siska mengambil 2 botol minuman isotonik kesukaannya dan memberikan salah satunya ke Pradikta, Siska menghembuskan nafas nya ketika melihat Pradikta duduk dengan tenang, ini Gila dia yang minta memancing- mancing Pradikta untuk membicarakan soal masalah ini tapi kenapa ia Sendiri yang ketakutan. Siska menghembuskan nafas pelan pelan lewat mulut, kemudian duduk di sebelah Pradikta. Ya, dia harus membicarakan ini.

Mereka terdiam sejenak, hanya menyiapkan suara ramai dari kafe dan suara jarum jam berdetak.

"Gue sayang sama lo kalau lo mau tahu itu," Pradikta membuka percakapan Tanpa tendeng alig-alig.

"Gue gak tahu sejak kapan, yang pasti gue ikut sedih saat lo sedih, khawatir ketika lo berangkat Sendirian, lo fikir aja ngapain gue kesini tiap Hari disaat gue banyak kerjaan kalau bukan karna mantengin lo? Gue gak secinta itu sama kopi dan kue kue untuk memaksakan diri kesini tiap Hari,"

Pradikta menarik nafas kemudian melanjutkan bicara "kalau lo bertanya Tanya kenapa gue gapernah bilang soal ini, karna gue takut, gue takut kehilangan lo, gue takut kita berakhir seperti relationship gue sebelum nya," ucap Pradikta, Siska melihat ada sisi yang baru Pradikta perlihatkan kepadanya.

"Gue bukan mereka Pradikta, gue bukan mantan mantan lo," Siska kini menatap Pradikta, walau ia tak tahu masalah Pradikta dengan mantan mantannya tapi dia berusaha meyakinkan Pradikta.

Pradikta mengangguk "iya lo beda lo bikin gue gak betah di Kantor karna pengen terus terusan ke kafe," ucapnya sambil terkekeh.

"Lo gimana lo Sayang gak sama gue?," Tanya Pradikta kini sambil menggenggam tangan Siska.

Siska terdiam

"Gue sayang sama lo, Pradikta," ucapnya pelan namun dapat di dengar Pradikta.

"Jadi, How about we try ?," Tanya Pradikta.

Siska mengangguk malu malu, Pradikta tersenyum, ia langsung memeluk Siska erat.

Mencoba tidak ada salah nya bukan?

----

Bingung banget bikin adegan so sweet hahahah, gimana nih Kira kira udah pas apa masih perlu tambah gula?





I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang