Part 15

1K 101 53
                                    

Jangan tanyakan kenapa
Pasti kan ku jawab baik-baik saja meski hati berderai air mata

====

Di rumah sakit Dirra langsung masuk ke ruangan Dirga bersama Davi.
Dirga menghampiri putrinya lalu mengecup seluruh wajah Dirra sampai anak gadis itu merasa risih lalu mencubit dada sang ayah cukup kuat dan berhasil menghentikan aksi Dirga.

"Awhh, kenapa cubit puting ayah sih kan sakit." Keluhnya.

Dirra hanya mendengus kesal bahkan Davi melihat abangnya dengan pandangan jijik.

"Jangan nodai wajah aku yah nanti calon suami aku jealous." Ujarnya dengan malas.

"Ckk,, siapa Ben?" Tanya Dirga dengan nada ejek membuat Dirra melayangkan kepalan tangannya ke arah lengan Dirga.

"Tahu ah ayah bikin mood berantakan saja." Sungutnya. Dirga hanya menggeleng seraya mengelus kepala Dirra yang berbalut hijab panjang berwarna hitam.

"Katanya kamu bawa korban pengeroyokan, mana?" Tanya Dirga matanya mencari keberadaan orang yang di maksud.

"Ciiih,,, jangan pura-pura gak lihat deh yah segini ada di depannya." Tunjuk Dirra dengan dagunya.

"Oh iya ternyata ada orang, suruh dia rebahan." Ucapnya.

Davi hanya mendengus kasar sebelum melangkahkan kakinya keluar namun Dirra dengan sigap menarik lengan Davi.

"Om di obatin dulu yah nanti infeksi." Ucap Dirra selembut mungkin.

"Tidak perlu." Davi melepaskan tangan Dirra lalu kembali melangkah tapi suara Dirga membuatnya menghentikan langkahnya.

"Kesini sendiri atau saya seret." Ujar Dirga dengan lantang seraya menyiapkan peralatan untuk mengobati luka Davi.

Davi tak menghiraukan ancaman Dirga, ia melanjutkan langkahnya keluar namun baru beberapa langkah kerah kemeja belakang di tarik Dirga dengan kuat membuat Davi terpaksa melangkah mundur masuk kembali ke ruangan Dirga.

Beberapa orang melihatnya dengan berbagai ekspresi, Dirga sukses membuat Davi kesal.

Davi melepaskan tangan Dirga dengan kasar seraya menatap tajam pada pria angkuh dan sangat di sesalkan jika dia adalah kakaknya.

"Sayang pegangin dia." Perintahnya pada Dirra. Dira pun dengan sigap dan penuh ke ikhlaskan memegangi Davi.

Dirga berdecak lalu menggeleng melihat putrinya yang sepertinya nyaman dengan posisinya sekarang.

"Ayah suruh kamu megangin tangannya bukan malah kamu peluk perutnya." Ucap Dirga.

Dirra hanya menyengir tanpa dosa lalu melepaskan tangannya di perut Davi.

"Tidak usah di pegang saya bukan bocah." Ujar Davi masih dengan nada kesal.

"Kata siapa kamu bukan bocah?!" Ucap Dirga yang di balas delikan tajam Davi.

"Emang kamu bocah kan? Bocah tua." Ejek Dirga.

Davi melotot namun hanya di balas dengan senyuman sinis oleh Dirga kemudian mulai mengobati luka Davi.

"Awwhh,,, pelan-pelan bisa tidak?" Pinta Davi karena Dirga terlalu menekan lukanya.

"Ckk,, dasar lemah. Saya tahu kamu selalu mengawasi Aisyah bahkan sebelum ada Dirra. Kamu terobsesi dengan istri saya hmm,,?" Tanya Dirga.

Dirra yang mendengar percakapan pun berusaha menjauh namun kakinya terdiam kaku di belakang Dirga, rasa penasarannya lebih besar karena itu ia tak bisa mengabaikannya.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang