Forty⛅

192 20 132
                                    

HALLO SEMUANYA!!

SIAP UNTUK BACA CHAPTER TERBARU KALI INI?

JANGAN LUPA VOTE, COMENT AND SHARE YAA!

SEMOGA KALIAN SUKA! 😍

HAPPY READING SOBAT🤍


***

Hari ini Reja sudah diperbolehkan pulang ke rumah oleh Dokter karena kondisinya yang semakin membaik. Aca ikut senang mendengarnya, meskipun Reja harus tetap kontrol tiga bulan sekali supaya luka di perutnya bisa sembuh total.

"Ambil aja kembaliannya pak, haturnuhun," ucap Reja lalu memberikan satu lembar uang berwarna merah kepada supir taksi online yang ia tumpangi bersama Aca. Supir itu pun membalasnya dengan tersenyum senang.

Teman-teman yang lain masih dalam waktu pembelajaran di sekolah, jadi tidak memungkinkan Reja untuk meminta tebengan mereka, padahal jika ia meminta pun pasti teman-temannya akan langsung menjemput. Namun, Reja tidak mau membuat mereka tambah repot karenanya. Lagipula mereka belum tahu bahwa Reja sudah diperbolehkan pulang, biar surprise, katanya.

Aca sempat mengabari Rayyan dan meminta abangnya itu untuk menjemput mereka, namun ternyata Rayyan sedang ada ujian yang membuat ia tidak bisa melewatinya. Maka dari itu mereka memutuskan untuk memesan taksi online saja.

Dengan pelan dan hati-hati Aca membiarkan lengan Reja merangkul pundaknya. Agar Reja bisa lebih leluasa saat berjalan, satu lengannya lagi ia gunakan untuk membawa tas yang berisi baju-bajunya selama rawat inap di Rumah Sakit.

Jarak turun dari taksi online menuju rumah Reja lumayan membutuhkan waktu untuk berjalan karena masuk ke dalam gang yang tidak bisa dijangkau oleh mobil. Aca menatap tidak suka saat beberapa tetangga Reja memperhatikan mereka dari bawah hingga atas, seperti sedang menilai.

"Ini anak Marissa si tukang selingkuh?"

"Kasian ibu bapanya pergi, yang ngurus malah cewenya."

"Hati-hati suaminya buk, nanti tergoda oleh perempuan murahan seperti Marissa."

"Ibunya yang berulah, anaknya yang kena azab."

Dan kata-kata kasar lainnya yang Reja terima melalui telinganya sendiri. Sejujurnya ia ingin menghajar mulut-mulut kasar itu tetapi ia tahan dan karena genggaman tangan Aca yang seolah-olah menguatkan dirinya. Ada rasa dalam hati Aca yang ingin menyumpali mulut kasar orang-orang itu, mengapa selalu saja anak yang menjadi imbasnya? batin Aca dalam hati.

"Tutup telinga," ucap Aca yang membuat Reja mengangguk dan melanjutkan jalannya.

Akhirnya mereka sampai kontrakan rumah Reja yang dulu ia tinggali bersama ayahnya. Semenjak pisah ranjang dengan ibunya, ayah Reja memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Sukabumi untuk bekerja dan melupakan semua kenangan mantan istrinya.

Aca membuka pintu rumah Reja, tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk ditinggali.

"Ca, sorry rumah gue—"

"Dapur dimana kak? Gue buatin teh anget ya?" tanya Aca mengalihkan ucapan Reja yang minder atas dirinya sendiri. Setelah Reja menunjuk arah dapurnya lantas Aca membuat teh hangat untuk Reja.

"Bokap udah dihubungi kak?" tanya Aca yang sudah kembali dari dapur dan membawa satu cangkir teh hangat, "Minum dulu."

Reja menerima itu dan meneguknya, "Belum, makasih Ca," jawab Reja. Jujur ia tidak tahu harus memberi kabar seperti apa kepada ayahnya, karena semenjak pisah mereka jarang komunikasi, hanya sesekali saja.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang