Pradikta keluar dari ruangan meeting sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa Kaku, karna terlalu lama duduk, meeting dengan klien nya memakan waktu lebih lama dengan yang telah di rencanakan sebelumnya. Sore ini Tak ada lagi yang harus ia kerjakan, jadi ia memutuskan untuk pergi menemui Siska, seingatnya sudah lama ia Tak pergi menemui perempuan itu.
Tak butuh waktu lama, mobil Pradikta sudah terpakir di depan kafe, hujan sore ini membawa berkah bagi Pradikta karna Tak harus berlama lama di tengah kemacetan yang biasanya ia rasakan karna after office hours yang kadang membuat kepala meledak.
Kafe cukup ramai sore ini, hujan hujan seperti ini, kopi, teh memang teman yang pas untuk sekedar menghangat kan tubuh.
"Sore mas, kemana aja nih udah gak pernah mampir," Sapa Ryan melihat Pradikta yang baru saja masuk kafe.
Pradikta tersenyum, "sibuk kemarin kemarin jadi baru ke sini, Siska nya ada?," Tanya Pradikta menghampiri Ryan.
Ryan menggeleng, "dari tadi pagi gak turun mas," ucapnya membuat Pradikta mengerutkan dahinya.
"Kenapa?," Tanya Pradikta.
Ryan menggeleng, "gak tau mas, malem sih sempat papasan sama Saya pas Saya mau pulang, Mbak Siska baru pulang, mukanya pucat kayaknya kurang enak badan," jelasnya membuat Pradikta mengangguk.
Pradikta menoleh ke kekanan dan kiri, "si Meta Mana?," Tanya nya heran.
"Dibelakang mas, lagi baking sama Astari, Debi," ucap nya, Pradikta mengangguk, "chamomile nya satu, nanti kirim ke atas ya, makasih " pesannya sebelum bangkit dari duduknya, dan mendapat anggukan dari Ryan.
Pradikta buru buru berjalan menuju rumah Siska yang berada di belakang kafe, tetesan air hujan mengenai Pradikta, membuat lelaki itu melangkah lebih cepat.
Pradikta mengetuk pintu beberapa kali, tapi pintunya Tak kunjung terbuka, saat Pradikta memutar kenop pintu perlahan terbuka, pintunya tidak di kunci.
Pradikta langsung masuk kedalam rumah Siska, "Siska.." panggilnya sambil menoleh ke kanan dan kiri namun Tak ada sahutan.
Langkah kakinya mengantarkannya hingga ke arah teras belakang rumah, di Sana Siska tengah duduk membelakanginya di atas kursi kayu, menyumpal telinga nya dengan ear phone.
Pradikta tersenyum, ia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Siska membuat wanita itu kaget, reflek berdiri sambil melepas ear phone yang menempel di telinganya.
Pradikta terkekeh, "hello, long time no see," ucapnya sok di buat buat.
Siska terdiam sejenak, "kok kamu ada di sini?," Tanyanya menatap Pradikta lekat.
"Tadi beres meeting langsung ke sini, kebetulan lagi gak ada yang harus di kerjakan lagi, lagi pula kita udah lama gak ketemu kan?,"
Siska mengangguk, lalu tersenyum manis dan ikut duduk di sebelah Pradikta. Membuat Pradikta mendekat lalu merangul Siska hangat.
Mereka terdiam sejenak, rintik hujan semakin deras.
"Gimana kerjaan semua baik baik aja kan?," Tanya Siska.
Pradikta mengangguk, melepas rangkulannya lalu duduk menghadap Siska, "sempet hectic banget sih tapi ya it's okay masih bisa aku handle,"
"Mama kamu?," Tanya Siska lagi.
Pradikta mengangguk, "udah lumayan baik, semalam aku sempat kesana ada salam juga buat kamu,"
Siska mengangguk lalu tersenyum, "salam balik buat tante semoga cepat sembuh," ucapnya.
"Kamu lagi gak enak badan?," Tanya Pradikta.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Chef
ChickLitSiska yang seumur-umur tidak memiliki kemampuan memasak memutuskan membuka kafe di Jakarta untuk menunggu sang pacar. Sayangnya, suatu insiden tak menyenangkan terjadi di hari pertama kafenya di buka, yang membuat Siska pada akhirnya menengenal Prad...
