nineteen

2.2K 273 4
                                        

"Ini masih jauh?," Tanya Siska yang ke-3 kali sejak mereka menuju perkebunan bunga milik keluarga Pradikta.

"Sebentar lagi kita nyampe kok,", balas Pradikta masih fokus dengan jalanan di hadapan.

"Itu dibelakang ada snack makan aja," tambah Pradikta lagi tanpa mengalihkan pandangannya.

Siskab menengok ke belakang melihat Snack yang dimaksud Dikta.

"Lo emang pelaku hidup sehat banget ya?," Tanya Siska ketika melihat Snack Dikta adalah Snack diet yang sering di konsumsi teman temannya saat di perusahaan.

Pradikta tetawa "gue ini kalau kerja gila, biar tetep fit ya makanan yang gue atur, soalnya gue gabisa ngatur waktu," jawab pradikta Siska mengangguk nganggukan kepalanya.

"Villa itu punya Lo?," Tanya Siska.

"Villa sama perkebunan sih punya kakek nenek gue, kebetulan dari dulu gak di jual karna sayang, cuma ini peninggalan mereka," ucap pradikta. Siska menganggung ngangungkan kepalanya.

"Nah udah sampai," ucapnya ketika mereka sudah sampai di tempat yang seperti lapangan. Siska mengerutkan dahi, "kebun bunganya mana?," Tanyanya bodoh.

Pradikta terkekeh geli "kita harus jalan lewat jalan setapak di sana untuk ke perkebunan bunga nya," ucap lelaki itu sambil menunjuk suatu jalan setapak.

"Jauh gak?," Tanya Siska dengan harapan Pradikta menjawab 'enggak kok cuma 10 langkah,'
"Enggak kok cuma 100 meter," jawab Dikta sambil melepas seat belt nya.

"What? Gue disini aja deh males jalan, Lo gak lama kan?," Siska memanyunkan bibirnya .

"Yakin gamau ikut? udah lama gue gak kunjungan paling 2 jam gapapa nunggu?,", Tanya Pradikta sebelum keluar dari mobil.

"Ih yaudah deh gue turun," ucap Siska sebal.

"Lo yakin bakal pake sepatu itu?," Tanya Pradikta ketika melihat sepatu berhak yang dipakai Siska.

Siska merunduk memperhatikan sepatu yang ia pakai "Lah kenapa emang, orang bukan hills atau wedges, lagi pula ini gak terlalu tinggi kok, gue gak bawa sepatu lagi soalnya,"

Pradikta menatapnya tak yakin "Gue ada sepatu di bagasi, bentar gue ambil," ucap Dikta lalu mengambil running shoes miliknya, beberapa saat kemudia ia kembali sambil menenteng sebuah sepatu berwarna abu-abu lalu menyerahkannya kepada siska.

"Iho ukuran sepatu kita kan beda jauh, kayak apaan tau dong kalau gue pake sepatu Lo," ucap Siska ketika ia mencoba sepatu milik dikta.

Pradikta terdiam sejenak, lelaki ituu terlihat berfikir "Bentar ada sendal jepit juga kok," pradikta  lalu mengambil sepatu yang telah siska coba untuk menukarnya dengan sendal jepit miliknya yang ada di bagasi mobil.

Siska mencekal tangannya "udahlah gapapa, gue udah biasa kok pake sepatu gini, gue kan mau foto masa pake sendal jepit" ucap siska lalu kembali menggunakan sepatu berhak milik nya Pradikta menatap siska tak yakin, namun siska mengangguk sambil tersenyum, berusaha meyakinkan membuat akhirnya pradikta mengalah dan menghembuskan nafasnya, "Yaudah lah terserah," ucapnya lalu berjalan meninggalkan Siska

••

Sepanjang jalan penuh dengan bunga berwarna warni disamping kanan dan kirinya, beberapa kali wanita itu berhenti untuk memotret bunga yang indah.
Namun, sepatu itu benar benar menjadi masalah, Siska masih fokus dengan handphone ditangannya, sedangkan pradikta tengah mengawasi nya dari belakang.

Sehingga tak melihat ada pelastik bening berada di dekat kakinya, dia seketika tergelincir ketika alas kaki bagian depannya beradu dengan pelastik tersebut. Sebelum ia benar benar terjatuh sepasang lengan kokoh milik Dikta hinggap di pinggangnya, tangan itu lantas menariknya mendekat sehingga kemudian Siska mendapat dirinya bersandar di dada Pradikta saat leleki itu menstabilkan posisi mereka. Siska mengadahkan kepalanya keatas, ia melihat wajah Pradikta di satu garis lurus, sangat dekat, karna kedua lengan lelaki itu sedang merunduk dengan kedua tangan berada di pinggangnya, membuat jantung Siska menggila.
Hingga cukup lama mereka ada di posisi seperti itu, suara seorang bapak bapak membuat Siska dan Dikta tersentak kaget dan langsung melepaskan diri.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang