Part 30

793 87 43
                                    

Saat menggotong putrinya keluar mata Dirga tak sengaja melihat sosok yang tak ia harapkan kehadirannya rasa terkejut membuatnya lupa dengan Dirra yang meronta ingin di turunkan dan saat itu juga Dirga melepas tangannya begitu saja yang sedang memegang kaki Dirra sampai bunyi bruukkk mengembalikan kesadarannya.

Dirra tejatuh di lantai dengan posisi mengenaskan namun ayahnya seperti tak ada niatan untuk menolongnya bahkan sang ayah hanya diam meski nampak terkejut namun hanya sesaat sebelum cengiran menjengkelkan itu menghiasi bibirnya.

Dirga mengarahkan matanya kebawah tanpa rasa bersalah melihat wajah Dirra yang sudah merah padam bahkan hidung Dirra sudah kembang kempis dan siap untuk menyemburkan kicauannya. Namun sebelum itu terjadi Dirga sudah melesat masuk ke dalam.

"Ayaaaaaah,,, jahaaaaattttt,,," Teriak Dirra di balik pintu.

"Ayah akan minta maaf padamu setelah urusan ayah dengan ibu selesai oke!!" Jawab Dirga tak kalah nyaring lalu menghampiri istrinya.
Aisyah hanya menggeleng pasrah melihat tingkah suami dan anaknya, bisa-bisanya mereka sesantai itu di saat dirinya ingin mengigit siapapun yang ada di dekatnya.

Sedangkan di luar ruangan Dirra masih terduduk lemah namun tidak dengan bibir gadis itu yang terus komat kamit tanpa suara di depan pintu yang tertutup rapat.

Di rasa sudah lelah dengan aktifitas mulutnya akhirnya Dirra pun mengakhiri sumpah serapahnya yang di layangkan ke pintu, ia melirik ke kanan kiri dirasa tak ada orang Dirra pun bernapas lega namun ia kembali merasakan aura tak mengenakan bahkan membuat bulu kuduknya merinding dan saat ia menoleh kebelakang mata Dirra melotot sempurna bahkan mulutnya menganga lebar tak percaya dengan penglihatannya.

Lihatlah empat pria beda usia itu sedang menatapnya dengan pandangan berbeda bahkan suara cekikikan si kembar membuat suasana semakin mencekam, Dirra tak sanggup untuk bergerak maupun menutup mulutnya sendiri.

"Ya Tuhan aku malu,,,, tolooooong beri aku ember atau apapun untuk menampung rasa malu ini please!!!" Serunya dalam hati.

Dengan slow motion kepala Dirra kembali keposisi semula dan menatap pintu dengan pandangan kosong ia terlanjur malu dengan kejadian tadi.

"Ayo,,," Ajak seseorang dengan mengulurkan tangannya ke arah Dirra.

Dirra mendongak lalu dengan terpaksa ia menerima uluran tangan kasar yang berlapis sapu tangan siapa lagi jika bukan Ben.

Ben tersenyum melihat Dirra begitu terlihat jinak namun bukan karenanya.
Ben melirik ke arah pria tua yang sedang duduk manis di sofa bersama si kembar bahkan sedari tadi pria tua itu tak bergerak sedikitpun di tempat duduknya bahkan wajah datarnya membuat Ben menatapnya sinis. Bayangkan saja sudah memasang wajah sedatar apapun itu makhluk masih saja terlihat keren di matanya membuat hati Ben tak terima dengan apa yang ada di diri Davi.

"Kenapa dia ada disini?" Tanya Dirra yang kini sudah duduk di kursi yang berada di balkon.

Dirra menatap Ben yang hanya diam lalu menghembuskan napasnya dengan kasar kepalanya kembali menunduk.

"Setelah kamu memutuskan panggilan aku langsung kesini dan aku lihat om sedang mondar mandir di depan gerbang entah apa yang dia lakukan disitu dan aku mengajaknya untuk masuk ke dalam walau dia sempat menolak tapi akhirnya dia mau masuk juga." Ujar Ben, ia juga merasa heran kenapa pria tua itu malah hanya berdiri mondar mandir tak karuan di depan gerbang tidak mungkin kan jika salah satu bodyguard Dirga tak mempersilahkannya masuk.

Dirra hanya mengangguk mencoba mengerti namun otak warasnya belum menemukan alasan Davi malam-malam datang kerumahnya.

Ben menoleh ke arah Dirra lalu menghembuskan napas lelahnya.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang