Part 38

619 53 35
                                    

Sy setiap up selalu nungguin komen kalian loh, seneng klo ada yg komen tuh sy suka baca komenan jg segabut itu sy🤣
Tapi klo up trs gak ada yg komen tuh bawa'annya males buat up lg. Jd jangan nagih y klo sy up lama itu tergantung para reader pd respon kg. Klo kg y buat apa dong sy sering" up klo pd silent🤣🤣🤣

-----

"Hai om tadi ngikutin Dirra ya?" Tanyanya dengan percaya diri.

Davi hanya diam menatap datar ke arah Dirra lalu kembali menenggak minuman kalengnya.

"Om khawatir aku di culik ya?" Tanyanya lagi tanpa tahu malu.

"Tenang saja om, aku ini petarung jadi gak usah khawatir yah." Ucapnya seraya menyengir dalam hati menggerutu bagaimana bisa ia menyukai omnya si manusia es ah sudahlah dari pada rasa malu semakin menumpuk mendingan ia pergi. Dirra pun berjalan meninggalkan Davi yang masih tak bergeming di tempatnya.

"Mau kabur kemana yah?" Dirra memicingkan matanya menatap Dirga yang sedang menyeret koper.

"Pulang."

"Oh, ya sudah hati-hati ya yah." Ucapnya seraya melambaikan tangannya.

"Kamu juga." Dirga mendelik ke arah putrinya dengan kesal.

"Lah kok mendadak." Ucap Dirra dengan nada terkejutnya.

Dirga berdecak sebelum berkata. "Cepat beresin barang-barang kamu biar Ben yang nunggu kamu."

"Kok gitu yah?"

"Kamu pulang bareng Ben, ayah, ibu dan twins mau pulang duluan." Ucap Dirga lalu kembali menyeret koper.

Dirra berlari menghampiri Dirga, ia tak terima jika hanya dirinya yang di ungsikan ke mobil Ben.

"Yah kenapa harus Dirra yang bersama Ben kan twins bisa."

"Bisa sih tapi kamu lebih berbahaya jika bersama ibu." Ucap Dirga tanpa melihat ke arah Dirra yang sedang menganga lebar tak percaya dengan ucapan sang ayah.

"Berbahaya? Yayah kira aku penjahat gitu?"

"Bukan, ayah cuma gak mau ibu lebih perhatian sama kamu." Dirga tersenyum sinis.

"Ciiiih,,, padahal disini yang berbahaya itu yayah bukan aku. Cuma yayah yang tega misahin anaknya hanya karena rasa cemburu." Ucapnya sinis.

"Ayah cuma pisahin sementara bukan selamanya sayang kamu harus bedain itu." Jawab Dirga seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sama saja." Dirra mendengus sebelum masuk kembali ke dalam rumah.

Mata Dirra mencari keberadaan ibunya dan sebuah senyuman pun terbit di bibirnya, gadis itu melangkah menghampiri sang ibu yang sedang menggendong twin.

"Bb______" Suara Dirra tertelan dengan suara bariton Dirga. Gadis itu mendengus kesal menatap Dirga dengan mata permusuhan.

"Sayang,,,,," Dirga mencium pelipis Aisyah lalu berbisik namun matanya tak lepas dari sosok Dirra.

"Aku curiga." Ucap Dirra dengan memicingkan matanya.

"Ayo bu kita pulang." Ajak Dirga yang hanya di angguki Aisyah.

"Bu,,, bubu tega tinggalin Dirra disini, kalau Dirra diculik om-om ganteng apa bubu rela? Yah kalau Dirra sih gak masalah selagi om-omnya ganteng." Dirra menyengir dengan pikiran yang sudah melalang buana memikirkan perkataannya tadi.

Aisyah hanya menggelengkan kepala melihat putrinya yang senang akan khayalannya sendiri.

"Bangun sayang ini masih sore untuk bermimpi." Bisik Dirga tepat di telinga Dirra.

Dirra tersadar lalu menoleh ke arah ayahnya. Ah sial kenapa otaknya masih sempat-sempatnya berkhayal di saat yang tidak tepat.

"Ibu duluan yah nanti jangan nakal." Ucap Aisyah lalu mengecup pipi Dirra sebelum melangkahkan kakinya keluar.

Kini giliran Dirga yang memberikan senyuman sinis kepada putrinya yang sedang terbengong menatap Aisyah yang mengabaikannya.

"Hati-hati di jalan dan jangan nakalin Ben." Perkataan Dirga sukses membuat Dirra menganga tak percaya.

"Anak ayah Dirra kan bukan Ben?"

Dirga memeluk Dirra lalu mengecup kening Dirra.
"Ya benar tapi kamu yang selalu nyakitin Ben."

"Yah,,,"

"Ayah dan ibu duluan yah." Dirga kembali mencium pipi putrinya lalu pergi begitu saja mengabaikan rengekan Dirra.

*

Di perjalanan pulang Dirra diam tanpa kata bukan hanya itu wajahnya juga tak enak di pandang bahkan Ben kebingungan untuk memulai percakapan.

"Ehemm,, tes,,, tes,,, aaaaa,,, iiiii,,,, uuuuu,,,,, eeeee,,,, oooo,,,,," Ben kembali berdeham untuk mengetes suara seraya menghilangkan kegugupannya.

"Ehemm,, kita jalan yuk."

Dirra melirik ke arah Ben dengan mata malas.

"Kenapa harus jalan kalau ada mobil?" Dirra balik bertanya namun dengan nada yang tidak mengenakan.

"Bukan gitu Dinda, maksud ku kita jalan-jalan kemana ke gitu." Ucap Ben dengan ragu.

"Ogah males."

"Ayolah Dinda kita bentar lagi lulus sekolah dan mungkin saja karena kesibukan masing-masing kita jarang ketemu entar kalau kamu kangen aku gimana, jadi ayo kita puas-puasin selagi kita masih bisa."

"Ciiih percaya diri sekali anda ini, apa tadi kangen? Gak akan pernah ada di dalam kamus aku meski kamu tertelan bumi sekalipun aku gak akan pernah kangen. Inget itu." Dirra mendelik kesal ke arah Ben.

Ben hanya mengangguk dengan senyuman lebar ia berhasil membangunkan singa betinanya.

"Ya, ya, ya aku percaya tapi seandainya aku benar-benar tertelan bumi bagaimana?"

Dirra kembali menoleh dengan mata melebar lalu tersenyum sinis dan kembali keposisi semula tanpa perlu menjawab.

"Ciiih,, pertanyaan macam apa itu." Suara Dirra melemah tak setinggi tadi entah kenapa rasa tak rela bergelayut di hatinya.

"Aku ingin tahu jawabanmu." Namun Dirra hanya diam mengabaikan Ben.

Ben mendengus lalu membelokan mobilnya ke arah puncak tanpa persetujuan Dirra.

Dirra hanya pasrah, ia tahu Ben akan mengajak kemana.

"Jangan khawatir aku sudah ijin sama ayah ibu dan akan mengembalikanmu dalam keadaan utuh tanpa goresan apapun." Ucap Ben namun tak ada sahutan dari Dirra. Gadis itu kembali ke mode diam dan Ben juga tak berniat untuk memulai percakapannya lagi.



================================

Segini dulu klo banyak yg komen Sy lanjut🤣



Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang