empat satu : hugo boss

1.8K 194 6
                                        

Ini seperti deja vu, saat Siska turun dari kasur, sepasang sandal tidur berbulunya menyambut kakinya, begitu pas seakaan siapapun yang menyimpan sandal itu sudah mengira ngira dimana kakinya akan turun.

Siska meregangkan otot tubuhnya yang Kaku, ia Tak ingat kenapa bisa Tiba Tiba ada di kamarnya, karna seingatnya tadi malam ia tengah duduk sambil mengelus kepala Pradikta di pahanya, jam tangan di kamarnya Masih menunjukan pukul 4 dini hari.

Siska keluar dari dalam kamarnya dan melihat Pradikta yang tengah meringkuk di sofa dengan kaki terterkuk, padahal ukuran sofanya sudah cukup panjang, ia berjalan mendekati Pradikta, menarik selimut yang sudah melorot hingga pinggang Pradikta, begitu pula dengan kemeja yang dipakainya sudah sangat kusut

Tidur Pradikta amat nyenyak, bahkan saat Siska membetulkan letak selimut nya, lelaki itu Tak terbangun, padahal Siska tahu, Pradikta orang yang sangat sensitif dengan suara lelaki itu mudah terbangun jika mendengar suara, Siska berdiri di dekat sofa, mengamati wajah Pradikta yang tertidur tenang.

"Jangan diliatin mulu Mbak," suara Meta membuat Siska salah tingkah dan pipinya memerah.

"Mbak tadi semalem Saya ambil selimut yang di lemari bawah buat mas Pradikta enggak apa apa kan?," Tanya meta hati hati.

"Kamu yang nyelimutin dia?," Tanya siska waspada. Siska terbayang meta yang menyelimuti Pradikta dengan gerakan sensual, sambil mengagumi Pradikta yang tengah terlelap tersebut.

Meta terkekeh melihat sikap jealous  Siska, "ya enggak Mbak, kemarin abis nganter Mbak ke kamar, mas Pradikta udah ngantuk katanya daripada kenapa kenapa nanti nyetir sambil ngantuk Saya suruh nginep aja, terus mas nya minta selimut ke Saya, dia pake Sendiri kok Mbak, Saya langsung masuk kamar," ucap meta sungguh sungguh.

Siska mengangguk nganggukan kepalanya, lalu menyerahkan segelas air putih kepada meta, "bangun tidur minum dulu biar gak dehidrasi," ucapnya peduli, meta langsung mengangguk dan mengambilnya, dan langsung menuju kamar Mandi.

Siska melirik meta yang sudah masuk kedalam kamar Mandi lalu berjongkok di dekat sofa, kembali menatap Pradikta yang Masih terlelap, Pradikta memang tampan, bahkan dengan rambut yang berantakan seperti saat ini, seluruh wajahnya terkesan sempurna, tidak berlebihan, namun menawan. Siska tersenyum, namun buru buru menggeleng.

Siska mendekat, tangannya terjulur hendak menyentuh Alis Pradikta.

"Siska.." suara serak Pradikta mengagetkan Siska belum lagi tangan kanan yang hendak ia gunakan untuk menyentuh Alis Pradikta di tarik oleh lelaki itu hingga tubuhnya yang dengan posisi terbungkuk itu dengan mudah terjatuh dengan posisi wajah Siska diatas dada Pradikta.

Wangi Hugo boss soul khas Pradikta menguar di hidung Siska, ia malah menggesek-gesekan hidungnya, menghidu wangi Parfume Pradikta yang begitu manly, "Siska..," panggil Pradikta lagi, Siska mendongkak kan kepala matanya bertemu dengan mata Pradikta yang tengah menatapnya dengan senyuman yang malah membuat jantung Siska berdetak lebih cepat, pipi Siska bersemu merah karna malu ketahuan menghidu wangi Pradikta.

Dengan gerakan pelan khas orang bangun tidur Pradikta berusaha untuk bangkit dengan wajah Siska yang Masih menempel di dadanya.

Siska yang tersadar buru-buru berusaha bangkit dengan melepaskan tangannya dari cekalan Pradikta dan bertumpu pada kedua bahu Pradikta, sehingga yang tadinya Pradikta akan bangkit kembali berbaring.

"Jangan bangun dulu Masih pagi," ucap siska sambil menormalkan detak jantungnya dan menahan malu

Pradikta melirik Guess yang melekat di pergelangan tangannya, "sudah jam 4 lewat, aku mau salat subuh," ucapnya heran.

Siska membasahi bibir nya, "oh iya, iya subuh, salat subuh ya, aku juga mau salat" ucapnya rancau  lalu mundur.

Pradikta yang menyadari Siska salah tingkah tersenyum miring, "Masih mau nyium wangi aku?," Ucapnya sambil kembali berbaring lalu menepuk nepuk dadanya.

Siska menggeleng, Tanpa bicara apapun lagi ia lari menuju kamarnya menahan malu.

Siska menghembuskan nafas kencang, ketika berhasil sampai ke kamarnya dan menutup pintu, "astagfirullah," ucapnya sambil mengelus dada nya yang bergemuruh.

Ia mengendus tangannya, ada aroma Pradikta yang tertinggal di Sana, ia menggeleng, sambil beristigfar, besok harus beli parfume hugo boss titik, batinnya.

             
                                 ---

Siska keluar dari kamarnya Setelah Mandi, berganti pakaian, sofa tempat Pradikta tidur tadi sudah kosong, selimut Abu abunya sudah terlipat tapi, bantal cushion yang di pakai Pradikta pun sudah di tata rapi seperti sedia kala.

"Mas Pradikta belum balik Mbak dari masjid," ucap meta yang sedang mengolesi roti di meja makan, Siska melirik jam tangan yang sudah menunjukan jam 5 lewat.

"Udah jam 5 lho?," Bertepatan dengan itu pintu terbuka menampakan Pradikta dengan wajah yang sudah lebih segar.

Siska berdeham, ia masih Malu dengan kejadian tadi.

"Met, di depan ada yang nyariin katanya mau nganter kopi," ucap pradikta memberi tahu meta.

Meta langsung buru buru menyimpan pisau selai yang sedang di pegangnya dan buru buru berjalan keluar, "Mbak lanjutin ya," teriaknya sebelum pergi ke luar.

Siska mengangguk Lalu menuju meja makan, pradikta mengikutinya, duduk tepat di hadapannya sambil menggulung letak kemejanya.

"Maaf aku nginep di sini lagi, kemarin mau pulang tapi aku gak ngantuk banget, takut gak fokus kalau bawa mobil," ucap Pradikta menatap siska.

Siska mengangguk, ia menghindari tatapan Pradikta  "iya gapapa, kalau gitu seharusnya kamu bangunin aku, biar aku tidur sama meta, tidur di sofa gak nyaman," ucap siska sambil mengolesi selai.

"Gapapa kok, sofa nya empuk," ucap Pradikta sambil terkekeh.

"Wanna coffee?," Tanya Siska dibalas anggukan oleh Pradikta.

Siska berjalan menuju kitchen island, mengambil bubuk kopi kesukaannya, dan memasukannya kedalam coffee maker.

"Supplier kopinya dari Mana?," Tanya Pradikta sambil menunggu kopinya.

"Dari ijen," ucap siska singkat lalu meletakan cangkir kopi di hadapan Pradikta.

"Aku mau jengung mama mu boleh?," Tanya nya.

Pradikta mengangguk sambil menyeruput kopi nya, "tentu saja boleh, terimakasih kopinya,"

Siska mengangguk.

"Nanti berangkatnya bareng aja, aku jemput kamu nanti siang, sekarang aku harus pergi dulu ke kantor, " ucap Pradikta.

Siska mengangguk lagi, ia terdiam, Pradikta melirik Guess nya, "aku pergi sekarang ya,".

"Enggak sarapan dulu?," Tanya Siska.

Pradikta menggeleng, "nanti aja," tolaknya lalu bangkit dari duduknya.

Siska mengantar Pradikta ke tempat parkir, "hati hati ya dijalan," ucapnya sambil melambaikan tangan Pradikta tersenyum, saat Siska berbalik menuju rumahnya Pradikta memanggilnya lagi.

Siska berbalik melihat Pradikta yang berjalan menghampiri nya.

"Apa lagi?," Tanya Siska heran.

"Ada yang lupa,"

"Apa?,"

Pradikta mengikis jarak, lalu memeluk Siska erat, "terimakasih," ucapnya.

Tubuh Siska menegang, efek Pradikta Masih cukup besar untuknya, dengan canggung ia membalas pelukan Pradikta.

-------

Hugo boss parfume kesukaan aku hahahha

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang