Part 13

1K 93 14
                                    

Perjalanan cukup melelahkan butuh 2jam lamanya mereka sampai di tempat asri dengan pemandangan menakjubkan, pohon rindang membuat angin semilir mendinginkan hati yang sudah membeku.

Ah andai saja pujaan hati tak menorehkan lara, ia akan bersenandung riang berteman burung yang berkicau meramaikan suasana namun semua itu hanya ada dalam kata andai.

Jangan tertawakan kemalangan ku yang menaruh hati kepada seseorang yang tak seharusnya ada dalam pikiran ku. Aku sadar disini akulah yang salah yang berani menjatuhkan hati padanya dan inilah yang ku dapat hanya pecahan hati yang entah sampai kapan ku bisa merekatkannya kembali.

Lagi-lagi Dirra menghembuskan napas beratnya pandangan matanya hanya tertuju kedepan tak ada percakapan sedari tadi mereka hanya diam dengan pikiran berbeda.

Ben melirik ke arah gadisnya yang seperti banyak beban lalu ikut menghembuskan napas kasar.

"Ada apa? Ceritakan padaku Dinda." Tanyanya lembut namun Dirra masih sibuk dengan isi otaknya.

Ben menyentuh kepala Dirra lalu mengelusnya pelan sontak membuat Dirra menepis tangan Ben kasar dengan wajah terkejutnya.

"Ada apa? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Ben lagi.

Dirra menatap Ben malas lalu kembali berbalik menatap pemandangan indah.

"Apa sesibuk itu Tuhan sampai tak bisa mengembalikan hatiku seperti semula? Karyamu di hadapanku begitu indah namun ciptaanMu berhasil mengalihkan pemandangan indahMu itu." Lirihnya dalam hati. Sajak-sajak sendu mulai di rangkai dalam hati yang masih belum ikhlas menerima kenyataan pahit ini.

Seharusnya Ben tak membawanya kesini, melihat pemandangan indah hanya membuatnya bertambah sakit karena banyak rangkaian kata "andai" di benaknya. Ingatannya hanya tertuju padanya pada pria yang haram untuk di perjuangkan.

"Andai om bukan adik ayah, andai masa lalu om tidak serumit saraf di otakku, andai om bukan pria tua yang berkarisma, andai om,,,,,"

"AAH SIALAN." Sentak Dirra memaki dirinya yang lemah karena cinta salah alamatnya. Akhirnya kata-kata yang seharusnya hanya di dalam hati tanpa Dirra sadari keluar dari mulutnya membuat Ben tersentak lalu menoleh ke arah Dirra dengan wajah bingung.

"Hah,, ada apa, kenapa kamu membentakku Dinda, apa aku membuat kesalahan?" Tanya Ben dengan wajah panik masalahnya sedari tadi ia hanya diam, pertanyaan yang ia lontarkan juga terus di abaikan Dirra.

Dirra melirik ke arah Ben dengan mata tajam seakan menusuk jantung Ben.

"YA LO SALAH, KENAPA LO AJAK GUE KESINI HAH,,,?" Bentak Dirra bahkan gadis itu terlihat sangat marah.

Ben gelagapan dengan tangan terus menggaruk tengkuknya yang memang gatal.

"Kamu gak suka yah?" Tanya Ben seraya tertawa kaku.

"Gue gak suka tempat ini, ah sial." Dirra kembali mengumpat lalu berjalan meninggalkan Ben yang masih menampakan wajah bingungnya.

"Sabar Ben, singa betina akan jinak pada waktunya." Gumam Ben lalu menyusul Dirra yang sudah duduk di dalam mobil dengan wajah masam.

"Kamu mau kemana hmm,,,?" Tanya Ben.

Dirra nampak berpikir lalu menyunggingkan senyuman miringnya.

"Bertarung." Ucapnya sontak membuat Ben menoleh sebentar lalu kembali ke depan.

"Tidak, aku tidak mau."

"Gue gak ajak Lo bertarung monyet. Gue mau bertarung di ring tinju dengan orang yang sudah mahir." Ucapnya masih dengan senyuman evil.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang