"namanya Jatuh cinta, jadi di jika mau cinta kamu harus siap dengan Rasa sakit akibat jatuhnya."
☕☕☕
Buruk, sangat buruk, Siska menatap wajahnya di cermin, hidungnya memerah belum lagi matanya sembab karna terlalu lama menangis, Setelah Pradikta pulang semalam ia buru buru pergi ke kamarnya, mengunci kamarnya agar meta dan Ryan Tak tahu kondisinya, walau Siska Tak yakin mereka tak curiga, mengingat saat Pradikta pulang kemarin melewati kafe dengan wajah memerah menahan kesal pasti menjadi pertanyaan mereka.
Mata Siska melirik pada sepasang sepatu yang ia simpan di atas meja di kamarnya, sepatu Itu cantik, seandainya hubungannya dengan Pradikta baik baik saja mungkin ia Akan bahagia, belum lagi dengan kata kata manis yang ada di secarik kertas di dalam kotak sepatu yang begitu romantis.
Apakah kata katanya kemarin berlebihan? Pertanyaan Itu memutar sejak kemarin di benaknya, namun, ia tidak mungkin membiarkan hati nya tersakiti lagi, membiarkan Pradikta kembali dengan chef ayu dengan dirinya yang Masih menjadi pasangan Pradikta?, Namun, Jika di ingat ingat dari cerita chef ayu, bagaimana perlakuan mantannya yaitu Pradikta terhadap dirinya yang bisa dibilang kurang cukup baik mungkin bisa jadi bukti bahwa Pradikta sudah Tak mencintai nya lagi, Namun, for God sake, chef Ayu adalah godaan bagi setiap lelaki normal, perempuan Itu sangat cantik, elegan, dan terlihat ekslusif, ia belum yakin Pradikta mampu mengatur perasaannya, pernah dengar Dari Benci jadi cinta kan?, Itu yang ia takutkan.
Tunggu?, Ataukah ini bagian doa darinya yang menginginkan chef Ayu dan mantannya berbaikan? Kalau iya astaga, cancel saja doanya, kalau bisa jangan buat mereka bersama lagi, karna Itu menyakitinya.
"Mbak kemana aja enggak keluar keluar," Tegur meta saat Siska keluar dari kamarnya, ia menatap siska lama.
"Mbak abis nangis?," Tanya nya lagi dibalas gelengan Siska.
"Abis nonton drakor," jawab Siska sambil membuka pintu kulkas
"Abis berantem sama mas Pradikta ya Mbak?," Tebaknya
"Abis nonton move to heaven," jawabnya pelan
"Berantem kenapa Mbak?," Tanya nya Tanpa memperdulikan Ucapan Siska
"Kamu tahu gak tempat uninstall perasaan, Saya capek dimainin terus,"
Meta menggebrak meja, membuat Siska tersadar dengan apa yang ia ucapkan lalu buru buru membekap mulutnya.
"Maksudnya, uninstall perasaan karna Saya capek perasaannya di mainin kalau nonton drama korea gitu maksudnya," ucap siska sambil terkekeh menutupi ringisannya.
Meta maju mendekati Siska, menggenggam tangannya erat,"Mbak jangan bohong, tapi maaf ya Mbak mungkin ini urusan pribadi Mbak, tapi kalau Mbak butuh teman, cerita saja sama Saya, Saya Akan dengerin Mbak, Saya ada disini, Saya udah anggap Mbak kakak Saya sendiri," ucap meta penuh kesungguhan membuat Siska terisak, meta memeluknya erat mentransfer energi yang ia miliki.
"Tapi, mas Pradikta kelihatannya bucin banget sama Mbak," ucap meta serius
"Ya, Itu kan kelihatannya, hati dan fikirannya kan kita gak tahu, mungkin Saya yang terlalu cinta sama dia, sampai sampai Saya enggak menyadari ini," Siska terdiam sejenak.
Meta menghela nafas, "Mbak maaf tapi apa mungkin ini cuma kesalah fahaman diantara mas Pradikta sama Mbak?," Tanya nya hati hati.
Siska terdiam lalu menyeruput coklat panasnya "mbak tahu gak kenapa Saya gak manggil manggil Mbak dari kemarin sore?,"
Siska berdecak "Kamu malah ngajak Saya main tebak tebakan,"
"Mas Pradikta nyuruh Saya sama Ryan untuk enggak ganggu Mbak semalam, dia ngingetin kami berdua untuk gak menyinggung apa apa tetang dia, bahkan dia yang ngasih coklat panas yang Mbak minum, dan nyuruh Saya nyiapin kalau Mbak udah keluar kamar," jelas meta
"Serius dia begitu?," Nada suara Siska Naik 5 oktaf.
Meta meringis,"Saya ngomong Gini bukan biar bujuk Mbak baikan ya sama mas Pradikta, soalnya aja bilang sama Saya untuk rahasiakan ini, tapi Saya harus langgar janjinya, Saya takut Mbak menyesal suatu saat nanti, Saya yakin ini cuma kesalahfahaman diantara kalian,"
Siska terdiam, "enggak segampang Itu met, mungkin dia mencintai Saya, tapi dia juga mencintai orang lain, dan Saya enggak siap dengan kemungkinan Itu,".
🍩🍩
S
iska turun dari motornya dengan terburu-buru, ia hanya memakai midi dress dan cardigan tajut yang ia ambil asal dari dalam lemari, rambut dicepol asal, dan kacamata yang bertengger di hidungnya, Setelah melepas helm ia langsung berlari kedalam rumah sakit, beberapa menit yang lalu ia diberi kabar oleh kaylandra kalau Chef Ayu kecelakaan ketika proses shooting masak sedang berlangsung, walau pun kondisinya kurang baik tapi Siska memaksakan diri datang ke Rumah sakit Sendirian bagaimana juga chef Ayu temannya, dan seharusnya Hari ini Siska ikut menemaninya shooting tapi karna masalahnya Siska terpaksa membatalkan janjinya.
Siska berlari di lorong rumah sakit menuju ruang UGD.
"Kay, gimana chef ayu?," Tanya Siska sambil terengah engah ketika sudah berada di depan UGD melihat Kaylandra sedang duduk disana.
"Lagi di cek dokter Mbak, tapi belum sadar juga" jawab Kaylandra lesu.
Siska menghela nafas, ikut duduk di sebelah Kaylandra, "Chef Ayu pasti baik baik aja," ucap siska menyemangati.
Kaylandra tersenyum, mereka terdiam.
"Kay!," Panggil seseorang membuat mereka menoleh, Mbak Alin kakak Chef ayu berlari menghampiri mereka bersama seseorang lelaki yang membuat Siska membelakkan matanya.
Begitupun Pradikta, ia terlihat terkejut melihat siska.
"Gimana Tara kay?," Tanya nya panik
Kaylandra tergagap, "lagi di cek dokter Mbak,"
Mbak Alin menghela nafas, perempuan Itu duduk di sebelah Kaylandra, sedangkan Siska kembali duduk dengan jemari yang tertaut.
Pradikta Tak mambuka suara ia hanya menatap siska.
Tak lama pintu terbuka, dokter keluar dari ruangan Mbak Alin, Pradikta, dan Siska masuk kedalam meninggalkan Kaylandra yang berbicara dengan dokter.
Mata Siska melirik raut wajah Pradikta yang terlihat begitu panik dan melihat Itu sangat membuatnya sesak.
Perlahan mata chef Ayu terbuka, ia melihat Pradikta yang ada di sebelahnya, lalu Tanpa aba aba memeluknya, Pradikta terlihat kaget, karna tidak siap di peluk Tiba Tiba seperti Itu.
Tindakan spontanitas chef Ayu, membuat Siska kuat kuat menggigit bibir bawahnya dan meremas dress nya kuat-kuat, matanya bersitatap dengan Pradikta menceritakan kekecewaannya lewat tatapan mata.
"Mbak Alin, dokter butuh persetujuan keluarga," panggil Kaylandra membuat Mbak Alin buru buru keluar dari ruangan.
Pradikta dan Siska Masih saling bertatap, mengabaikan rintihan sakit Tara yang memeluk Pradikta erat.
Hingga akhirnya setetes air mata turun dari mata Siska pelan, Siska memutus pandangan, buru buru menghapus air matanya, dan berjalan terburu keluar ruangan Tanpa bicara apapun.
To be continue.
Authors note:
Hallo everyone ! @Cicakdinding disini! Segini dulu ya part 48 nya, semoga suka, maaf update nya lama, saran kritiknya aku tunggu di comment section.
Thanks for reading
And have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
ChickLitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...
