Part 3

3.1K 217 44
                                    

Dirra menghentikan langkah ibunya yang hendak masuk ke dalam setelah mengantar omnya sampai di teras rumah.

"Bu, boleh Dirra tanya sesuatu?" Tanyanya takut-takut tapi rasa penasarannya begitu besar terhadap ibunya serta omnya.

"Hmm mau tanya apa lebih baik kita masuk kedalam ibu juga mau menyiapkan makan malam." Aisyah melewati anak sulungnya entah kenapa Aisyah tidak nyaman dengan tatapan putrinya.

Dirra mengikuti langkah Aisyah lalu duduk di kursi memperhatikan ibunya yang sedang memilih sayuran di dalam kulkas.

"Ibu,," Panggilnya lagi.

"Hmm iya, mau tanya apa tadi?" Tanya Aisyah tangannya masih sibuk menyiapkan bahan untuk di masak.

"Aku ingin tahu masa lalu ibu, dari masa kecil sampai bertemu ayah dan mmmm,,,, aku ingin tahu kenapa om Davi melihat ibu dengan pandangan beda?" Dirra tidak pernah mendengar cerita kedua orang tuanya, kebanyakan temannya menceritakan kedua orang tuanya yang ini lah itu lah.

Deg,, Aisyah menghentikan tangannya tubuhnya seperti manekin yang tak bisa di gerakan. Sebelum Aisyah mengeluarkan suaranya terdengar suara bariton menyelamatkan Aisyah dari pertanyaan putrinya.

"Assalamualaikum,,,"

"Waalaikum salam,,," Jawabnya serempak lalu menyambutnya dengan mencium tangan Dirga.

"Bidadari-bidadari ayah lagi gosipin apa nih?" Tanya Dirga yang pura-pura tidak mendengar pertanyaan Dirra yang di layangkan untuk Aisyah.

"Gak ada yah, ya sudah aku mau mandi dulu bye." Dirra mencium pipi kedua orang tuanya lalu pergi ke kamar.

Dirga menatap sang istri yang masih bungkam tangannya tak henti mengelus perut buncitnya. Dirga mendekat lalu memeluk Aisyah yang terhalang oleh perut.

"Kenapa diam saja hmm,,?" Tanya Dirga melepas pelukannya lalu memandang wajah Aisyah.

Aisyah pun mendongak menatap balik manik mata Dirga yang selalu membuat dadanya berdetak kencang. Kadang Aisyah merasa heran dengan dirinya sendiri kenapa jantungnya selalu berdetak tak karuan jika berdekatan dengan suaminya layaknya remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

Tangan Dirga terulur membelai perut buncit istrinya yang di sambut tendangan oleh anak-anaknya. Ini yang selalu membuatnya rindu ia tak bisa meninggalkan rumah terlalu lama.

"Mas,,,"

"Hmmm,,,!?"

"Sudahlah, aku mau lanjutin masak dulu." Aisyah pun hendak berbalik tapi tangan kokoh itu kembali memeluknya erat membenamkan kepalanya di ceruk leher sang istri.

"Ceritakan yang baik-baik tapi jangan ceritakan kisah kelam kita. Aku gak siap jika anak-anak membenci ayah brengseknya ini." Gumamnya.

Aisyah membuka cadar lalu menarik kepala Dirga mendaratkan bibirnya ke bibir Dirga yang terlihat terkejut dengan tingkah istrinya. Aisyah melumatnya sebentar lalu melepaskan sebelum Dirga membalas ciumannya.

"Aku sayang kamu!" Aisyah melepaskan tangan Dirga lalu kembali memakai cadarnya, berjalan melewati Dirga, moodnya tidak bisa di katakan baik untuk melanjutkan aktifitasnya.

Dirga mengikuti istrinya dari belakang ia tahu jika suasana hati Aisyah sedang tidak baik. Aisyah menaiki tangga dengan hati-hati saat akan menaikinya lagi tangan kokoh merangkul pinggangnya dan membantunya tuk melangkah.

"Kita lebih baik pindah kamar yah? Kasihan kalau kamu harus naik turun tangga." Ucap Dirga berhasil menghentikan langkah Aisyah.

"Tidak, aku tidak mau. Aku ingin persalinannya secara normal jadi anggap saja ini olah raga untukku."

"Tapi,,," Ucapan Dirga terpotong karena Aisyah melepaskan tangannya lalu berjalan sendiri menuju ke kamar.

"Huftt,,," Selama kehamilan Aisyah yang sekarang entahlah istrinya ini lebih sensitif, lebih berani dan keras kepala. Apa ini bawaan janin atau memang Aisyah belum menerima sepenuhnya kehamilannya kali ini. Ya karena Dirga sadar hanya dirinya yang menginginkannya.

Aisyah masuk kamar di ikuti Dirga di belakangnya lalu menguncinya. Dirga melihat Aisyah duduk di sisi ranjang menatap dirinya. Dirga yang merasa di tatap seperti itu pun tampak salah tingkah.

"Kenapa?"

"Mandi, aku gak suka dengan bau keringatmu." Ucap Aisyah dengan lantang sukses membuat wajah Dirga terkejut dengan perubahan sang istri.

Dirga melangkah mendekat tapi baru selangkah Aisyah sudah menutup hidung serta mulutnya.

"Berhenti jangan dekat-dekat, aku mual." Ucap Aisyah yang masih menutup hidungnya.

"Ckk,, ini bawaan bayi apa memang unek-unek ibunya?" Tanya Dirga yang masih tak bisa menangkap maksud Aisyah.

"Oh iya tadi siapa yang mencium aku yah?" Tanya Dirga lagi dengan senyuman jailnya sontak wajah Aisyah bersemu merah tapi tangannya masih membekap hidung serta mulutnya.

"Udah sana yah mandi." Ucap lemah Aisyah.

"Iya-iya aku mandi. Oh iya aku lupa Bobby ngajak kita makan malam di rumahnya." Setelah itu Dirga masuk ke dalam kamar mandi.

Aisyah menghembuskan nafas kasar tangannya mengelus perut buncitnya. Entah apa yang ia rasakan yang jelas mood Aisyah tidak bisa di katakan baik.

Setelah sholat magrib mereka pergi ke kediamannya Bobby yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya hanya butuh 20menit mereka telah sampai di rumah Bobby.

"Assalamualaikum..." Salam mereka serempak.

Bobby bersama Vanessa menyambutnya dengan suka cita.

"Waalaikum salam.. Ayo masuk." Bobby mempersilahkan keluarga kecil bossnya masuk dan menggiring ke arah meja makan yang sudah tersaji berbagai masakan.

"Anak mamah kok cemberut ajah sih ada apa hmm?" Tanya Vanessa kepada Dirra yang nampak murung tidak seperti biasanya.

"Gak ada apa-apa mah." Ujar Dirra dengan senyuman yang ia paksakan.

Vanessa membelai kepala Dirra lalu mengecupnya.

"Kalau ada apa-apa cerita sama mamah yah." Dirra hanya mengangguk mendengar ucapan mamahnya.

"Ya sudah, tolong panggilin Ben di kamar mamah belum beritahu jika kamu kesini." Setelah mengucapkan itu Vanessa pergi menghampiri Aisyah.

Dirra hanya mendengus tak suka tapi ia juga tak enak menolaknya, dengan langkah terpaksa Dirra menghampiri kamar Ben yang ada di lantai dua.

Jangan harap Dirra akan mengetuk pintu terlebih dahulu karena sekarang pintu itu sudah terbuka lebar karena tendangan Dirra.

Ben yang kaget dengan tindakan Dirra hanya berdecak kesal setelah tahu pelaku yang berani menendang pintu kamarnya.

"Kamu tuh cewek apa cowok sih dear untung aku gak ada riwayat jantung." Ucapnya kesal menatap Dirra dengan tajam.

"Masa bodo keluar lo, gua laper!" Setelah mengatakan itu Dirra berbalik melangkah keluar tapi baru beberapa langkah ia berhenti lalu berbalik lagi menghadap Ben yang hanya diam menatapnya.

"Ckk, cepetan keluar sebelum gua seret lo ke meja makan." Sewotnya lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Huft,, seharusnya aku yang marah kenapa jadi galakan monyet betina sih." Gumam Ben mengelus dadanya yang masih berdetak kencang.



================================


Yang lupa sama ceritanya di baca ulang ajh yah 😂😂




Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang