Ten⛅

230 28 87
                                    


Keesokan hari nya, Araa, Asta, Aca dan juga Chaery sudah datang ke sekolah lebih awal. Asta maupun Aca sudah duduk di bangku mereka masing-masing sedari tadi, tapi tidak dengan Ara dan Chaery yang sedang fokus menyalin jawaban PR yang semalam tidak mereka kerjakan.

“Ra, mana penghapus gue?” tanya Chaery mencari keberadaan penghapus miliknya,  membuat Ara yang sedang fokus menyalin pun kini terganggu.

“Apa sih Cerry, gue lagi nulis ya! Jangan ganggu!” kesal Araa lalu melanjutkan kegiatannya.

“Gaya lo! Tadi lo yang minjem ya Ra, mana ah buruu gue ada misi penting negara yang wajib dilakukan” Chaery mendramatisir perkataannya.

Araa terkekeh malu, “Oh iya gue yang pinjem ya Ce hehe.”

“Gii ying pinjim yi ci hihi,” ucap Chaery menirukan cara bicara Ara yang menurutnya menjengkelkan.

“Iya gue ganti tenang. Bentar,  dikit lagi beres kok ini.”

Aca memutar bola matanya malas, “Kebiasaan! Pr tuh di kerjain di rumah, bukan di sekolah.”

“Hello Acaa, sorry yaa. Malem gue itu, gak seperti malem lo sama Asta. Gue tuh sibuk stalking doi asal lo tau aja,” jawab Chaery sambil membenarkan rambut yang menghalangi wajahnya.

Ara yang sudah selesai menulis pun, memukul pelan kepala Chaery menggunakan pulpen miliknya, “Gak usah banyak gaya lo jomblo! Jomblo aja belagu lo ah!”

“Awww! Sakit woi!” jerit Chaery sambil memegangi kepalanya, “sesama jomblo gak boleh saling menistakan,” lanjutnya.

“Harus saling dukung, gitu Ce?” tanya Asta dibarengi dengan senyumannya jahilnya.

“Nah inilah contoh pintar yang sesungguhnya,” jawab Chaery dengan gaya bossynya.

Asta dan Araa tertawa, tidak habis pikir dengan cara pemikiran Chaery. Aca menggelengkan kepala nya, tak ada tawa maupun senyuman. Ia terlalu malas menanggapi hal seperti ini, “Gak ada untungnya sama sekali,” pikirnya.

“Udah buru Ce, lo banyak omong gitu udah kelar apa belom?” tanya Araa menutup buku mliknya.

Chaery masih menulis, “Bentar beb, 1 menit,” jawabnya.

Araa membuang nafas nya pelan, “Lama gue ting-“

“Beres, yuk cepet! Lama lo gue tinggal,” ucap Chaery kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Ara.

“Emang temen gak tau terima kasih! Jangan maen tinggal aja woi Chaery Rahmah!“ teriak Ara.

“Bentar lagi bel, jangan  kemana ma-“ ucapan Aca terputus, karena nyatanya Ara sekarang sudah berlari keluar kelas mengikuti perginya Chaery.

Asta kembali tertawa, “Udah biarin aja, gue denger bu Farah ga bakalan masuk karena sakit. Tadi gue ngebiarin mereka nulis biar kapok hehe.”

Aca hanya diam menatap Asta yang masih saja tertawa puas, padahal dalam hati Aca kini ia sedang bersorak ria sebab temannya itu di kerjai oleh Asta. Namun ia tak menampilkan wajah senangnya, yang ada hanya wajah datarnya.

Kini Ara sudah berada di lorong sekolah berjalan bersama Chaery menuju kopsis untuk membeli penghapus.

“Lo masih ngejar ka Elang Ra?” tanya Chaery.

Ara menganggukan kepalanya, “Masih, mengagumi dalam diam hehe,” jawab Ara. “Tapi, kenapa lo nanya kayak gitu?” tanya Ara balik.

“Karena kejadian malem itu, gue jadi suka sama temen ka Elang,” jawab Chaery sambil tersenyum membayangkan muka datar Zerlon yang menurutnya, the real prince.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang