Seakan hukum alam sedang melaksanakan tugasnya. Yah,, di saat Ben belajar mengikhlaskan untuk kebahagiaannya di saat itu pula pertahanannya runtuh hanya karena seseorang yang ia lepaskan kembali mengoyak sang hati bahkan memperparah angan yang sudah ia kubur pelan-pelan.
Sanggupkah ia menghempaskan apa yang ia inginkan, sanggupkah ia tak mengacuhkannya, sayangnya ia terlalu lemah untuk menolak bahkan ia tersiksa sendiri saat melihat orang yang di pujanya tak ceria lagi.
Ben kembali mendengus kasar saat tangannya di goyang-goyangkan agar ia memperhatikannya.
Sudah beberapa minggu ini Dirra menempel pada Ben bak prangko. Ben tak mengerti kenapa gadis di hadapannya ini berubah drastis. Sikap jutek yang selama ini jadi makanan Ben tiap hari kini menghilang entah kemana, yang dari elo gue menjadi aku kamu, yang dulunya tak tersentuh dan sekarang lihatlah bahkan gadis itu berani menyentuh tangannya ah bukan lebih tepatnya sapu tanganlah yang menyentuhnya.
"Ben ayolah,,,," Bujuknya dengan muka memelas.
Ben berdecak masih dengan mata sinisnya melihat ke arah Dirra.
"Aku ada janji dengan Jessica."
"Tidak, tidak boleh, kalau kamu pergi aku ikut." Ucapnya dengan ketus.
"Lepasin tangan aku." Pinta Ben.
"Gak mau, aku mau kamu temenin aku titik." Sungutnya.
Dalam hati Ben sangat senang dengan perubahan Dirra yang seperti ini namun sudah telat, ia sudah mempunyai Jessica dan tak ingin menyakiti gadisnya itu meskipun hatinya tak sedikitpun ada untuknya.
"Minta si kembar buat temenin kamu."
"Gak mau nanti di aduin sama Yayah."
Ben kembali mendengus kasar, Gadis di hadapannya ini memang sangat keras kepala.
"Aku juga akan aduin kamu ke ayah."
"Lah kenapa gitu, aku kan cuma ingin lihat saja."
"Aku gak percaya sama kamu Dir."
"Ayolah Ben sekali ini saja ih,,,"
Ben berdecak menatap Dirra tak suka. Gadis itu memaksanya untuk ikut melihat pertandingan tinju dan tahu sendiri kan bagaimana jiwa preman melekat sangat kental di diri Dirra, dan Ben tak ingin menjadi samsak kekesalan Dirra saat jagoannya mungkin tak sesuai ekspektasi gadis itu. Ia tak ingin wajah tampannya babak belur, apa yang mau di katakan pada Jessica jika wajahnya bonyok nanti.
"Kalau ke tempat lain aku antar selain melihat pertandingan tinju."
Dirra menarik sapu tanganya sampai tangan Ben pun ikut terhempas dengan kasar lalu berjalan masuk ke dalam.
"Mah aku pulang saja, Ben gak mau di ajak main, gak asik." Adunya pada Vanessa.
Vanessa yang sedang masak di dapur pun menoleh menatap Dirra.
"Kenapa? Mana Ben biar mamah marahin bocah itu." Vanessa mematikan kompor lalu menghampiri Dirra yang memasang wajah murung.
Dirra mengedikkan bahunya lalu tangannya di tarik Vanessa agar mengikuti langkahnya.
"Ben,,,, Ben,,, dimana kamu." Teriak Vanessa.
"Ada apa mah Ben disini." Bocah lelaki itu sedang menenteng sepatunya bersiap-siap untuk jalan.
"Mau kemana kamu?" Tanya Vanessa dengan mata menyelidiki.
"Kencan." Ucapnya singkat.
"Sama siapa?"
"Sama pacar aku dong mah sama siapa lagi." Mata Ben melirik Dirra dengan sinis.
"Kamu ajak Dirra kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dirra
Teen FictionSequel Kesabaran Seorang Istri Gadis remaja yang tak tahu tentang artinya cinta, yang ia tahu jika cinta adalah suka dengan seseorang. "Aku cinta sama om, om harus tahu itu!" Ucapnya dengan lantang gadis itu tak peduli dengan tatapan orang yang ad...