seventeen

2.2K 260 4
                                        

"Pradikta turunin disini kalau Lo gamau jawab pertanyaan gue," teriak Siska yang masih tak Pradikta hiraukan.

"Pradikta, jawab gue," panggil siska lagi seraya menarik narik tangan pradikta

"Tolong tolong...," Teriak Siska sambil membuka jendela mobil.

Pradikta pun menghentikan mobil, menarik tangan Siska dan langsung membekap mulutnya.

"Gila ya Lo?, Kalau disangka gue ngapa-ngapain gimana?," Ucap Pradikta dengan keadaan tangannya masih membekap mulut siska.

Pradikta menarik tubuh Siska "gue belum berniat buat jadi pembunuh," bisik nya  di telinga Siska.

"Aaahh," teriak Pradikta ketika telapak tangan kanan gue digigit oleh Siska sedangkan tangan kiri gue masih mendekap pinggang Siska kencang.

Pradikta mengaduh, saat tatapan matanya bertemu dengan mata Siska  Pradikta tak menyadari kondisi nya  dan Siska sangat lah dekat.
"Lo deg degan ya?,"bisik pradikta di telinga Siska, saat itu juga Siska yang dengan posisi membelakanginya menoleh kearah Pradikta ditambah lagi posisi lelaki itu yang agak condong ke arah siska, hingga tak sengaja sepersekian detik bibir pradikta mengenai sudut bibirnya, mereka berdua terkesiap, pradikta langsung menjauhkan wajahnya.
Tapi, bukan jawaban yang Pradikta dapat tapi sebuah tonjokan di perut yang ia dapat kan.

"Kurang ajar" kesal Siska lalu turun dari mobil

Siska terduduk di salah satu batu besar yang tak jauh dari mobil Dikta, dijalanan ini benar benar sepi, hanya di penuhi pepohonan tinggi dan di tambah lagi hari yang semakin sore dan kondisi setelah hujan membuat agak berkabut, membuatnya berkali kali mengusap-ngusap tangan berusaha mengenyahkan hawa dingin.

"Sialan," Desis siska kesal namun wajahnya bersemu merah merona sambil menggesek gesekan telapak tangannya berusaha menghalau hawa dingin. Beberapa menit siska duduk disana, Pradikta tak kunjung turun, hanya ada suara jangkrik dan burung yang menjadi penghalau kesunyian yang menerpa.

Setelah sekian lama, Dikta turun dari kemudi mobil dan berjalan ke arah siska, berkali kali lelaki itu mengusap tengkuknya.

Kini, lelaki itu berdiri di hadapan siska sambil sesekali berdeham.

"Gue minta maaf banget Sis, gue yang salah, sorry ya, ayok masuk lagi dingin di luar," ucapnya grogi namun ada nada sungguh-sungguh yang di tangkap Siska dari suaranya. Siska masih bergeming, lalu berdiri dan mengangguk, lalu berjalan mendahului nya menuju mobil.

"Ini jaket gue, pake aja, Lo pasti kedinginan," ucap Dikta ketika mereka sudah di mobil sambil menyodorkan jaket berwarna coklat miliknya yang dia ambil dari jok kursi belakang, yang langsung Siska gunakan.

"Minum dulu, ini air hangat, udah dari pagi sih, tapi ya lumayan masih agak hangat kok," ucapnya sambil menyodorkan Tumblr berwarna merah marun.

Siska masih terdiam, tak berniat mengambil Tumblr itu dari tangannya.

Pradikta tersenyum tipis "belum gue minum kok Sis, nih minum muka Lo pucet banget," ucapnya tulus yang membuat siska bagai kerbau di cocok hidung langsung mengambil Tumblr itu dari tangan nya dan meminumnya.

Dan, mobil pun langusng berjalan membelah jalanan basah dan kabut kabut tipis di sela sela pepohonan pepohonan tinggi. Tanpa Siska sadari ada lengkungan samar yang terbentuk di bibirnya melihat perlakuan Pradikta.

"Sebenernya kita gak nginep di hotel Sis, gue tadi mau ngajak Lo ke sini, ini Villa keluarga gue, ayo masuk," ajak Pradikta ketika mereka sampai di salah satu rumah sederhana berwarna putih dan coklat dengan tema Vintage.

Saat mereka datang mereka di sambut seorang perempuan tua yang memakai daster batik dan kerudung coklat beserta seorang remaja lelaki yang langusung menghampiri Dikta dan mencium tangannya dan tangan siska bergantian lalu langsung membawa koper milik Siska dan Pradikta.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang