Part 34

495 66 34
                                    

Ben melirik ke arah adik kembar yang baru saja menyelesaikan makan dan membawa piring ke tempat cucian saat hendak berbalik Ben menghadang di belakang Davian sambil menyilangkan tangannya ke dada.

"Mau kemana hmm,,,?" Tanyanya dengan seringaian di wajahnya.

Davian memicingkan matanya melihat gelagat aneh Ben.

"Ke kamar, kenapa bang?" Tanyanya bingung.

"Cuci piring bekas mu dulu sebelum ke kamar, belajar tanggung jawab ya adikku yang manis." Ben menepuk-nepuk kepala Davian dengan lembut membuat bocah itu menatap jengkel ke arah Ben.

Saat Ben hendak melangkah ia melihat Davin yang akan kabur dari dapur Ben langsung menarik kerah baju Davin dari arah belakang.

"Mau kabur hmm,,??" Tanyanya masih dengan seringaian membuat Davin menggeleng dengan cepat.

"Ibu sudah capek mengurus adik kembar apa kamu tega menambah kerjaan ibu dengan mencuci piring bekas makan kalian hmm,,?" Tanyanya membuat Davin menatap Ben dengan mata sendu lalu menghampiri Davian yang sedang mencuci piring, bocah itu cekikikan sendiri melihat abangnya.

"Kamu ngeledek aku dek?" Tanya Davin pada Davian.

"Gak bang,, ya sudah aku duluan yah aku dah selesai." Ucapnya seraya melangkah meninggalkan Davin.

Ben tersenyum melihat adik-adiknya yang menuruti perkataannya lalu ia juga pergi keluar dapur matanya tak sengaja melihat Dirra dengan wajah cemberutnya.

"Hai dinda,," Sapa Ben dengan cengiran lebar menatap Dirra dengan mata genit.

"Apa?" Tanyanya galak.

"Godain aku dong."

"Dih najis."

"Ckkk,,, dinda jangan marah-marah nanti cepat tua."

Dirra melirik Ben dengan mata tajamnya lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia lagi tak bernapsu untuk mengeluarkan jurus yang bisa membungkam mulut Ben.

"Kenapa sih? sini cerita sama abang."

"Ogah,,"

"Gimana kalau kita nonton hmm,,?" Ajaknya.

Dirra tak bergeming gadis itu terlihat sedang berpikir dengan ajakan Ben lalu menggeleng cepat.

"Gak ah nanti kamu modus."

"Ckk,, mana berani aku modusin preman belum nyolek saja sudah kena bogeman entar." Ben terkekeh sendiri membayangkan tingkah Dirra.

Jujur Ben memperlakukan Dirra layaknya barang antik ia benar-benar menjaganya sampai takut rusak jika tangan kasarnya ini menyentuhnya.

"Jadi menurut mu aku ini preman hah?" Dirra bertanya dengan nada tinggi ia sudah cukup kesal dengan ayahnya dan si Ben berhasil menambah kekesalannya.

Ben gelagapan mendengar suara tinggi Dirra.

"Ah bukan gitu Dinda maksud aku, hmmm,,,," Sial Ben kehabisan kata-kata, melihat wajah kesal Dirra membuat otaknya buntu.

"Asal lo tahu ya Ben, gue bukan preman tapi gue ini pendekar bedakan itu. Paham!!" Dirra berucap dengan menunjuk ke wajah Ben tanpa mau di bantah ia berjalan ke arah ruang TV meninggalkan Ben yang memasang tampang cengo mendengar pengakuan Dirra.

Perlahan-lahan bibir Ben tertarik ke atas seraya menggelengkan kepalanya.

"Ya Tuhan gemesin banget sih, mamaaaaaah aku ingin nikaaaah." Teriak Ben dalam hati lalu berjalan menghampiri gadisnya yang sedang menonton kartun kesukaannya.

"Jalan yuk,,?" Ajak Ben.

"Kemana?"

"Ke KUA."

Dirra melirik ke arah Ben dengan wajah sinisnya lalu kembali ke arah TV.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang