twenty-nine

1.8K 227 15
                                        

Siska menyandarkan kepalanya di bahu pradikta, dia memeluk setoples kacang almond panggang padalah aat dating ke apartemen pradikta ia sudah membawa dua bungkus makanan ringan berukuran large kesukaanya. Tapi, lagi dan lagi, chiki miliknya diambil pradikta dengan alasan “gak sehat” dan lantas lelaki itu langsung menyerahkan setoples kacang almond panggang sebagai pengantinya.

Mata siska fokus pada film Netflix yang tengah berputar, sedangkan pradikta sibuk dengan laptop di atas pangkuannya, menatap serius sambil mengetikan sesuatu yang tidak siska mengerti di sana, “udah dong kerjanya, weekend nih,” omel siska sebal.

“sebentar ya, sebentar lagi beres,” balas pradikta sambil tersenyum, lalu kembali menekuri laptop di hadapanya.

Siska berdecak, ia bangkit dari duduknya, membuat pradikta buru-buru menoleh kearahnya, “mau kemana?” tanya pradikta

“ambil minum, haus!,” teriaknya yang tengah berjalan menuju pantry.

Pradikta menganggguk-nganggukan kepala mendengarnya, ia kembali fokus pada laptopnya, sebelum suara teriakan nyaring yang memekakan telinga terdengar ke seluruh penjuru ruangan.

“PRADIKTA!!!” suara siska yang menggelegar dai pantry, membuat pradikta buru buru bangkit menyimpan laptopnya diatas meja, dan menghampiri wanita yang kini menjadi kekasihnya itu.

“kenapa?”

“soda aku mana?” tanya siska sebal, pradikta meminta siska mengubah panggilan mereka menjadi aku- kamu dengan alasan agar terdengar lebih mesra, yang langsung di setujui siska yang memang jarang menggunakan sapaan lo-gue.

Pradikta terkekeh, “minum jus atau air putih aja ya,” bujuknya
Siska berdecak,”ya tapi, kamu buang kemana sodanya? Aku beli enam lho,” siska bersedekap bersandar pada kulkas.

“aku buang,” jawab pradikta enteng membuat siska kesal.

Tanpa bicara lagi, ia langsung berjalan meninggalkan pradikta dan duduk di atas sofa, memustkan pandanganya kembali ke layar tv di hadapannya, tanpa menghiraukan pradikta yang membujuk nya, “Eh, masa gara gara soda aja, marah,” ucap pradikta sambil menatap siska lalu dengan iseng menjawil hidung siska dan memencet pipi siska menggunakan jari telunjuknya.

Siska menrenggut kesal karna pradikta terus mengganggu nya, setelah membuang sodanya tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya, lelaki itu kini malah terus mengganggunya, “aku enggak marah, tapi kesel, seharusnya kamu bilang terlebih dahulu, itu kan punya ku,” siska kini menatap pradikta.

Seperti anak kecil yang sedang di marahi ibunya, pradikta menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memundukan kepala, “maaf ya,” ucapnya lalu memeluk siska erat, siska berdecak.

“enggak kerja lagi?” tanya siska risish karna pradikta terus memeluknya.

Pradikta menggeleng, “nanti aja, itu bisa di kerjain di kantor,” balasnya tanpa melepaskan pelukan.

Membuat akhirnya siska menyerah untuk melepaskan pelukan pradikta, danhanya mampu menghela nafas.

••

“udah jam makan siang,” ucap siska disela sela kehenigan saat mereka sedang menonton adegan makan di film yang sedang mereka tonton.
Pradikta yang bersandar pada sofa dengan lengan kanan yang menjadi bantalan siska menoleh, “kamu lapar?, tadi di kulkas kosong aku belum belanja,”

“delivery aja kali ya?” tanya nya lagi.
Siska menggeleng, ia bangkit dari posisi bersandarnya dan melepaskan pelukan pradikta “Masak aja gimana? Kita belanja dulu sebetar,”

Pradikta mengangguk, ia bangkit dari duduknya, “aku ganti baju sebentar, ya,”ucap pradikta sambil mengusap kepala siska.

Selama pradikta berganti pakaian, siska menatap beberapa poster yang di pajang oleh pradikta, ada juga beberapa foto yang dipajang di atas buffet, mata siska beralih pada foto sebuah keluarga dengan wajah anak laki laki yang tampak datar, lalu foto foto seorang anak laki-laki yang bisa siska tebak merupakan pradikta.
“mama selalu maksa untuk di foto, sampai aku khawatir dia sudah mempersiapkan aku untuk jadi model,” ucap pradikta tiba tiba muncuk dengan celana khaki chino, T shirt putih yang kembali di tutupi dengan jaket berwarna coklat tua, membuat siska reflek melihat pakaianya sendiri yang mengenakan rok sebetis berwarna coklat muda, dan kemeja berlengan panjang berwarna coklat tua.

