fourteen

2.3K 275 2
                                    

"Lagi butuh pegawai?,", Tanya pradikta yang baru saja datang siang ini.

Siska mengangguk

"Gue free setiap hari Minggu boleh daftar gak?," Tanya nya membuat Siska mengerutkan keningnya wanita itu tak menjawab apa apa.

"Beneran deh, boleh gak?," Tanya pradikta lagi.

"Lo lagi butuh uang ? Sampai harus kerja di sini, lagian kan Lo udah kerja weekend itu harusnya istirahat," ucap Siska.

"Lo peduli banget ya sama gue, " ucap pradikta sambil terkekeh.

"Eh bukan gitu, yaudah kalau Lo mau silahkan, tapi kalau cuma hari minggu bayaran nya gak seberapa lho," ucap Siska

"Gapapa bayarannya strawberry toast, Lo yang bikin jangan meta," tawar pradikta.

Siska menggeleng "nanti ada orang yang pingsan lagi, kalau gue masak,"

Pradikta terdiam "btw soal itu kan gue udah minta maaf, Lo kok dendaman sih?," Ucap pradikt memelas.

Siska tertawa "oke toast strawberry, tapi kalau pingsan gamau gotong ya,"
Pradikta terkekeh "kalau pingsan mutilasi aja buang ke Ancol ya, biar si manis punya temen," ucap nya lalu mereka berdua terkekeh.

••

Dihampir jam 11 malam sebelum kafe tutup seorang lelaki bertopi dan mengenakan masker buff masuk kedalam kafe.

"Maaf mas, kami sudah tutup," ucap Siska sesopan mungkin.

Lelaki itu membuka topi nya, "saya mau daftar kerja di sini mbak," ucap lelaki itu.

Siska mengangguk "saya kebetulan pemilik kafe ini, silahkan duduk dulu," ucap siska lalu mereka bedua duduk di salah satu sofa di sudut ruangan.

Lelaki itu menyerahkan CV nya, namanya Ryan Handara, 22 tahun, lulusan SMA, namun memiliki lisensi baristaberasal dari Bali. Saat Siska membaca CV nya lelaki itu membuka masker buff nya, mata Siska yang tak sengaja melihat wajahnya, langsung mengerejapkan mata beberapa kali.
"Kamu beneran mau kerja di sini?," Tanya Siska yang dibalas anggukan oleh lelaki itu.

"Kamu gak mau jadi artis aja?," Tanya siska karna kaget melihat wajah Ryan, wajahnya putih bersih walau tidak seperti artis Korea, tubuhnya tinggi.
Ryan tertawa "saya enggak ada bakat nyayi atau akting mbak," ucapnya sambil terkekeh.

Siska mengangguk-ngagukan kepalanya.

Mereka berdua bercakap cakap, dan lelaki itu langsung menyetujui gaji yang di tawarkan oleh Siska.
"Besok pagi datang jam 8 ya, kafe ini buka jam 9, besok kamu bisa langsung kerja," ucap Siska Lelaki itu mengangguk "Makasih mbak," ucapnya lalu pamit.

Mata meta melotot menatap Ryan yang tengah berdiri di depan nya, mulutnya terbuka, Siska yakin kalau di biarkan rahangnya bisa patah.
Meta menarik tangan siska, "Mbak dia Ryan yang mbak ceritain kemarin?," Tanya Meta
Kemarin malam Siska memang sudah menceritakan tentang Ryan kepada meta, kalau Ryan akan mulai kerja besok, Siska juga menceritakan soal tampang Ryan saat itu meta bilang itu pasti biasa saja, ia tak percaya mengenai apa yang Siska jelaskan kemarin malam, dan saat ini dia baru yakin kalau apa yang di ceritakan Siska benar benar nyata.

"Mbak makasih udah kasih saya jodoh," ucap meta membuat Siska keheranan

"Saya Sakin Ryan itu jodoh saya mbak, saya bakal semangat kerjanya," ucapnya sungguh sungguh lalu berjalan meninggalkan Siska yang masih berdiri sambil geleng geleng kepala.

•••

"Saya keluar sebentar ya Met, titip kafe," ucap Siska yang sore sudah rapi mengenakan kemeja navy dan rok midi kembang kembang dengan warna senada.

Meta mengangguk mengiyakan, Siska berjalan menuju pintu keluar kafe, hari ini hari pertamanya mengikuti cake course yang tak jauh dari sini, ia sudah mendaftarkan dirinya sejak beberapa hari yang lalu, dan hari ini lah jadwalnya.

"Mau kemana Sis?," Tanya pradikta yang baru saja datang, dia memang sering datang ke kafe setiap jam tiga sore.

"Mau keluar sebentar,"

"Naik apa?," Tanya nya

"Motor," jawab Siska singkat
Pradikta menenggakan kepalanya melihat langit yang mulai menghitam.

"Udah mau ujan," ucap pradikta

"Ya mangkanya ini mau buru buru pergi,"

"Gue anter ya, kayaknya bakal ujan gede," ucap pradikta yang di balas gelengan oleh Siska. Tak lama, kemudian terdengar petir yang bersahutan, Siska menatap langit yang semakin menghitam
"Gue anter ya?," Tanyanya yang kemudian dibalas anggukan oleh Siska.

Mobil pradikta berhenti di depan sebuah ruko mewah 2 lantai di pinggir jalan, ada plang besar bertuliskan Anin's cake and cooking course , "Lo mau kursus disini?," Tanya pradikta yang dibalas anggukan oleh oleh Siska, "makasih ya, gue mau masuk dulu, takut telat," ucap Siska kemudian turun dari mobil pradikta sambil memegang payung ditangannya.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang