Senja kini menampakan keindahannya Dirra mengajak ibunya jalan-jalan ke taman dekat komplek rumah. Ia hanya ingin menyegarkan otaknya mumpung tak ada kegiatan.
"Bu, kenapa ibu mau menikah sama ayah padahal jarak usia ibu sangat jauh?" Tanya Dirra memulai obrolan. Ia sedang berjalan santai bersisian dengan Aisyah mengelilingi taman. Mereka tampak seperti teman bahkan tinggi Dirra melebihi Aisyah.
"Mmm,,, karena ibu mencintai ayahmu, dia cinta pertama ibu." Ujar Aisyah dengan senyuman yang menghiasi bibirnya mengingat dulu ia berjuang sendiri dengan beralasan cinta. Bodoh memang tapi lihatlah kesabaran atas perjuangannya tidak menghianati hasil bukan.
"Apa yang membuat ibu menaruh hati kepada ayah?"
"Entahlah mungkin ini takdir yang mengharuskan ibu berjodoh dengan ayahmu. Ayahmu keras kepala, arogan, dan banyak sikap yang tak ibu sukai tapi berjalannya waktu ayahmu berubah menjadi sosok pemimpin yang selalu ada di depan untuk melindungi keluarganya."
Ya Dirra menyetujui apa yang di katakan sang ibu. Ayahnya rela berkorban untuk keluarganya.
"Ibu, bisakah menceritakan tentang om Davi?" Tiba-tiba Dirra bertanya tentang seseorang yang selalu Aisyah hindari. Ya karena mendengar namanya saja membuat Aisyah tak nyaman. Aisyah tak tahu apa yang harus di katakan kepada anaknya, Dirra berkali-kali menanyakan tentang Davi dan berkali-kali pula ia tak bisa menjawab menurutnya itu aib yang tak pantas untuk di ceritakan apalagi kepada sang anak. Davi hanyalah masa lalu meski Aisyah tak pernah menaruh hati tapi ia pernah dekat dan kedekatannya membuat Davi berubah bahkan Davi pernah terang-terangan menyatakan cintanya meski status Aisyah sudah menjadi iparnya.
Aisyah merasa bersalah tapi ia juga tak bisa melarang Davi untuk mengenyahkan perasaannya.
Belum Aisyah menjawab pertanyaan Dirra ada suara yang memanggil dirinya dari arah belakang.
"Aisyah."
Seketika Aisyah menegang mendengar suara yang sangat ia hapal.
"Om Davi?" Seru Dirra dengan senyuman mengembang. Ia tak menyangka akan bertemu sang pujaan hati disini. Tapi seketika senyuman itu hilang menjadi tatapan sendu yang terpancar.
"Apa kabar Aisyah? Senang bertemu denganmu disini." Davi menatap wanita bercadar dengan perut buncit di hadapannya dengan tatapan rindu. Ya ia selalu merindukan kakak iparnya ini.
Salahkan hatinya yang tak bisa beranjak barang sedikitpun hatinya masih sama seperti dulu, ia tak mengharapkan yang sudah menjadi milik orang lain hanya saja Davi tak bisa menghilangkan perasaan yang membuatnya tersiksa ini. Dia terjebak dengan perasaannya sendiri meski sudah berusaha tuk menghapusnya tapi yang ada cintanya semakin kuat menyakiti hatinya.
"Alhamdulillah baik." Jawab singkat Aisyah setenang mungkin meski dalam hati ia merasa was-was takut suaminya akan mencarinya kesini.
Dirra hanya menyaksikan kecanggungan ibunya dengan Davi. Ia tak lagi mengeluarkan suara karena Davi seperti biasa mengabaikan keberadaannya.
Wajah Aisyah mengernyit merasakan tendangan keras di perutnya lalu tangannya mengelus pelan agar anak-anaknya tenang.
Davi memperhatikan Aisyah lalu menarik lengan Aisyah untuk duduk di kursi taman yang ada di sampingnya tanpa seijin Aisyah.
Meski Aisyah terkejut dengan tangan Davi tapi ia menuruti tanpa perlawanan.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanyanya khawatir yang hanya di angguki Aisyah.
"Udah sore lebih baik aku pulang." Aisyah hendak beranjak dari duduknya tapi tangan besar itu menahan lengan Aisyah.
"Sebentar saja Aisyah, aku hanya ingin disini bersamamu, sebentar saja." Ucap Davi tanpa memperdulikan Dirra yang masih berdiri termangu menatap keduanya.
"Aku tak ingin suamiku berpikiran buruk jika dia melihatku disini denganmu." Lagi-lagi tangan kekar Davi memegang lengannya sontak Aisyah melepaskannya dengan kasar. Ia tak bisa seperti ini dengan Davi apalagi di lihat anaknya yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan entahlah...
Aisyah berdiri lalu menatap Davi dengan mata tajamnya tangannya tak henti-hentinya mengelus perutnya yang terasa kaku.
"Kau tak sepantasnya seperti ini pada kakak iparmu Davi. Aku gak mau yang melihat kedekatan kita pada salah paham." Kali ini Aisyah melangkahkan kakinya pergi dengan menggandeng tangan Dirra mengabaikan Davi yang menatapnya sendu.
"AISYAH BISAKAH KITA SEPERTI DULU, AKU HANYA INGIN MELIHATMU BUKAN UNTUK MEREBUTMU." Teriakan Davi tak menghentikan langkah Aisyah meski Dirra sempat menengok ke arah Davi dengan mata berkaca-kaca.
Kini Dirra tahu alasannya kenapa ayahnya tak suka dengan omnya. Ya karena cinta segi tiga dan sekarang seakan karma itu menyerangnya dengan mempermainkan hati Dirra.
Setelah sampai rumah Aisyah masuk terlebih dahulu Dirra hanya mengekorinya dengan wajah lesu.
"Dari mana kalian?" Suara bariton itu mengagetkan Aisyah. Aisyah tak melihat orang yang sedang duduk di kursi ruang tamu dengan kaki menyilang tangannya menggenggam handphone matanya tajam penuh selidik.
"Kita habis jalan-jalan ketaman mas." Aisyah menghampiri Dirga terus menyalaminya yang di ikuti Dirra.
"Dirra ke atas dulu bu, yah." Ijinnya lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang bertatapan. Bukan, lebih tepatnya ayahnya menatap ibunya dengan tatapan tajam. Meski Dirra kasihan terhadap ibunya yang hanya menunduk tapi ia tak mau melihat pertengkaran karena hal sepele. Ya ayahnya over posesif terhadap sang ibu apalagi tadi Dirra langsung menarik ibunya jalan ke taman tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada ayahnya.
Dirga menarik tangan Aisyah menuju kamarnya lalu mengunci pintu. Aisyah hanya diam karena ia sangat tahu watak Dirga.
"Kenapa gak ijin terlebih dahulu hmm?" Tanya Dirga tangannya bertolak pinggang.
Aisyah mendongak menatap Dirga yang sedang di landa emosi.
"Mas, jangan seperti ini ih aku takut." Aisyah memberikan seulas senyuman."Huh, aku sudah bilang berkali-kali kan kemanapun kamu pergi beritahu aku, aku khawatir Aisyah, kamu sedang hamil besar." Ucap Dirga masih dengan suara tingginya.
"Maaf." Aisyah berjalan mendekat lalu memeluk Dirga meski terhalang perutnya.
Bukan karena hamil besar memang dari dulu Dirga sangat posesif terhadapnya.
Dirga mendaratkan ciumannya ke kening Aisyah lalu membuka cadar Aisyah.
"Aku ingin mandi bersama untuk meredam emosiku." Bisiknya yang sukses melunturkan senyuman Aisyah.
"Tapi aku mau masak mas nanti gak keburu." Ucapan Aisyah berhasil membuat Dirga menggeram ia tak suka di bantah apalagi dengan tak langsung istrinya menolak ajakannya.
"AISYAAH,,,"
Aisyah sadar dengan kebodohannya lalu dengan sangat terpaksa ia menarik lengan Dirga ke arah kamar mandi untuk memandikan bayi besarnya ini.
================================
Apa masih ada yang minat baca cerita ini 😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dirra
Novela JuvenilSequel Kesabaran Seorang Istri Gadis remaja yang tak tahu tentang artinya cinta, yang ia tahu jika cinta adalah suka dengan seseorang. "Aku cinta sama om, om harus tahu itu!" Ucapnya dengan lantang gadis itu tak peduli dengan tatapan orang yang ad...