Part 8

2.3K 181 44
                                    


Sesampainya di ruangan Dirga mengunci pintu lalu menurunkan Aisyah di ranjang. Tanpa kata Dirga memeriksa istrinya yang terdapat memar di kedua pergelangan tangan serta kaki membuat Dirga mengerutkan keningnya.

"Brengsek, apa yang dia lakukan sampai kamu seperti ini."

"Ini bukan karenanya."

"Jangan membela bajingan itu Aisyah, biar aku beri pelajaran." Suara Dirga semakin meninggi dengan tangan mengepal.

"Aku bilang bukan dia pelakunya." Suara Aisyah pun tak kalah tinggi meski perutnya masih terasa keram.

"Kamu terus saja membela bajingan itu Aisyah, apa kamu masih menyukainya?" Pertanyaan Dirga membuat Aisyah menggeleng tak percaya Dirga melontarkan pertanyaan kekanakan seperti itu.
Aisyah bangun dari berbaringnya lalu berdiri menatap Dirga dengan sengit.

"Kamu,,,," Aisyah menujuk dada Dirga, menatapnya dengan berani.

"Berhenti berpikiran buruk tentang ku. Kita sudah bersama-sama sampai belasan tahun tapi sedikit pun kamu tidak pernah memahami ku Dirga." Ucap Aisyah berapi-api, Dirga berhasil memancing emosi Aisyah.

"Kamu berani pada suami mu ini Aisyah, kamu lebih memilih membela bajingan itu dari pada menuruti suamimu hah,, aku bilang jangan pernah dekat dengannya dan kamu melanggarnya bahkan kamu pergi tanpa meminta ijin terlebih dahulu padaku." Suara Dirga semakin keras untungnya di ruangannya terdapat kamar khusus yang kedap suara.

Tangan Aisyah terangkat dan mendarat di pipi Dirga dengan mulus, baru kali ini ia menampar Dirga. Ia tak terima dengan tuduhan Dirga tanpa mau mendengarkan penjelasan darinya terlebih dahulu.

"Cukup, terserah apa yang ada di otak pintarmu." Aisyah melangkahkan kakinya hendak keluar namun tangan kekar Dirga menarik lengan Aisyah sampai menubruk dada bidangnya.

"Lepas,," Aisyah berontak memukul dada bidang Dirga dengan sisa tenaganya.

"Kamu berani menamparku Aisyah, aku akan menghukummu."

"Tidak, hiks,, aku tidak mau,,,"

Dirga mendorong tubuh Aisyah kembali ke ranjang lalu menindihnya menciumi wajah Aisyah. Dirga baru sadar jika istrinya tidak memakai cadar, ia pun menghentikan ciumannya.

"Kemana cadarmu Aisyah kenapa kamu melepasnya?!"

"Hiks,,," Tangisan Aisyah pecah membuat Dirga mengurungkan niatnya lalu merebahkan dirinya di samping Aisyah memeluknya sangat erat.

"Jelaskan apa yang terjadi katakan sejujurnya padaku." Ucapnya dengan lembut tangan Dirga mengelus punggung Aisyah yang masih bergetar karena tangisan.

Tangisan Aisyah adalah kelemahannya, Dirga hanya takut Aisyah meninggalkan dirinya dan memilih pria yang lebih muda serta gagah meski Dirga masih gagah tapi memang umurnya dengan Aisyah terlampau jauh membuatnya selalu berpikiran buruk.

*

Di lain ruangan Dirra masih menangis tersedu-sedu karena Ben belum juga siuman.

"Jangan khawatir Ben hanya tidur karena pengaruh obat bius. Sudah jangan menangis lagi yah dia hanya tergores, pelurunya juga tidak terlalu dalam." Ucap Vanessa menenangkan Dirra tapi nihil semua kata-katanya sedari tadi bagaikan angin lalu.

"Hiks,,, dia curang, Aku benci padanya mah." Ucapnya tersedat-sedat di pelukan Vanessa. Vanessa mengelus punggung Dirra dengan lembut.

"Kita pulang yah, biar papah yang jaga Ben."

Dirra menggeleng kuat "Tidak mau, aku ingin memukul kepala batu Ben saat siuman nanti."

"Kok gitu?" Tanya Bobby yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan Dirra dengan sang istri.

"Ben udah menjebak Dirra, pah."

"Iya menjebak apa bukannya disini Ben adalah korban?"

Dirra sudah ingin mengeluarkan kata-katanya tapi tertahan karena suara Ben lebih dulu menyahuti Bobby.

Ben sedari tadi sudah sadar ia mendengar sebagian percakapan Dirra bersama orang tuanya dan ia tak mau Dirra mengatakan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.

"Ha___aus,,,"

Dirra yang mendengarnya sontak berdiri menghampiri Ben dengan mata tajam dan kepalan kuat di tangannya.

Plak

Benar saja Dirra memukul kepala Ben dengan sangat kuat sampai Ben mengaduh sakit.

"Aduuuh,,, kenapa memukulku kalau aku gegar otak gimana?"

"Ciih,, lebih baik kamu gegar otak sekalian dari pada aku ni_____" Ucapan Dirra lagi-lagi terpotong karena suara teriakan Ben.

"Awwh maaah sakit,," Adunya dengan wajah nampak tersiksa.

"Dirra kamu tidak boleh kasar gitu dong sayang, Ben kan lagi sakit." Tegur Vanessa dengan lembut namun sukses membuat mata Dirra berkaca-kaca.

"Ben jahat mah,,, hiks,,, aku benci Ben,,,"

"Apa yang keluar dari mulutmu beberapa jam yang lalu adalah janji loh dinda dan kakanda sudah mencatatnya di dalam hati jadi gak bisa di ganggu gugat lagi, paham?" Ben tersenyum manis membuat Dirra semakin kesal.

Dirra hendak memukul Ben kembali namun tubuhnya melayang karena Dirga dengan sigap membopong Dirra seperti karung.

Ben terkekeh melihat gadisnya meronta memukuli punggung ayahnya.

"Aaaah lepas,,, aku gak mau di culik lagi, turunin Dirra om atau aku akan aduin ke ayah, ayah Dirra lebih seram loh om dari pada jin timur tengah. Tolong,, tolong aku di culik." Teriaknya.

Dokter serta suster yang melihatnya hanya tertawa menyaksikan kekonyolan ayah dan anak itu.

Bruuuk

"Aawwwhh sakit,,,,"

"Jadi ayah lebih seram dari siapa tadi?  Jin?"

Dirra yang masih shock karena di dudukkan dengan kasar di sofa menatap Dirga dengan wajah polos air matanya berhenti seketika.

"Jawab ayah." Teriaknya membuat Aisyah keluar dari kamar yang berada di ruangan Dirga.

"Jangan pernah membentak anakku Dirga." Geramnya, Aisyah masih sangat jengkel kepada suami monsternya karena kesalah pahaman tadi.

Dirga menoleh ke sumber suara dan ia baru ingat jika Aisyah masih ada di sini.
Aisyah menghampiri Dirra lalu memeluknya menatap Dirga dengan tajam.

Dirga menghembuskan napas jengahnya lalu kembali menatap istrinya dengan lembut.

"Dia mengataiku lebih seram dari jin sayang. Kamu mau suamimu ini di katain seram hmm,,?"

"Emang kamu seram, berkacalah kerutanmu sudah nampak jelas."

"Sayang." Dirga menggeram tak percaya dengan perkataan Aisyah.

"Salahnya yayah bu, yayah mengangkat aku seperti karung aku kira penculik." Ucapnya.

Aisyah terkejut karena anaknya juga mengalami penculikan di hari yang sama dengan dirinya.

"Siapa yang menculik kamu sayang hmm,,,?" Aisyah menatap Dirra penasaran.

"Ryan, dia bilang temen yayah sama ibu." Adunya.

Dirga menggeram mengepalkan tangannya, ia kecolongan lagi dan pelakunya adalah orang yang sama di masa lalunya.

"Tunggu disini ayah mau pergi sebentar, ingat jangan kemana-mana sampai ayah kembali." Dirga keluar dari ruangannya dengan tangan mengepal.

Dirra mengangguk mengiyakan sedangkan Aisyah hanya diam memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Mendengar nama seseorang di masa lalunya membuat hati Aisyah gusar ia mengkhawatirkan anak-anaknya yang tak tahu apa-apa dengan masa lalu kedua orangtuanya.

Kenapa harus kembali di saat kesakitan masa lalu telah pudar dan berangsur membaik.

================================




Masih nyambung kan gaeees ceritanya 😂😂








Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang