"Masih marah?," Tanya Pradikta sambil duduk di sebelah Siska yang tengah menonton Tv.
Siska menggeleng
"Aku gak akan pulang sampai kamu maafin aku," Pradikta mendekat ke arah Siska.
"Astaga, aku bilang aku udah gak marah, kamu kira aku anak kecil, salah sedikit bikin aku marah?,"
"Masih marah sih ini," beo Pradikta membuat Siska mengalihkan pandangannya dari tv kini menatap Pradikta lekat lekat.
"Aku udah gak marah, ini sudah malam, aku tahu kamu lelah, kamu bau asem, kamu harus Mandi, jadi silahkan pergi," ucap siska dengan penekanan di setiap kalimat.
"Ini usiran?," Tanya Pradikta.
"Menurut kamu?," Siska balik bertanya.
"Itu malah terdengar seperti sebuah dalih perempuan untuk menahan kekasihnya pulang," ucap Pradikta percaya diri.
Siska mendengus, "kamu semakin terlalu percaya diri dan bebal," ucap Siska kesal.
Pradikta malah tertawa, Siska menyambar remote tv yang tergeletak di atas meja dan memencet tombol off Tv, membuat tv mati seketika lalu menghadap Pradikta.
"Kamu dulu pernah bilang kamu pernah kenal sama chef ayu kan?," Tanya Siska, membuat Pradikta sedikit tergagap namun langsung mengangguk.
"Itu dulu saat aku Masih kerja di Tv," jawab Pradikta sambil berdeham lalu membasahi bibir bawahnya.
"Berarti kemungkinan kamu tahu siapa lelaki itu?," Selidik Siska penuh ingin tahu membuat Pradikta terbatuk.
"Ha?," Ulangnya
Siska mendengus "kan kamu bilang pernah kenal sama chef ayu, pasti kamu sekali dua kali pernah lihat chef ayu di antar siapa, di jemput siapa, atau gosip gosip mengenai pacarnya?, Aku sudah Cari di google, di youtube tapi hasilnya nihil aku gak nemu satupun informasi tentang lelaki itu," jelas Siska.
"Disana aku kerja, bukan menggosip," Pradikta berdecak.
Ia melirik jam tangannya, "sudah jam 11 malam, aku pulang dulu, kamu istirahat ya," Pradikta bangkit dari duduk nya.
Siska mengangguk, dia ikut berdiri mengantarkan Pradikta sampai ke parkiran, berdiri sambil melambaikan tangannya di pelataran kafe.
Pradikta memencet pin unit apartemen nya dan buru buru masuk kedalamnya, tubuhnya sudah sangat lengket, ia buru buru membuka kemejanya, dan menyimpannya di keranjang cucian, lalu buru buru masuk kedalam kamar Mandi.
Pradikta memejamkan matanya ketika air hangat yang keluar dari shower membasahi seluruh tubuh dan rambutnya, akhir akhir ini fikirannya kacau, melayang kemana mana, Tara dan Siska dua wanita itu menjadi penyebabnya.
Pradikta mengepalkan tangannya mengingat perbuatanya kepada Tara yang sangat buruk, ia Tak jauh beda dengan para lelaki brengsek diluar Sana yang memperlakukan wanita dengan tidak baik, ia seakan lupa ajaran yang sering mama nya ajarkan bahwa seorang lelaki harus menghargai wanita, Buku Buku tentang ajaran damai Siddhartha Gautama dan Buku tentang memaafkan yang sering ia baca menghilang begitu saja. Bagaimana pun Tara pernah menjadi bagian dari hidupnya, Tak sepantasnya ia sejahat itu.
Pradikta mendesah, kepalanya pusing jika memikirkan itu semua, ini baru antara pacar dan mantannya, baru kali ini ia dibuat pusing oleh hubungan relationship nya, ingatkan dia untuk tidak berpoligami jika nanti sudah menikah, bisa bisa kepalanya pecah.
Pradikta mematikan shower nya, jari jari tangannya sudah mengerut karna terlalu lama terkena air, ia berjalan menuju kamarnya hanya dengan bertelanjang dada dan sebuah handuk yang menempel di pinggang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
ChickLitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...
