Tiga puluh empat : Don't go

1.8K 233 31
                                        

Suara pintu kamar Meta yang di bukan membuat Siska menoleh, "belum tidur Mbak?," Tanya nya dengan wajah bantalnya.

Siska menggeleng, ia kembali memasukan potongan melon kedalam mulutnya, Meta ikut duduk di sebelah Siska.

"Kamu belum tidur?,", Tanya Siska menoleh melihat kearah jam dinding yang menunjukan pukul 2 dini hari.

"Saya kebangun enggak bisa tidur lagi, terus denger suara TV dari luar, Saya fikir dari pada gak bisa tidur mending nonton TV," ucap meta lalu mencomot postingan melon di piring.

"Mbak sebenarnya ada apa sih sama mas Pradikta?" Tanya meta

Siska tersenyum, "kepo kamu,"

Meta memajukan bibirnya, "jangan main rahasia- rahasiaan dong mbak," ucap meta membujuk.

"Udah Pacaran ya Mbak?," Tanya meta Siska hanya senyum senyum Sendiri.

"Mbak ih," meta menggoyang goyangkan tubuh Siska membuat Siska tertawa.

"Tapi Mbak, mas Pradikta gitu gitu juga lumayan keren ya Mbak," meta menerawang jauh

Siska menoleh "gitu-gitu gimana?," Tanyanya cepat membuat meta kaget.

"Suka bercanda gitu Mbak, humoris tapi kalau lagi diem atau poker face ganteng banget," ucap meta sambil terkikik.

"Kamu sering ngebayangin Pradikta?,", Tanya Siska menatap tajam Meta.

Meta yang di tatap tajam hanya bisa menelan ludahnya, lalu menggeleng.

Siska menghembuskan nafas.

"Mbak, jadi Mbak sama mas Pradikta ini gimana?," Tanya meta lagi

Siska Tak bilang apa apa lalu langsung berjalan ke arah tangga menuju kamarnya.

"Mbak ih, gimana Mbak?," suara meta merajuk.

"Percaya apa yang ada di fikiranmu met,", ucap siska sebelum masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

                                ----

Pradikta berjalan melewati kubikel kubikel staff nya menuju ruangannya yang berada di paling pojok ruangan.

"Kemana aja nih bos? Jangan bikin kita di ghosting dong," canda Raven dari balik kubikelnya.

Pradikta tersenyum, "ghosting apaan deh lo, gue kemarin ada sedikit urusan jadi gabisa kerja, everything will be okay kan?," Tanya pradikta

Raven mengangguk, "yaudah lanjut kerja lagi ya gue masuk dulu," ucap Pradikta diangguki para staff nya lalu masuk ke ruangannya.

"Pradikta!," Panggil Abhi yang masuk ke ruangannya tanpa Salam, Pradikta yang tengah menyalakan Pc nya menoleh.

"Gue minta maaf banget, kemarin dia maksa gue, gue gak enak banget sama dia," ucap Abhi tiba-tiba menatap Pradikta dengan tatapan bersalah.

Pradikta menganggukan kepala nya,
Lalu berjalan kearah sofa diikuti oleh Abhi "oke, udah lupain aja," ucap Pradikta Santai.

"Bokapnya baru meninggal," Abhi berkata dengan suara yang kecil namun bisa di dengar oleh Pradikta.

"Gue tahu," ucap Pradikta dengan gestur tidak nyaman dengan pembicaraan yang sedang di bahas.

Abhi terdiam, ia merasa Tak enak pada sepupunya bagaimana pun pertemuan Pradikta dengan wanita itu ada campur tangan dari dirinya.

Pradikta bangkit dari duduknya, "gak usah merasa bersalah, lupain aja," Pradikta melewati nya sambil menepuk pundak Abhi pelan.
  
                               ---

Siska menyesap Americano starbucks di tangannya, hawa dingin di atas rooftop Delta Tower membuatnya berkali kali mengusap ngusap tangannya karna dingin sekalipun ia sudah mengenakan jaket milik Pradikta.

Siska melirik ke arah Pradikta, lelaki itu berdiri santai hanya mengenakan kemeja kerjanya.

"Dingin?," Tanya Pradikta

Siska menoleh, "udah gak terlalu, makasih jaketnya," ucap siska sambil tersenyum.

Pradikta melangkah lebih dekat Siska lebih dekat, "mau di peluk gak biar hangat?," Goda nya.

Siska melirik sinis namun tersungging senyum kecil di wajahnya "modus,"

Pradikta terkekeh, "By the way, kenapa nih malem malem ngajak ketemuan?," Tanya Siska kini menatap Pradikta.

"Gak ada apa apa sih, bukannya perempuan kalau baru pacaran pengen selalu ketemu sama pacarnya ya?," Tanya Pradikta kini merangkul Siska.

Siska tersenyum, "keliatannya kamu faham banget ya?, Tapi ya enggak gini juga lho, kamu baru pulang kerja terus jemput aku, lalu kita kesini, nanti anter pulang aku lagi,kamu pasti capek," ucap siska sambil memandang Pradikta.

"It's okay, gapapa capek, aku belajar dari kesalahan kalau perempuan butuh perhatian, aku gak mau kehilangan kamu," ucap Pradikta serius yang malah membuat Siska tertawa.

"Aku gak akan hilang, kecuali kamu nyakitin aku," ucap siska sambil terkekeh.

Pradikta mengeratkan rangkulannya.

"Hubungan itu gak mesti melulu ketemu Pradikta, kalau kamu capek jangan memaksakan diri," nasehat Siska.

"2 mantan terakhir ku putus karna itu," ucap Pradikta sambil tertawa sumbang.

Siska tersenyum, lalu menarik Pradikta duduk di kursi besi yang ada di dekatnya.

"Kamu mau cerita?," Tanya Siska

Pradikta tersenyum, "tapi jangan cemburu ya?, " Pradikta memastikan.

Siska mengangguk "kalau kamu cuma bercerita aku gak marah, tapi kalau kamu ada main sama mereka, lain lagi kasusnya,"

Pradikta tersenyum, "Aku merasa gagal jadi lelaki dan menjadi pasangan karna gak bisa memberikan perhatian sama pasangan ku sendiri, aku gak mau jadi lelaki dan pasangan yang gagal lagi" ucap Pradikta menyunggingkan senyum masamnya.

"Aku memberi apa yang mereka inginkan, tapi mereka dengan mudah pergi dengan alasan aku tidak memberi perhatian, setelah semua yang aku korbankan, aku gak membenarkan tindakan ku, tapi saat itu bisnisku baru berjalan, karier ku baru di mulai, aku harus fokus, agar aku bisa sukses, aku ingin memberi kebahagiaan sama pasangan ku, uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang kan?" Pradikta menerawang jauh menatap langit.

Siska menarik nafas, tangannya menggenggam tangan Pradikta.

"Mungkin sudah jalannya seperti itu, jangan di sesali lagi, dan harus kamu ingat aku bukan mantan mantan mu, aku masih bisa menunggu kamu, ya asal gak ngilang terlalu lama sampai lost contact atau ghosting sih,"

Pradikta tertawa lalu memeluk erat Siska, setelah pelukannya terpisah Siska berjalan kembali mendekati railing rooftop.

"Thanks for bringing me here, rasanya sudah lama banget aku enggak pergi ke rooftop dan menikmati pemandangan malam seperti ini. Dulu, tempat seperti ini adalah favoritku," ucap siska sambil tersenyum.

"Lampu lampu itu, angin dinginnya seperti Self healing buat ku. Tau gak saat aku nangis dan kamu menemaniku, lalu saat kamu nyuruh aku ganti sepatu pakai sepatu boot, saat kamu antara jemput ku ke tempat kursus, saat itu aku baru yakin kalau lelaki di ciptakan untuk melindungi wanita," ucap siska sambil tersenyum.

Pradikta mendekat, dia memeluk Siska dan Siska menyandarkan kepalanya di dada Pradikta.

"Jangan tinggalkan aku kalau aku lagi banyak project, aku mohon tunggu aku," bisik Pradikta sambil menatap langit yang hitam Tanpa bintang.

"Aku akan nunggu kamu selama apapun selama kamu benar benar akan kembali, tapi jangan suruh aku menunggu lalu meninggalkan aku tiba tiba Tanpa penjelasan, itu menyakitkan," balas Siska pelan.

Malam itu, dua insan yang pernah terluka berpelukan dibawah langit yang hitam Tanpa bulan dan bintang, sambil menatap gemerlap ibu kota dari atas Sana, berhadap semua akan baik baik saja.

Gimana nih part ini? Semoga suka ya!
Di tunggu vote dan komentar nya 💛

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang