Pradikta mengusap matanya pusing karna terlalu lama berhadapan dengan laptop, ia melirik pergelangan tangannya, sudah jam 10 malam, kini kepalanya menoleh kearah kasir, Siska dan meta sedang merapikan sesuatu disana, pradikta mengendarakan pandangannya hanya ada sekelompok remaja tanggung yang masih duduk sambil bercengkrama di sana.
Pradikta kembali melanjutkan pekerjaannya, ia kembali fokus pada layar laptop di hadapannya, belum lama ia berkutat, hidungnya mencium sebuah aroma kopi dari belakang tubuhnya, kemudian seseorang menarik kursi di hadapannya.
Pradikta mendongkak, matanya beristatap dengan mata coklat
"Free coffee deh buat pelanggan yang lembur," ucapnya sambil menyerahkan secangkir kopi pada Pradikta.Pradikta tersenyum "wah gue bakal sering sering deh lembur di sini kalau dapet free coffee,"
"Jangan keseringan bosen liat Lo Mulu," ucap Siska sambil terkekeh.
"Wah jadi bosen nih?, Gue pulang deh," ucapnya lalu pura pura pergi, pergelangan tangannya langsung di tarik oleh Siska hingga ia duduk kembali.
"Ih bercanda kali," ucap Siska
Kini pradikta terkekeh "gue juga bercanda kali, ya kali free coffee gue ini kebuang cuma cuma," ucap pradikta.Mereka terdiam, pradikta menyesap kopinya pelan.
"Lo lagi bayak fikiran ya?," Tanya nya hati hati.
Siska bedecak, "namanya juga manusia waras, banyak yang harus di fikirin,"
"Bukan Itu maksunya," ucap pradikta kesal membuat Siska terbahak lalu menaikan satu alisnya. "Terus?,"
"Fikiran lo terpecah, enggak fokus, kayak lagi memikirkan sesuatu yang berat, ada apa?"
Siska tersenyum, " mau niat jadi Cenayang? Aneh- aneh aja deh, udah ya Selamat menikmati kopinya, gue mau balik bantu meta," ucapnya lalu meninggalkan pradikta sendirian
••
Cuaca hari ini cukup panas, untung saja kafe ini memiliki pendingin ruangan yang cukup untuk mengusir hawa panas di luar sana, beberapa pegawai kantor dan mahasiswa kuliah memenuhi kafe, mereka kebanyakan memesan minuman dingin untuk menyegarkan tenggorokan mereka.
Ia menatap sekitar, menatap meta yang tengah sibuk mengoleskan krim pada kue dan menghiasnya, dan sibuk memeriksa cup cake yang masih di oven, Siska menghembuskan nafasnya, semua kue yang ada di kafe ini dibuat oleh Meta, walau kadang Siska turut membantunya, seluruh minuman bahkan kopi di kafe ini pun meta yang mengusulkannya, sedangkan Siska diajari bagaimana meraciknya, ia merasa sangat tidak berkompeten karna hanya bisa melakukan itu.
Terkadang, setiap malam ia suka memperhatikan Meta yang setiap malamnya suka mengantuk ketika mereka membuat Persiapan kue untuk esok harinya di kafe, meta sangat sering ketiduran di atas meja makan ketika menunggu kue matang di oven, tak jarang wanita itu harus tidur di dini hari karna harus menghias kue, Siska akui meta punya semangat yang tinggi, padahal gaji yang diberikan Siska tak seberapa, ia yakin jika meta melamar untuk berkerja di tempat lain ia bisa digaji lebih tinggi dibanding berkerja dengannya di kafe ini.
Ia kembali melamun, handphone nya berdering, nama 'ibu' terpampang di layar handphone nya, ia langsung memberi kode kepada meta untuk menggantikannya di depan kasir.
"Halo, assalamualaikum Bu," ucapnya sambil melipir menuju rumahnya.
"Waalikumsalam, tumben di angkat ka?," Sahut ibunya dari sebrang sana, jangan heran kenapa ibunya tidak mengenakan bahasa Jawa atau dengan nada Jawa, ibu dan ayahnya berasal dari Bogor, namun saat ia SMP Seluruh keluarga nya pindah ke Yogyakarta, hingga saat ini mereka masih menetap di Yogyakarta.
Siska meringis, akhir akhir ini ia memang jarang mengangkat panggilan telepon ibunya karna Sibuk di kafe, " iya Bu maaf, aku sibuk di kafe, kenapa bu?," Tanya Siska"Ya ibu mau telepon aja, disana gimana? Oh iya Ini Ada undangan dari temen SMA kamu, Laura mau nikah kemarin dia sendiri datang ke rumah ngundang kamu " Tanya ibunya
"Alhamdulillah baik Bu, oh iya Bu nanti paling aku paketin hadiah nya,"
"Kamu kapan kak?, Tanya ibunya membuat Siska membeku.
"Nanti deh Bu, kapan kapan," ucapnya sambil pura pura terkekeh.
Terdengar ibunya mengela nafas di sana, "kamu kapan balik ke Yogya?, Kafe kamu gimana?,""Aku enggak tahu Bu kapan pulang, kalau kafe sih Alhamdulillah aman aku dibantu sama Meta dia kerja disini," ucap Siska
"Alhamdulillah, ibu enggak ngabayangin kalau kamu sendirian di sana" ucap ibunya dari sebrang sana
Siska terkekeh pelan"Kalau misalnya sudah ada yang jaga kafe di sana , kamu pulang aja, kemarin Tante Feli nanyain kamu, Galih juga nanyain kamu, pas ibu bilang kamu sekarang buka kafe di Jakarta, dia bilang katanya dia lagi butuh orang di perusahaannya, dia nawarin kamu " ucap ibunya.
Siska terdiam "gimana nanti deh Bu, udah dulu ya Bu kafe lagi rame, Assalamualaikum," ucap Siska buru buru mengakhiri percakapan dengan ibunya
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
ChickLitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...