55.

3K 195 13
                                    

Ada sedikit perubahan di part sebelumnya, jadi bisa di baca dulu di part 54 nya ya, spill dikit ada kesalahan kemarin, jadi anggap aja mereka belum balikan, okay!!

---

Hubungan Pradikta Dan Siska bisa dibilang cukup membaik, Siska selalu berada di sekitar Pradikta, menemani lelaki itu selama Masa berduka setelah kehilangan mama nya, meski demikian, hubungan mereka belum mencapai titik terang dalam artian Siska maupun Pradikta belum membuka suara soal kejelasan hubungan mereka, Siska pun enggan terlalu mendesak Pradikta untuk membicarakan tentang hubungan mereka yang ditakutkan malah membebani Pradikta dimasa-masa sulit yang Pradikta Alami saat ini.

Siska disergap Rasa ragu ketika dirinya sampai di depan pintu apartment Pradikta, pikirannya berkecamuk antara harus menemui Pradikta atau segera pergi saja dari sini. Lamunanya terhenti ketika pintu di depannya Tiba Tiba terbuka, menampilkan wajah pucat Pradikta layaknya orang sakit.

Tadi pagi, saat abhi datang ke kafenya untuk membeli beberapa minuman, lelaki itu menceritakan kabar Pradikta yang kini sedang sakit, membuat Siska akhirnya memberanikan diri untuk datang langsung ke apartment Pradikta, untuk mengecek kondisi Pria itu.

"Siska?," Suara Pradikta serak, terkejut melihat Siska ada di depan pintunya.

Siska yang terkejut hanya mempu, tersenyum, ia membasahi bibirnya, berusaha menghilangkan Rasa gugup yang melandanya, hubungan nya dengan Pradikta memang sudah cukup baik, namun, ia Masih sungkan untuk terlihat mengkhawatirkan lelaki itu, perpisahan mereka yang kurang mengenakan adalah Salah satu alasannya, mungkin ia bisa memaafkan lelaki itu, tapi bekas yang di torehkan Tak pernah bisa ia lupakan, "mas Abhi bilang kamu lagi sakit, jadi, aku datang ke sini," ucapnya cepat karna terlalu gugup di tatap intens oleh mata Pradikta di hadapannya.

"Maaf kalau aku ganggu, aku cuma mau cek kondisi kamu, aku tahu, sendirian saat sakit itu enggak enak," ucapnya pelan, lalu terdiam

"Atau, udah ada yang nemenin kamu ya?," Lanjutnya Masih dengan tangan memilin Milin Tali tas nya.

Pradikta menyipit, "kamu dan asumsi kamu,"

Meski terlihat Tak bertenaga, Pradikta menerbitkan senyumnya, ia malu pada dirinya sendiri, Siska benar benar mengkhawatirkan dirinya setelah dia justru banyak menyakiti hatinya.

"Enggak ada siapa siapa di dalam, Ayo masuk, Makasih sudah datang," Pradikta sedikit bergeser menyingkir agar Siska bisa masuk kedalam apartemen nya.

Siska mengangguk, ia berjalan masuk masih dengan memilin Tali tas nya, Pradikta membuka jaket yang ia kenakan Dan menggantungkan nya di gantungan yang terletak Tak jauh dari pintu masuk, Siska yang baru sadar kalau Pradikta berpakaian lengkap seperti hendak keluar, buru buru membuka mulutnya, "kamu mau kemana?,"

Pradikta tersenyum, "tadinya mau beli sarapan di luar,"

Siska mengerutkan dahinya, "dengan kondisi seperti ini?,"

"Aku enggak kenapa- kenapa, pasti abhi melebih lebihkan," suaranya Masih terdengar serak, bibirnya terlihat pucat, lelaki itu berjalan menuju pantry, membuat Siska buru buru mengejarnya.

"Berlebihan gimana? Justru kamu lebih parah dengan yang di ceritakan Abhi, aku bahkan Ragu kalau kamu bisa nyetir sendirian dengan kondisi se lemas ini, kamu mau membahayakan diri kamu Sendiri?,"

Pradikta Tak menjawab, lelaki itu hanya tersenyum sambil menuangkan teh kedalam cangkir, Dan menyerahkannya pada Siska Tanpa berkata kata apa, membuat Siska gemas akhirnya menarik lelaki itu untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Kamu tahu ada aku," Siska Tak habis pikir dengan lelaki yang kini tengah terduduk lemas di atas sofa itu.

Pradikta menghela nafas, keheningan menerpa mereka sesaat sebelum Pradikta kembali membuka suaranya, "aku minta maaf," ucapnya pelan, membuat Siska membasahi bibirnya Sendiri, entah sudah berapa kali Ucapan permintaan maaf itu keluar dari mulut Pradikta selama 2 Hari berturut turut setelah kepergian mamanya.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang