Empat dua : new office.

1.5K 189 0
                                        

Pradikta menggenggam tangan Siska ketika mereka sudah berada di lobby rumah sakit tempat mama Pradikta di rawat.

"Tangan kamu dingin, kenapa? Deg degan? Kan udah pernah ketemu mama," Tanya Pradikta lembut.

Siska membasahi bibir bawahnya, walau pun ia pernah bertemu mama nya Pradikta ia Masih gugup ketika akan bertemu lagi di tambah saat ini ia akan sekaligus bertemu papa Pradikta, ia takut first impression nya kurang baik di depan orang tua Pradikta.

"Enggak kok," Siska meyakinkan lalu tersenyum membuat Pradikta ikut tersenyum mengetahui itu.

Tangan Siska menenteng sebuah tote bag berisi beberapa kue dan buah yang ia siapkan untuk mama Pradikta di gengamnya erat untuk mengurangi kegugupan.

Saat sudah berada di depan kamar inap mama Pradikta, Pradikta mengintip lewat kaca transparan yang berada di pintu, ia menahan tangannya yang akan memutar kenop pintu.

"Kenapa?," Tanya Siska melihat kelakuan Pradikta.

Pradikta menyimpan telunjuknya di depan bibir, menyuruh Siska memelankan suara nya lalu menyuruh Siska ikut mengintip.

"Lagi so sweet mereka, jangan di ganggu," bisik Pradikta sambil terkekeh.

Di dalam Sana nampak seorang Pria paruh Baya yang siska tebak merupakan papa Pradikta tengah duduk di pinggiran kasur, dengan kepala mama Pradikta di dadanya, sambil sesekali mengelus kepala sang istri, membuat Siska ikut tersenyum.

"Tuh kan jangan heran mangkanya kenapa aku bucin, ini tuh udah turunan dari papa, udah jadi bagian DNA," guyon Pradikta membuat Siska menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kita masuk ya nanti aja kali ya, aku gak mau ganggu," usul Siska.

Pradikta menggeleng, " sekarang aja, mereka emang selalu mesra, whenever and wherever kalau nunggu mereka gak mesra bisa bisa kita gak masuk,", ucap Pradikta sambil terkekeh.

Siska tertawa kecil.

Pradikta memutar kenop pintu perlahan, "Assalamualaikum," ucapnya membuat papa Pradikta menoleh.

"Eh ada Siska, sini nak," panggil mama Pradikta semangat membuat papa Pradikta mengelus kepala sang istri sambil tersenyum, yang malah membuat Siska salah tingkah.

Pradikta menggenggam tangan Siska dan membawanya mendekati sang mama.

"Tante apa kabar?," Tanya Siska sopan.

"Ya gini, badan tante udah tua," ucapnya sambil terkekeh.

"Pa, ini lho yang aku cerita in sama kamu, pacar nya Pradikta," seru mama Pradikta kepada sang suami, membuat papa Pradikta tersenyum, hati Siska menghangat melihat itu, pandangan hangat yang selalu Siska lihat dari mending sang Ayah kepada ibunya.

"Saya Siska om," Sapa Siska sambil menyalami papa Pradikta.

Papa Pradikta tersenyum ramah, wajahnya terlihat cukup mirip dengan Pradikta, hanya saja ada guratan guratan halus di wajahnya yang menunjukan usianya yang sudah cukup senja.

"Duduk dulu nak," tawarnya, yang dibalas anggukan Siska.

"Ma ini Siska bawa makanan, sama buah untuk mama katanya," ucap Pradikta sambil memberikan tote bag kepada sang mama.

"Wah, makasih ya nak, ini kue nya kamu Sendiri yang bikin?," Tanya mama Pradikta.

Siska mengangguk.

"Rasanya enak banget, mirip sama buatan Temen kamu itu lho Ta, mama lupa namanya siapa si ara?," Ucap sang mama sambil mengingat ngingat.

Pradikta menggigit bibir bawahnya, Siska mengerutkan dahinya lalu melirik kearah Pradikta, suasana canggung seketika.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang