49 | falling down

2K 270 50
                                        

<You can turn on the multimedia above for a more pleasant sensation.>

☕☕


Siska berjalan keluar ruangan, tetap berada di ruangan Itu tentu bukan ide yang baik, nafasnya agak memburu.

Ia memaksakan langkah kakinya yang lemas untuk berjalan dengan fikiran yang Masih mencerna apa yang ia lihat tadi, di kepala nya berputar putar potongan adegan pelukan Pradikta dan chef Ayu tadi, Ini hal yang sangat dramatis dalam hidupnya, lebih dramatis dari novel novel romance yang sering di bacanya. seharusnya ia tidak lagi begitu terkejut melihat ini, seharusnya ia baik baik saja melihat ini ketika ia sudah tahu Pradikta memiliki hubungan dengan Ayu, tapi mengapa rasanya semenyakitkan ini?

"Tunggu Siska," Pergelangan Tangan Siska di cekal dari belakang, saat ia menoleh Pradikta yang melakukannya, lelaki Itu menatapnya dalam sambil terengah engah karna berlari mengejarnya.

Siska terdiam, saking kaget ya ia hanya diam, menatap Pradikta lama, dengan tatapan penuh kecewa.

"Aku minta maaf, "

siska hanya mengunci mulutnya. Sembari berusaha melepaskan cekalan tangan Pradikta di tangannya,

"Aku mohon kita perlu bicara," bujuk Pradikta.

Siska menghela nafasnya, matanya yang memerah ia paksakan menatap mata Pradikta, "kita bisa bicara nanti,"

Pradikta menggeleng, "kesalahfahaman ini harus di selesaikan segera,"

Siska bungkam, ia mengusap wajahnya lelah "kamu perlu jujur dengan perasaan kamu, Tanya Hati kamu, jangan bermain main dengan perasaan, kita sudah sama sama dewasa, berat untuk ku mempertahankan perasaan ku kepada seseorang yang bingung dengan perasaannya Sendiri,"

Pradikta terdiam, Ucapan Siska membuatnya membeku Kaku, rasanya sakit, seperti ada jarum yang menusuk hatinya.

"Kita bisa bicara nanti, aku butuh waktu untuk menerima semua ini,"

Wajah Pradikta berubah pias.

"Aku harus pulang, aku titip ayu sama kamu, sampaikan salam dan maafku karna tidak bisa menemaninya," Siska hendak meninggalkan Pradikta, tapi gengaman Pradikta menahan tangannya, "biar aku antar kamu pulang,"

Siska terdiam, dadanya sesak, ia menarik nafas, melepas cekalan tangan Pradikta kemudian berbalik, "aku bisa pulang Sendiri, kamu lebih baik jaga ayu, dia jauh lebih membutuhkan kamu," ucap siska kemudian kembali berbalik meninggalkan Pradikta, ia ingin menangis. Namun, bukan di hadapan Pradikta tentunya

--

Ini bukan salah Tara, apalagi salah Siska sepenuhnya ia sadar bahwa ini Adalah kesalahannya, kesalahfahaman yang harus cepat cepat di luruskan.

"Pradikta," panggil Abhi sambil menginjak kaki Pradikta dari balik meja, membuat Pradikta menoleh kearah ya dengan raut wajah kesal.

Abhi menunjuk Garlin- pegawai oxy Force di hadapan mereka yang sedang presentasi lewat isyarat mata.

Pradikta mengusap wajahnya, lelaki Itu membetulkan letak duduknya, "baik Terimakasih Garlin, project ini Saya percayakan pada kamu dan Raven, jika ada kendala silahkan hubungi Saya,"

Garlin mengangguk, lelaki Itu tersenyum, karna sang Bos Tak mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang mematikan yang bisanya ia gunakan.

Pradikta gelisah dalam duduknya, ia Tak bisa tenang sejak tadi, kepalanya penuh dengan fikiran negatif tentang Siska kepada nya, "rapat kita tunda, kita sudahi untuk Hari ini," Pradikta bangkit dari duduknya terburu di iringi tatapan heran semua orang di ruang rapat.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang