Kenapa mencintai sesakit ini, tak bisakah cinta menyuguhkan kebahagiaan saja tanpa harus menancapkan duri di dalam hati.
Dirra menyeka air matanya sebelum memasuki rumah.
"Huftt,, lupakan hari ini Dirra, lupakan manusia es itu, lupakan tentang masa lalu orang tuamu, kamu bisa pasti bisa." Dirra menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Perlahan-lahan ia tarik bibirnya ke atas sebelum membuka pintu rumah."Anybody home,," Teriak Dirra yang di sambut teriakan adik kembarnya.
"Wa'alaikumsalam kakakku tersayang ini bukan hutan." Ucap Davin dengan malas.
"Iya sayang Asalamu'alaikum,," Dirra menghampiri si kembar lalu dengan cepat ia melabuhkan ciumannya di pipi Davin, sontak membuat Davin memundurkan wajahnya namun ia terlambat.
"Iiih aku bukan anak kecil lagi kak please jangan nodai pipi aku." Ucapnya jengkel namun Dirra hanya cekikikan dengan wajah menggoda.
"Halah pura-pura nolak padahal dalam hatinya bilang lagi,, lagi,,, hahaha,,," Dirra tertawa keras membuat Davin bergidik ngeri tapi tidak dengan Davian yang ikutan tertawa.
Dirra melirik Davian yang masih tertawa namun matanya hanya fokus liat TV yang menayangkan kartun kesukaannya.
Diam-diam Dirra menghampiri Davian lalu mencium pipinya. Davian menoleh ke arah Dirra yang sedang menahan tawa.
"Aah kenapa aku juga kena." Davian menggosok bekas ciuman Dirra di pipinya.
"Biar adil hahaha,,,," Dirra tertawa terbahak lalu pergi ke kamarnya meninggalkan adik kembarnya yang masih menggerutu kesal.
Sebelum masuk ke kamar Dirra menyempatkan ke kamar orang tuanya terlebih dahulu.
"Yayah,, bubu,,, inces udah pulang dengan selamat nih." Teriaknya di depan pintu. Dirra hendak melangkahkan kakinya namun ia urungkan karena tak ada sahutan dari dalam Dirra pun mengetuk pintu kamar orang tuanya.
"Bu,, bubu baik-baik saja kan di dalam, yayah tidak nakalin bubu kan?" Tanyanya.
Di dalam kamar Dirga menggeram tertahan menatap ke arah pintu.
"Astaga anak siapa sih ganggu saja." Dirga hendak beranjak dari ranjang namun Aisyah mencekal tangannya.
"Biar aku saja yang keluar." Aisyah beranjak dari ranjang lalu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Aisyah dengan lembut. Dirra menyambut tangan Aisyah lalu menciumnya dengan hikmat namun matanya terus melirik ke dalam kamar.
"Lirikannya biasa aja kali." Ucap Dirga dengan sinis.
"Aku juga biasa, ayah tuh yang gak biasa, mencurigakan."
"Apa yang kamu curigai hmm,,, ibumu masih utuh tuh."
"Iya bubu masih utuh tapi ayah pasti apa-apain bubu cih,,, Ayo Bu biar aku selametin dari predator." Ucap Dirra sarkas seraya menuntun ibunya jalan.
"Apa? Predator? Astaga anak siapa sih Bu kok mulutnya gitu amat." Teriak Dirga dengan wajah kesal.
Kesedihan yang Dirra rasakan cukup untuk konsumsinya sendiri, ia tak mau orang rumah tahu akan kepingan hati yang sudah tak bisa ia tata lagi.
Makan malam pun telah tiba dan disini lah keluarga kecil Dirga saling bercanda gurau, saling ejek satu sama lain dan siapa lagi biang rusuh di rumah kalau bukan Dirra.
"Yah besok aku gak ikut ke rumah nenek gak papa kan?" Tanya Dirra dengan wajah berharap.
"Emang kamu mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dirra
Teen FictionSequel Kesabaran Seorang Istri Gadis remaja yang tak tahu tentang artinya cinta, yang ia tahu jika cinta adalah suka dengan seseorang. "Aku cinta sama om, om harus tahu itu!" Ucapnya dengan lantang gadis itu tak peduli dengan tatapan orang yang ad...