Part 17

1.1K 109 48
                                    

Dering alarm mengusik tidur nyenyak sang putri. Perlahan-lahan tapi pasti mata indah itu terbuka lebar dan seperti orang linglung ia melihat kanan kiri dan memperhatikan isi kamar sedetik, dua detik sampai hitungan puluhan detik ia baru sadar dan langsung duduk tegak.

"Ayaaaaaaaaaah jahaaaaaat." Teriaknya membuat isi rumah mendengus karena sebentar lagi pasti ada drama. Sedangkan Dirga terbahak mendengar teriakan putrinya.

Ya saat Dirra dan istrinya sudah terlelap Dirga membopong Dirra ke kamarnya tanpa mengusik tidurnya dan itu berhasil.

Aisyah melihat suaminya yang girang tangannya terulur untuk memukul dada Dirga cukup kuat.

"Mas ini bener-bener deh, Dirra anakku mas kenapa sampai segitunya sih kasihan dia." Sungut Aisyah lalu beranjak untuk keluar kamar namun Dirga menarik pinggul Aisyah lalu mendudukkannya di paha.

"Jangan marah dong sayang ini kan demi kebaikkan kita." Ucapnya tanpa rasa malu.

Aisyah memicingkan matanya lalu hendak berdiri namun tangan Dirga mengeratkan pelukannya.

"Kebaikkan apa hmm,,? Kalau mas masih cemburu sama anak sendiri_____" Aisyah menunjuk perut buncitnya lalu kembali berkata.
"Ini terakhir aku hamil, aku gak mau anak-anak ku menjadi musuh ayahnya sendiri." Lalu melepaskan tangan Dirga dengan kesal.

Dirga terlihat panik lalu mengejar Aisyah dan mendekapnya dari belakang.
"Jangan gitu dong sayang, anak-anak ku bukan musuh. Kamu jangan berkata sembarangan seperti itu."

"Jadi apa? Sebutan apa yang pantas buat anak-anak ku hmm,,, si kembar saja sekarang segan berdekatan dengan ibunya sendiri cuma Dirra yang berani melawan tapi lihatlah mas gak pernah mengalah sama anak-anak." Aisyah kembali melepaskan tangan Dirga lalu berjalan menuju kamar putrinya.

Dirga membuang napasnya kasar lalu mengacak-acak rambut yang sudah berantakan.

Aisyah membuka pintu kamar Dirra, terlihat dari wajah putrinya yang terlihat sangat kesal.

"Mandi dulu yah nanti sholat bareng ibu." Aisyah mengecup kening putrinya seraya mengelus rambut panjang Dirra.

Dirra beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi tanpa sepatah katapun hatinya masih di liputi kekesalan pada sang ayah.

Otak pintar Dirra mencari cara untuk membalas perbuatan ayahnya dan ia pun tersenyum girang.

*
Waktu pun terus berputar Dirra sudah rapi duduk di meja makan ia memperhatikan gerak gerik ibunya yang menyiapkan sarapan, sesekali ia membantu namun jika di suruh saja kalau tidak ya Dirra hanya mengawasi ibunya.

"Bu, bayi kembar kapan lahirnya sih?" Tanya Dirra, ia tak tega melihat ibunya seperti kesusahan membawa perut besarnya sendiri.

Aisyah menghentikan tangannya yang sedang menyendokan nasi goreng.

"Sudah gak sabar ya hmm,,,?" Aisyah balik bertanya namun dengan cepat Dirra menggeleng kepalanya.

"Tidak, aku hanya kasihan sama ibu pasti berat bawa mereka kemana-mana." Ucapnya tanpa basa basi.

Aisyah hanya tersenyum menanggapi ucapan putrinya. Lihatlah watak siapa yang menuruni putrinya sudah jelas kan gen ayahnya melekat kuat.

"Sayang tolong panggilin mereka buat sarapan." Ucap Aisyah dengan lembut dan Dirra pun langsung berlari namun langkahnya berhenti di bawah tangga.

"Tes,, tes,, satu, dua, ehemm,, aaaaaa,,,," Dirra mengetes suaranya.

"Ehemm,,, Ayaaaaaaaaaah,,, twiiiiiiin, anak punguttttt (Ben) kalian di tunggu di ruang makan segera, aku hitung sampai tiga kalau tidak jangan harap ada sarapan buat kalian." Teriaknya.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang