Tiga puluh Tiga : Satu macam

1.8K 225 3
                                        

Siska menata barang barang yang mereka beli tadi di kulkas dan lemari yang ada di dapur Pradikta, sedangkan sang empunya apartmen sedang berganti pakaian di kamarnya.

"Ayo kita masak,"

Siska menoleh Pradikta keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah di ganti, celana kargo berwarna hitam dan kaos polo bewarna Slate blue yang membuat nya semakin menawan. Eh?

"Steak okay?," Tanya Pradikta yang langsung dibalas anggukan oleh Siska.

Pradikta mengeluarkan bahan bahan dari kulkasnya, mulai memarinasi daging.

"Kamu sering masak gini?," Tanya Siska

Pradikta menggeleng, "sibuk, biasanya beli, tapi ya kalau lagi mood mending masak Sendiri lebih sehat,"

Siska mengangguk nganggukan kepalanya. Siska mengendarkan ke seluruh penjuru ruangan mencari apa yang bisa ia kerjakan.

"Eh aku ngapain dong?, masa diem aja," gerutu Siska.

"Kamu duduk aja, " ucap Pradikta sambil menunjuk kursi tinggi di mini bar dapurnya.

Siska memanyunkan bibirnya, ia merasa Tak berguna karna tidak melakukan apa apa.

Namun Pradikta dengan siku tangannya mendorongnya, menyuruhnya untuk duduk.

"Kamu belajar masak dari Mana, kok keliatannya udah ahli sih?,", Tanya Siska membuat Pradikta tersenyum.

"Ah itu..Dulu temen ku chef, dia sering mampir ke sini, aku di ajarin masak,"

Siska hanya mengangguk nganggukan kepalanya.

"Selesai," Pradikta membawa dua piring berisi steak ke depan siska lalu ia duduk di sebelah Siska.

"Makasih ya," ucap siska sambil tersenyum.

Pradikta mengangguk lalu mengusap kepala Siska pelan, "dimakan ya,", ucapnya yang dibalas anggukan oleh Siska.

"Enak banget, jago nih masaknya, aku jadi malu gabisa masak," ucap siska membuat Pradikta terkekeh.

"Practice make us perfect, jangan patah semangat, lagi pula kalau kamu gak bisa masak kan ada aku", ucapnya sombong yang malah membuat Siska tertawa.

Mereka fokus pada makanan mereka masing- masing, makan makanan enak dengan orang terkasih memang perpaduan tiada tara.

"Aku yang cuci piring ya," ucap siska sambil membawa piring bekas mereka makan dan alat masak yang tadi Pradikta gunakan.

Siska mulai menyabuninya satu persatu, hingga Tak sadar Pradikta ada di belakangnya, Pradikta menyandarkan kepalanya di puncak kepala Siska membuat wanita itu kaget.

"Pradikta Sana ah, geli," ucap siska sebal.

Pradikta terkekeh lelaki itu malah memeluk Siska dari belakang, membuat Siska kembalikan tubuhnya karna geli, "lepas gak," ucapnya sambil melotot.

Pradikta malah menggodanya dengan mengeratkan pelukannya membuat Siska mendorong tubuhnya, Siska mengebas ngebaskan tangannya yang Masih banyak busa sabun yang menempel Tanpa ia sadari hingga percikan busa itu mengenai mata Pradikta.

"Aduh! Perih! Perih!," Pradikta heboh karna keperihan belum lagi Siska yang membantu mengelap matanya menggunakan tangannya yang lagi lagi ia lupa bahwa banyak sabun yang menempel, membuat Pradikta semakin tersiksa.

"Pradikta! ya ampun! Kamu gak apa apa?," Tanya Siska panik.

"Mata aku perih banget Siska! Gaboong!," Ucapnya sambil meraba raba mencari keran westafel berniat membuka dan membasuh matanya menggunakan air.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang