Tiga puluh delapan : pacar dan mantan

1.6K 175 2
                                    

Pradikta membenturkan kepalanya ke meja, semoga saja Tara tidak mengambil asal kesimpulan atas apa yang di lakukannya tadi, itu Pure karna dia peduli bukan karna perasaannya masih sama.

"For your information only Membenturkan kepala ke meja enggak akan bikin kamu mati, perlu aku bantu mutilasi?," Suara Siska membuat pradikta terperanjat dan mendongkak untuk melihat perempuan itu.

Siska tersenyum sambil menyedekapkan tangannya, rambutnya di kuncir kuda dengan poni yang menutupi dahinya, kemeja putihnya di padukan dengan rok floral berwarna coklat, membuatnya terlihat anggun.

Pradikta tersenyum, jantung pradikta berdegup cepat, apakah Siska sempat berpapasan dengan Tara?, Batinnya mengkhawatirkan namun lelaki itu buru buru mengubah raut wajahnya , ia tersenyum, pradikta bangkit dari duduknya merangkul Siska dan membawanya ke sofa,

"Aku bawa beberapa makanan, tapi kayaknya kamu sudah pesan ya?," Ucap Siska melihat isi Tote bag diatas meja berisi Chocolate cake dan sebuah wadah yang Siska kira isinya adalah makanan berat.

"Aku kasih Abhi aja, sebentar ya," Siska bangkit dari duduknya, namun pradikta lebih dulu menarik pergelangan tangan kekasihnya itu.

Pradikta menggeleng, "sini aku makanan buatan kamu aja," ucapnya sambil menarik Tote bag yang di pegang Siska.

"Terus itu?," Beo Siska.

"Yang itu baru kita kasih Abhi," ucap pradikta sambil terkekeh.

"Aku tadi liat Abhi dibawah kayaknya lagi lowong kamu panggil aja ke sini, ajak dia makan bareng," Usul Siska.

"Biarin aja lah, si Abhi bisa makan sendiri nanti, ada apa kamu ke kantor?," Tanya pradikta sambil membuka wadah makanan yang di bawa Siska.

"Gak apa apa, aku lagi free aja jadi kesini,"

"Bukan karna kangen?," Tanya pradikta.

Siska memutar bola matanya, "ini satu alasan aku pengen mutilasi kamu, terlalu percaya diri," matanya lalu menarap keseluruh sudut ruangan pradikta.

Pradikta terkekeh, "kalau aku di mutilasi kamu jomblo dong,"

"Ya mangkanya itu alasan aku menahan diri untuk gak bunuh kamu,"

Pradikta tertawa.

"Kamu tadi pas kesini sempet papasan sama siapa gitu?," Tanya pradikta hati hati.

"Sama siapa?" Siska malah balik bertanya.

"Ya siapa gitu?," Pradikta menjawab dengan ambigu membuat Siska kebingungan.

"Aku gak papasan sama siapa siapa, cuma Papasan sama Abhi di depan," jawab Siska singkat.

Pradikta menganggukan kepalanya, ia menghembuskan nafasnya, syukur lah Siska tak bertemu dengan Tara , batinnya tenang.

Soal Siska yang bertemu Tara, pradikta masih bingung kapan ia harus jujur mengenai yang sebenarnya, mengingat Perlakukan nya pada Tara yang belum bisa kembali baik, ia takut itu akan menganggu hubungan antara Tara dan Siska, ia pasti akan memberi tahunya tapi mungkin itu butuh waktu sampai ia bisa berlaku netral pada Tara, dan Pradikta tak tahu kapan.

Pintu ruangan Pradikta terbuka "Pradikta, ngapain Tar-," ucapannya terhenti saat melihat Siska sedang duduk di sebelah pradikta.

Pradikta menoleh matanya melotot melihat Abhi Siska tersenyum, ia bangkit dari duduknya, "halo mas Abhi," ucapnya sopan diringi senyuman.

Abhi tersenyum canggung, membicarakan mantan di depan pacar tentunya bukan ide yang bagus bukan?

"Halo Siska apa kabar, sudah lama gak ketemu," balasnya tak kalah sopan.

"Lho mas Abhi yang sudah gak pernah datang lagi ke kafe,"

"Sibuk nih, kalau target gak kecapai bisa di marahin Pradikta," Abhi melirik pradikta yang fokus pada makanan nya.

Siska tersenyum maklum, "sudah sarapan mas?," Tanya Siska.

Abhi menggeleng jujur, "duduk dulu mas," tawar Siska.

Abhi mengangguk, pradikta menatap Abhi "belum makan kan?, Nih makan aja," pradikta mendorong Tote bag pemberian Tara ke arah Abhi.

"Tapi kan ini dari Tar-," ucapan Abhi lagi lagi terhenti saat Pradikta memelototi nya.

"Tar?," Beo Siska.

Abhi menggigit bibir bawahnya, ia menatap pradikta takut takut yang sedang menatapnya tajam.

"Oh, Taryo, Taryo itu klien langganan," ucap Abhi sambil tersenyum di paksakan.

Siska mengangguk nganggukan kepalanya. Abhi tak malu malu menghembuskan nafasnya berat, begitu juga dengan Pradikta.

Abhi langsung mengambil Tote bag tersebut, dan membukanya, Chocolate cake dan kotak makanan buatan Tara.

"Chocolate cake nya buat gue juga ya?," Tanya Abhi menguji pradikta, ia tahu Chocolate cake adalah makanan kesukaan sepupunya itu, makanan yang bahkan di beri toleransi untuk dikonsumsi nya, mengingat mengandung gula yang tinggi, apakah kue buatan Tara menjadi pengecualian? Mengingat saat pertemuan di apartemen nya, Pradikta menolaknya.

Pradikta menatap Abhi tajam, namun Abhi tak gentar, sejak makanan Chocolate cake buatan Tara yang tak di makan oleh Pradikta saat mereka bertemu, Abhi sudah memutuskan kalau Chocolate cake buatan Tara akan menjadi kue kesukaannya.

"Si Tar-," saat Abhi membuka suara pradikta langsung mengangguk dengan wajah yang tak ikhlas.

"Iya buat Lo, ambil aja" ucapnya lalu kembali memakan makanannya.

Abhi tersenyum senang, ia mulai membuka kotak makanan dan memakannya.

Pradikta mendelik tidak suka kearahnya, Abhi hanya menyunggingkan senyum liciknya.

                                ---

Pradikta menenggak es teh manis nya hingga tandas.

"Lo sadar gak apa yang tadi siang Lo omongin?," Tanya pradikta kesal sedangkan Abhi di hadapannya malah mengendikan bahunya santai sambil terus memakan soto milik nya.

"Emang Lo belum kasih tahu kalau Lo mantan Tara sama siska?," Tanya Abhi.

Pradikta menggeleng.

Abhi berdecak, "ya Lo kasih tahu lah, modal pertama hubungan itu kejujuran,"

Pradikta mendengus, "gue tahu, tapi masalahnya gak sesederhana itu, Tara itu sekarang teman Siska, Lo tahu kan perbuatan gue ke Tara sekarang?, Siska jadi tempat curhatnya Tara tentang gue, Lo kira dengan memperkenalkan Tara mantan gue, hubungan mereka bisa baik baik aja?," Pradikta mengembuskan nafasnya.

"What? Tara teman Siska?," Abhi kaget.

Pradikta mengangguk.

Abhi menelan ludah nya, ia menarik nafas sebelum lanjut berbicara, "tapi kalau gitu Lo gak punya jalan lain selain jujur sama Siska, dengan menutupi hubungan kalian Siska bisa salah faham nantinya,"

Pradikta terdiam.

"Atau," Abhi ragu ragu

"Atau apa?,"

"Atau Lo masih suka sama Tara, Lo berharap balikan sama Tara, mangkanya Lo belum cerita sama Siska?," Abhi bertanya hati hati.

"Sialan, gue gak sebrengsek itu untuk selingkuhin Siska, lagi pula sekalipun gue masih suka sama Tara, gue gak akan menyerahkan diri gue sama dia lagi, bukan gak mungkin perlakuan dia dulu akan terulang lagi, dan gue sudah cukup kecewa dengan perbuatannya,"

Abhi terkekeh, "bagus lah, Lo punya pendirian, jangan jadi lelaki linglung, bakal nyusahin pasangan," ucapnya bijak lalu kembali menyuapkan soto nya.

                            

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang