Pagi ini Pradikta mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup kencang, Rasa kantuk yang menderanya membuatnya beberapa kali menepuk nepuk pipinya Sendiri, ia baru pulang dari kantornya, semalam ia lembur memeriksa finishing web dan aplikasi sebelum launching Lusa nanti. Harusnya ia langsung pergi ke kantor papanya, hanya saja Rasa kantuk nya tidak dapat berkompromi, jadi ia lebih memutuskan kembali ke apartemen nya, setidaknya untuk tidur sebentar dan berganti baju, dengan kondisi badan lengket, kemeja yang kusut, dan dark circle di area matanya tentu akan menggangu produktivitas dan etos kerjanya nya nanti.
"Mas Pradikta! Tadi malam ada yang nganter ini buat mas," panggil Pak Supratno membuat Pradikta membalikan tubuhnya dan mengambil tote bag yang di serahkan Pak Supratno- security apartemen.
"Siapa yang ngasih?,", Tanya Pradikta heran.
"Saya gak lihat mukanya mas, soalnya pakai masker, tapi kata Mbak nya di dalam sudah ada nama pengirimnya," ucap Pak Supratno.
Pradikta menghembuskan nafasnya, lalu tersenyum kepada Pak Supratno dan berterimakasih, Tanpa bicara apapun ia langsung pergi ke unit apartemen nya.
Pradikta menatap lamat lamat tote bag putih yang berisi chocolate cake kesukaannya, Tak perlu menebak nebak lagi siapa yang mengirimkan ini, semua sudah jelas lewat chocolate cake yang ia kirimkan, sebuah logo toko kue pada tote bag putih yang merupakan logo Anin's bakery, toko kue milik kakak kandung Tara, dan sebuah kartu Ucapan di dalamnya yang berakhir dengan nama Tara sebagai pengirim membuat Pradikta terdiam sejenak mengambil keputusan harus ia apakan kue ini, ia memang lapar karna belum makan apapun, dan chocolate cake adalah makanan kesukaannya, seolah pas semesta menciptakan kebetulan agar Pradikta makan chocolate cake buatan Tara.
Pradikta mengeluarkan box kue dari dalam tote bag dan membuka tutup box kue itu, chocolate cake begitu menggoda. Sedikit saja, batinnya sambil mengambil pisau dan memotong chocolate cake tersebut lalu memasukannya kedalam mulutnya.
Pradikta tersenyum ketika chocolate cake lumer di mulutnya, jelas ini chocolate buatan Tara bukan produk cake toko Anin, Pradikta tahu betul perbedaan rasanya, karna dulu ia pernah membeli chocolate cake di toko Anin saat Tara meninggalkannya dulu.
Pradikta terus memakan chocolate cake kiriman Tara sambil duduk di stoll mini bar dapurnya, hingga Tanpa sadar ia sudah memakan lebih dari setengah kotak chocolate cake tersebut.
Pradikta terdiam, Rasanya tidak berubah, rasanya Masih sama seperti dulu. Pradikta mengeluarkan handphone dari dalam sakunya.
To: Tara
(Open blocked)
Terimakasih cake nya.Setelah mengirim tanda kirim, sebuah notifikasi dari Siska mengambang di layar ponselnya.
Siska
Sudah sampai? Jangan lupa sarapan.Pradikta terdiam, sedetik kemudian ia tersadar dengan apa yang sedang ia lakukan, ia buru buru membuka room chat bersama tara untuk menghapus pesan tersebut, sayangnya pesan tersebut sudah terkirim dan terbaca oleh Tara bahkan balasan Tara sudah ada sedetik kemudian.
Tara
Sama sama, mau di bawakan lagi?.Sebuah perasaan senang tapi ada perasaan bersalah menyeruak ke hatinya, tapi Pradikta buru buru menepisnya. Pradikta menggelengkan kepalanya, ia buru buru bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar Mandi.
Ia Tak salah bukan? Ia hanya makan chocolate cake bukan berselingkuh.
----
"Ah Sayang banget, padahal Saya pengen ketemu sama lelaki yang kamu maksud," sesal Siska sambil memanyunkan bibirnya.
Melihat respon Siska atas ceritanya bertemu Pradikta di kedai soto beberapa Hari yang lalu membuat Tara tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/227446186-288-k895880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
Chick-LitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...