“kamu enggak sengaja bikin kita pakai baju samaan kayak anak TK kan?” tanya nya sambil menyipit.

Pradikta menatap pakaiannya sendiri, “kenapa ? enggak jelek kok,”

“tapi masa samaan sih? Nanti aku dikira pacar posesif lagi, deh,”

“enggak akan ada yang ngira begitu, ayo ah, masa udah ganteng begini harus ganti lagi,” ucapnya meyakinkan membuat siska berdacak, walau sebenarnya harus siska akui pradikta di hadapannya benar benar menawan.

“lelaki lain malah mau pake baju samaan,” gumam siska pelan, namun mampu di dengar pradikta.

“aku kan beda dari yang lain, ayo ah udah lapar kan?” ucapnya membuat siska tersenyum lalu buruburu menarik wanita itu.

••

Sepanjang jalan, pradikta tak melepaskan tangannya pada siska, siska menunduk menutupi wajnya dengan rambut karna merasa malu banyak yang memperhatikan mereka, karna sikap pradikta yang begitu ketara. Pradikta menorong trolley belanja dikuti siska yang berjalan di samping nya. Mungkin, orang orang yang tak mengenalnya akan beranggapan bahwa mereka adalah pasangan muda yang sedang berbelanja bulanan.

“Ribeye atau Tanderloin?” tanya Pradikta dengan dua danging di tangannya.

“Aku Ribeye aja,”

“Mas tuh liat, suaminya nurut pakai baju samaan, cocok kan?” ucap seorang wanita kepada seorang lelaki di sebelahnya yang seperti nya merupakam sepasang suami istri ketika tengah mendorong trolley melewati siska dan pradikta.

Siska dan pradikta saling menoleh, lalu tertawa bersama mendengar ucapan wanita tadi. “tuh kan cewek itu aja pengen pakai baju samaan,” ucapnya santai sambil mendorong trolley, membuat siska berdecak, “kamu emang limited edition,”
Pradikta tertawa,” selera kamu soal lelaki emang tidak salah, sangat baik,’ ucap pradikta sambil terkekeh membuat siska memutar bola matanya.

Setelah cukup lama berkeliling untuk membeli barang barang yang di perlukan, mereka berdua langung berjalan menuju kasir untuk melukan transaksi pembayaran. 

“kamu enggak mau beli apa- apa?” tanya pradikta baru sadar ketika melihat isi trolley nya rata rata barang barang kebutuhannya dan bahan bahan masakan.

Siska menggeleng “mau beli chki sama soda, tapi, pasti enggak akan boleh sama kamu,” ucap siska cemberut.

Membuat Pradita tersenyum lalu mengusap kepala siska, “kesehatan itu perlu dijaga baik-baik,” nasihatnya membuat pramuniaga supermarket tersenyu melihat sepasang sejoli yang sangat serasih itu, membuatnya menjadi salah tingkah sendiri dan pada akhirnya menuntaskan memindai semua barang belanjaan kedalam kantung plastic berbayar. Setelah pentotalan dan pembayaran selesai barulah ia menyerhkan struk belanja sambil tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

“kita beda berapa tahun sih?” tanya siska penasaran.

“kenapa? Muka ku keliatan muda ya?” tanya nya sambil terkekeh.

“over confident , enggak baik fyi,”
Pradikta terkekeh, tangan kanan nya meraih dompet di saku celanaya, “lihat aja di KTP,” ucapnya enteng lalu menyerahkan dompet ocean planet kearah siska yang duduk di sebelahnya.

Siska ragu-ragu mengambilnya, “enggak masalah aku buka?’ tanyanya polos.

Pradikta mengguk, ‘buka aja,” siska menoleh kearahnya, “kam enggak taku aku curi uang kamu”

“memang kamu niat nyuri uang ku?’ pradikta malah bertanya balik, siska berdecak ‘ya enggak lah,” pradikta kembali menggukan kepanya
“yasudah buka aja, masih dengan pandangan fokus kedepan, jalanan yang licin karna hujan, dan membuat jarak pandang menurun mengharuskannya fokus memperhtikan janan di depan.
Siska membuka dompet pradikta, mengambil KTP pria itu dan membacanya dengan seksama, matanya langsung terfokus pada tahun lahir yang terletak dibaris tanggal lahir yang ternyata hanya beda dua tahun dengannya, “Cuma beda dua tahun,”

Pradikta menoleh ketika mobil yang di kendarainya berhenti di lampu merah, “ha? Kamu 28? Aku kira 27 lho,” ucapnya di balas decakan sisak, haha lucu cuma beda 1 tahun,”.

Pradikta kembali tersenyum, “aku bohong baget dong kalau jawab usia kamu 23 tahun,” ucap pradikta bercanda yang malah di tanggapi wajah datar oleh siska membuat pradikta terkekeh lagi, karna berhasil menggagu wanita itu.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang