ONE🌤️

1K 60 18
                                    

Ara baru saja sampai di kelas dan langsung merebahkan kepala di atas meja, padahal hari ini bukan hari senin tapi Ara sangat tidak semangat.

Sepertinya faktor Ara yang masih mengantuk akibat bergadang menonton film tadi malam, dia tidak ingat besoknya harus sekolah. Dan pelajaran pertama di awali dengan pelajaran yang sangat menguras otak dan tenaga yaitu matematika.

Sebelum bel berdering Ara mengisi waktunya dengan menutup mata dan tidur sebentar, dia merasakan ketenangan yang sayang sekali hanya sesaat sebab kedatangan Aca terlihat sangat tergesa-gesa sehingga menimbulkan suara berisik.

Ara menatap kesal ke arah temannya sambil mengacak-acak rambut karena terganggu. "Ck! Lo ngapain dah, berisik banget anjir, biasa aja dong nyimpen buku nya."

Tapi Aca masih sibuk dengan alat tulisnya, tidak memperdulikan dumelan Ara bahkan tampak pergi ke meja temannya memaksa meminjam buku.

Ara menghela napas, temannya ini kadang memang susah di tebak orangnya, pendiem tapi bisa serusuh ini juga.

Brakkk

"Buseetttt!" Ara terlonjak karena Aca menyimpan buku sangat kuat ke atas meja. "Apa banget tingkah lo Ca, buset dah pms lu?"

"Diem deh, cepet keluarin tuh buku gue tau lo juga belum ngerjain tugas kan?"

"Hah? Tugas apa?" Ara seperti orang dongo dengan wajah bingungnya.

"Nah, bahkan lo gak inget ada tugas." Lalu Aca mengetuk kepala Ara menggunakan pensil. "Bego!"

"Anjrot!" Ara mengusap kepalanya.

Bertetapatan bel langsung berdering, Aca semakin mempercepat menyalin jawaban dari buku yang lain. Dan Ara menghela napas kasar karena waktu berjalan sangat cepat dan dia sama sekali masih mengantuk.

"Ra, buruan lu mau di sembur Pak Ramzi? Udah bel itu." Dan temannya semakin membuatnya pusing.

"Ah! Bodo!!" Ara bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar, tidak mengindahkan panggilan temannya.

Sepertinya bolos adalah pilihan terbaik. Ara masih melanjutkan langkahnya tanpa peduli orang-orang yang berlari dengan tergesa untuk masuk kelas.

Kakinya membawa Ara ke samping sekolah, tepatnya dekat kantin dan di atasnya ada perpustakaan. Ara memilih duduk di sebuah tangga yang mengarah kepada perpustakaan, suasana di sini sepi dan Ara pikir ini tempat yang tepat untuk dia bisa menenangkan diri.

Jarang orang yang berlalu lalah ke sini apalagi jam pembelajaran hanya ada beberapa yang memiliki urusan di perpustakaan.

Di saat Ara memejamkan mata dan bersandar pada tembok pembatas di sampingnya, dia merasakan ada seseorang yang duduk tepat di atas hanya selisih satu tangga dari tempat Ara duduk.

Tanpa peduli Ara kembali menutup matanya, tetapi suara cowok itu membuat Ara terpaksa membuka mata kembali.

"Ngapain?" Tanya cowok itu tapi pandangannya masih sibuk dengan tali sepatu yang sedang di ikatnya

"Hah?" Ara menatap cowok itu dengan pandangan bertanya.

"Lo," kata cowok itu mengedikkan dagu ke arahnya.

Ara mengerutkan kening, "Lo apa?"

"Iya lo."

"Apaan si?" tukas Ara kesal berniat kembali pada aktivitasnya dan tidak mau melayani cowok di atasnya itu.

" Ya, lo ngapain disini?" Suara cowok itu terdnegar kembali.

Tanpa berbalik dan masih dalam keadaan mata tertutup Ara menjawab. "Suka suka gue lah, ga ada urusan."

"Lo gatau gue siapa disini?"

"Taulah," balas Ara lagi sekenanya. Akhirnya dia menoleh malas ke belakang.

Elang menaikan kedua alis seolah bertanya ''siapa gue?" sumpah songong abis.

"Kakak. Osis. Emang kenapa?" Kata Ara memberi penekanan pada jawabannya.

"Lo bolos kan?" tembak cowok itu tepat, Ara sedikit di buat gelagapan.

"K-kagak ih sotoy."

Elang manggut-manggut saja kemudian bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Ara. Menghadirkan tatapan kesal dari gadis yang masih setia di tempatnya menatap punggung cowok itu.

"Apaan sii tuh kakak osis ga jelas! emangnya dia punya hak apa aja si di sini? mentang mentang ketua osis doang jadi bisa seenaknya, dasar song-" dumelan Ara terputus karena kemunculan kakak osis itu dan mendatanginya.

Spontan Ara sedikit menggerakkan tubuh mundur, seolah dia tertangkap basah karena sudah menyumpah serapahi cowok itu. Tapi ketegangan itu hilang saat sebuah sodoran kopi botol menyapanya.

"Apaan nih?" Tanya ara menatap botol itu.

"Minum."

Ara berdecak karena untuk kesekian kali cowok itu tidak pernah berkata lebih jelas atas apa yang di maksudkan.

"Lu ga jelas dari tadi sumpah."

"Ambil terus masuk kelas," katanya menyimpan botol itu di pangkuan Ara. "Lo bolos gue marah."

Deg!

Ara menelan ludahnya sambil menatap cowok itu yang langsung pergi. Ada rasa sedikit tidak percaya, tapi dia sangat tersentuh dengan sikap manis itu.

Berkali-kali Ara menatap botol itu. Ini kah yang di maksud cinta pandangan pertama?

***

Hallo ini cerita ke dua aku semoga suka ya 💖

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang