Menjadi wanita single di usia 27 tahun di Indonesia tercinta ini memang cukup sulit, ada stigma stigma yang harus di terima, embel embel 'tidak laku' dan 'perawan tua' menjadi sebutan bagi mereka yang tak kunjung menikah.
Ia bukan tak mau menikah, namun bagi Siska menikah itu bukan tentang usia, tapi baginya adalah tentang kesiapan, ia melihat banyak orang yang terburu buru menikah karna tuntutan lingkungan alhasil usia pernikahan mereka pun hanya sebentar, lalu mereka bercerai, Siska enggan itu terjadi pada dirinya, ia ingin menikah ketika ia benar benar siap dan pernikahan itu bisa awet hingga ia tua kelak.
Sebenarnya bukan masalah usia yang menerpanya saat ini, tapi masalah calonnya, ia tak punya calon untuk dijadikan pacar atau bahkan suami, Sakka pacar terakhirnya yang tadinya akan menjadi suaminya gagal karna menikah dengan orang lain, miris sekali hidupnya.
"Kalau misalnya sudah ada yang jaga kafe di sana , kamu pulang aja, kemarin Tante Feli nanyain kamu, Galih juga nanyain kamu, pas ibu bilang kamu sekarang buka kafe di Jakarta, dia bilang katanya dia lagi butuh orang di perusahaannya, dia butuh PR-PR gitu kak, dia nawarin kamu " ucapan ibunya terngiang ngiang di kepalanya.
Ia bukan tak tahu apa maksud ibunya Tante Feli adalah sahabat ibunya yang gencar menjodohkan nya dengan Galih, beberapa kali Galih ke Jakarta, lelaki itu menemui nya hanya sebatas makan malam karna mereka teman sejak kecil, dan ia tahu kalau Galih menyukainya.
Membuka kafe memang bukan impiannya, tak pernah ada dalam doanya, tak pernah ada dalam whish list nya, sejak dulu ia hanya ingin menjadi seorang wanita karier yang berkerja di ruangan ber AC, berkutat dengan komputer, pulang malam ketika lembur, mengenakan pakaian pakaian khas wanita karir metropolitan, bertemu pria ber kemeja slim fit idamannya, melewati masa penuh cinta, menikah, punya anak dan sebagainya, ia tak pernah terbesit untuk punya usaha seperti saat ini, kafe ini hanyalah alasan agar ia tak usah kembali ke Yogyakarta, bukan, bukan ia enggan kembali ke rumahnya, akan tetapi ia menunggu Sakka disini, lebih tepatnya Sakka memintanya menunggu.
1 tahun lalu, ketika perusahaan milik orang tua Sakka terbakar, Sakka sempat pulang dari Jepang, Sakka bertanya apa yang akan di lakukan Siska setelah ini, awalnya Siska ingin kembali ke Yogyakarta, mencari kerja di sana, namun Sakka bilang, jika Siska di Yogyakarta akan sulit bagi mereka untuk bertemu, karna Sakka bisanya hanya sebentar di Jakarta jika Siska di Yogyakarta akan banyak waktu yang terbuang untuk mereka bertemu, disaat itu Siska cukup bingung mencari perkerjaan, mencari perkerjaan di Jakarta itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami, sulit.
Dan saat itu yang terlintas di pikirannya hanyalah membuka usaha, ia sering termenung memikirkan ide usahanya di kafe kafe favorite nya, hingga ide gila itu muncul tiba tiba ia ingin membuka kafe. Ia pun bertanya pada Sakka soal idenya itu, Sakka tentu saja menyetujui nya, dia bilang itu pas dengan Siska yang suka bertemu orang baru setiap harinya, ia pun berdiskusi dengan Jojo, lelaki itu mendukung ide nya, walau selanjutnya lelaki itu tidak membantu banyak karna mutasi ke Medan.
Siska yang saat itu awam tentang kafe, mulai melakukan riset kecil kecilan tentang kafe, mulai dari mempelajari jenis jenis kopi, memilih kopi yang baik, bertanya tanya pada barista kopi soal alat alat yang di butuhkan, mencari lokasi yang pas, bertanya tanya pada arsitek dan desain interior, yang ternyata membuka kafe tidak semudah itu, menentukan letak kursi dan jarak antar kursi, penempatan loundspeaker agar menemukan sweet spot nya, hingga mencari konsep untuk kafenya itu dengan arsitektur yang unik agar dihampiri banyak pelanggan, ia juga harus mencari cari supplier kopi yang berkualitas baik, dan masih banyak lagi, sayangnya Siska lupa kalau kafe itu bukan hanya soal 'tampilannya' tapi sejatinya kafe adalah tentang 'rasa' yang di sajikan, dan selama ini ia hanya membaca teori, mendengarkan teori tanpa pernah mencobanya langsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
Chick-LitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...