tiga puluh sembilan : kanker

1.8K 198 7
                                        

Pradikta berjalan masuk kedalam rumahnya sambil menenteng sebuah paper bag berisi beberapa kotak Twinings Tea kesuakaan mamanya, seminggu sekali ia pasti akan datang menyambangi rumah orang tuanya, biasanya ia akan datang di waktu weekend, akan tetapi pradikta berencana menghabiskan weekend nanti dengan Siska, jadi ia datang ke rumah orang tuanya hari ini, kebetualan jadwalnya sedang lowong.

"Pagi mbak," pradikta menyapa ART keluarganya yang sedang menyapu halaman.

Sarinah, Asisten rumah tangganya tersenyum, "pagi mas, mau ketemu ibu?," Tanya nya sopan.

Pradikta mengangguk,

"ibu ada di dalam mas," ucap nya sopan

Pradikta menganggukkan kepalanya, "yaudah mbak aku masuk dulu ya," pradikta pamit dan langsung berjalan masuk kedalam rumahnya.

Ketika pradikta masuk, ia melihat namanya sedang duduk sambil memperhatikan tabnya. "Assalamualaikum ma," pradikta menghampiri nya sambil tersenyum.

Mama pradikta mendongkak, ia ikut berdiri ketika anak lelaki satu satunya berjalan kearahnya, "ini kan bukan weekend, tumben kamu kesini?," Tanya sang mama.

"Lagi lowong Ma, ini aku beliin Twinings, punya mama abis kan?," Tanya nya.

Sang mama tersenyum, tangannya mengambil paper bag yang di bawa pradikta dan membukanya, "kok tahu Twinings mama abis?,"

Pradikta tersenyum kecil, "tanya sama mbak kemarin," jawabnya lalu langsung duduk di sebelah sang mama.

Pradikta melirik layar Tab milik sang mama yang menampilkan sebuah aplikasi belanja online yang sedang hype di media sosial, "tumben Ma pakai online shop ? Biasanya pakai personal shopper,"

"Personal shopper itu kalau buat beli barang barang yang limited edition, kalau buat beli barang barang biasa ya lebih baik pakai online shop," jawab sang mama lalu kembali fokus pada tab nya.

Pradikta berdecak, "gaya banget deh ma,", ucapnya sambil terkekeh.

"Kamu sendirian aja?," Tanya sang mama

Pradikta mengangguk,

"Siska gak ikut?," Tanya nya dibalas gelengan pradikta kembali.

"Ajak dong ke sini, kenalin sama Papa,"

Pradikta mengangguk, "iya nanti aku ajak," ucapnya sambil tersenyum.

"Kamu udah makan?," Tanya mamanya lagi

Pradikta menggeleng, mamanya menghembuskan nafas kesal, "kamu ini udah gede makan tetep harus di ingetin, makin kurus aja nanti kamu," ucap sang mama lalu menyimpan tab nya dan menarik tangan pradikta menuju meja makan.

Pradikta menatap pantulan tubuhnya di cermin yang ada di dapur, "kurus dari mana ma?, Udah pas segini,"

Tangan pradikta kembali di tarik, "sini makan dulu," ucap sang mama.

Pradikta mengangguk, ia menatap hidangan yang ada di atas meja, "sisa pagi gak apa apa kan? Atau mau mama masakin yang baru aja?," Tanya sang mama.

Pradikta menggeleng, " gapapa ma, aku makan yang ini aja, lagian ini juga masih hangat kayaknya ma,"

Mama pradikta mulai menyendokan makanan untuk putra semata wayangnya itu, pradikta terkekeh melihat banyaknya lauk dan nasi yang mamanya berikan, tapi ia tetap memakannya.

Mamanya bangkit dari duduknya, berjalan menuju kabinet dan mengeluarkan sebotol kaca berwarna hitam yang tak Pradikta ketahui itu apa.

"Mama pesan madu kurma kemarin, kamu bawa pulang nih satu, biar makin fit,"

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang