Ben membelalakan matanya saat melihat berbagai hidangan di atas meja sampai penuh. Bukan masalah harga ia yakin masih mampu untuk membayarnya namun jika semua tak habis kan mubazir pikir Ben.
"Serius kamu mau makan ini semua?" Tanya Ben meyakinkan gadisnya.
Dirra mendongak menatap sinis ke arah Ben sebelum menjawab gadis itu mendengus sebal.
"Apa? Kamu gak mampu bayar hah?" Dirra balik bertanya dengan nada kurang mengenakkan di telinga Ben.
Ben berdecak seraya menggelengkan kepala melihat sikap angkuh Dirra.
"Bukan begitu Dinda, aku masih mampu membayar semua makanan yang kamu pesan, kamu mau memborong semua yang ada di tempat ini juga aku mampu kok tapi masalahnya apa perut mu kuat memakan semua itu?"
"Jadi kamu meragukan kemampuan perut ku Ben?"
"Tuh kan memang aku selalu salah, sudah ya Ben lebih baik diam dari pada merusak mood singa betina." Suara dalam hati Ben memperingati dirinya sendiri.
"Oke,, silahkan di nikmati tuan putri kalau kurang kamu bisa pesan lagi." Pungkasnya.
"Jadi kamu anggap aku rakus gitu?" Dirra mendelik tak suka ke arah Ben.
"Astaga, tolong siapapun yang mendengar jeritan hatiku tenggelamkan aku di rawa-rawa aku sudah tak sanggup menghadapinya." Geram Ben namun senyumannya tak pernah luntur dari bibirnya.
"Adindaku sayang, kesayangannya Ben yang tak ada duanya di makan yah nanti keburu dingin kan gak enak." Ucap Ben dengan suara selembut mungkin.
Sepertinya jika ada ajang pencarian manusia tersabar Ben akan mencalonkan diri, ia yakin akan menang dan menyandang predikat pria tersabar.
Dirra hanya mendengus lalu mengalihkan matanya pada hidangan di atas meja, ya semua makanan yang ia suka ada di meja perlahan-lahan bibirnya tertarik keatas moodnya kembali bagus setelah merasakan kenikmatan di lidahnya.
"Lihatlah gadisnya ini hanya mau tersenyum pada makanan sedangkan padanya hanya wajah kesal yang Dirra tunjukan. Adilkah ini?" Gumam Ben dalam hati. Ia iri melihat makanan yang mendapatkan senyuman gadisnya. Oh sungguh malangnya Ben.
Ben memperhatikan Dirra melahap semua hidangan dengan wajah ceria bahkan gadis itu sampai menggeleng-gelengkan kepalanya tanda jika makanan itu pas di lidahnya membuat hati Ben ikut merasakan senang sekaligus cemburu secara bersamaan. Sepertinya hanya Ben yang cemburu pada makanan. Ah sial Ben menggila hanya karena seorang Dirra.
Kadang Ben suka mikir gadis di hadapannya ini bisa menampung banyak makanan tapi tak ada perubahan sama sekali pada bentuk tubuhnya. Di taruh dimana semua makanan ini kenapa tak menjadi lemak di tubuhnya.
Ben menyodorkan air putih saat melihat Dirra mulai kepedasan.
Dirra pun langsung menerimanya dan meminumnya dengan cepat."Huuh kenapa kamu pesan yang pedas, kamu tahu aku gak bisa makan pedas." Dirra mengipasi mulutnya dengan tangan lidahnya terasa terbakar sekarang untung saja hanya tinggal ini yang tersisa.
"Tuh kan salah lagi, emang kamu gak pernah benar Ben." Gerutunya dalam hati.
"Aku sedari tadi diem loh Dinda, kan kamu sendiri yang pesan kenapa jadi nyalahin aku." Ucap Ben tak terima namun masih dengan nada lembut.
"Hah apa iya, kenapa aku pesan yang pedas?"
Ben mengangkat bahunya tak acuh. "Mana aku tahu."
"Ya sudah pesanin aku es krim cepat."
"Tidak boleh,," Ben menyodorkan teh hangat miliknya yang belum di minum.
"Nih minum ini."
"Gak mau, aku mau es krim."
![](https://img.wattpad.com/cover/207771646-288-k465107.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dirra
Teen FictionSequel Kesabaran Seorang Istri Gadis remaja yang tak tahu tentang artinya cinta, yang ia tahu jika cinta adalah suka dengan seseorang. "Aku cinta sama om, om harus tahu itu!" Ucapnya dengan lantang gadis itu tak peduli dengan tatapan orang yang ad...