Part 9

1.6K 134 20
                                    

Sudah berhari-hari Dirga dan Bobby mencari keberadaan Ryan bahkan Dirga mengerahkan beberapa detektif namun hasilnya nihil Ryan seperti tertelan bumi Dirga kehilangan pria itu entah bersembunyi dimana yang jelas Ryan orang yang sangat berbahaya dan licik yang harus Dirga waspadai.

Karena ketakutannya Dirga bahkan menambahkan penjagaan di rumah untuk mengawasi keluarga kecilnya ia tak mau kecolongan lagi untuk kesekian kalinya. Ia tak ingin melihat wanitanya terluka dan ia juga tak sudi Aisyah di tolong oleh pria lain, Dirga merasa gagal menjadi seorang suami yang selalu ada buat istri.

*
"Aku gak mau yah biarin saja kalau dia gak mau pulang biar jadi penunggu rumah sakit." Ujar Dirra dengan wajah kesal.

Bayangkan saja seminggu lebih Ben di rawat di rumah sakit dan bocah lelaki itu selalu bertingkah dengan sikapnya yang membuat Dirra kesal dan beberapa hari yang lalu Ben di perbolehkan pulang namun bocah itu dengan lantangnya berkata pada Dirga.

"Aku gak mau pulang yah kalau Dirra gak menjemputku pulang." Dengan rengekannya membuat orang-orang menarik napas kesal.

Kata-kata sialan yang keluar dari mulut Ben itu membuat Dirra geram dan sekarang dengan teganya sang ayah menyeretnya ikut kerumah sakit hanya untuk menjemput bocah manja itu. Astaga haruskah ia mematahkan tulang rahang bocah sialan itu?

"Gak boleh gitu dong sayang, Ben sudah berkorban nyawa untuk kamu loh masa sih kamu tega biarin dia jadi penjaga rumah sakit." Ucap Dirga seraya berjalan tegap menggandeng tangan Dirra.

"Iiih yayah mah gak pernah belain Dirra lagian siapa juga yang suruh nguntit, Ben juga bego sih kan aku  dari kecil sudah jadi petarung dia malah pasang badan buat di tembak huh." Gumamnya seraya memajukan bibir.

"Berarti dia peduli sama kamu sayang, udah ah jangan manyun gitu nanti tambah mirip sama ikan buntal." Ucapnya seraya terkekeh melihat wajah anaknya yang sangat menggemaskan.

"Kenapa harus di samain ikan buntal sih yah kayak gak ada yang lebih bagusan saja." Ucap Dirra masih dengan nada kesal. Dirga hanya mendengus tak menimpali ucapan putrinya jika di teruskan akan panjang drama perikanan nanti.

Sampai di kamar inap Ben, Dirra menarik tangannya yang ada di genggaman sang ayah.

"Dirra tunggu di sini saja yah." Ucapnya dengan wajah yang di tekuk.

"Tidak, kamu harus masuk biar Ben tahu jika kamu menjemputnya." Ucap Dirga seraya merangkul Dirra untuk ikut masuk.

Dirra pun masuk bersama sang ayah seketika matanya langsung mengarah ke arah Ben, sudah beberapa menit berlalu Dirra masih menatap sebal pada Ben yang sedari kedatangannya tadi Ben hanya memandangnya dengan senyuman lebar.

"Awas kering tuh gigi." Celetuk Dirra pandangannya tajam ke arah Ben. Ben hanya menggeleng masih dengan senyuman lebar.

"Sayang,," Tegur Dirga yang hanya mendapat dengusan dari putrinya.

"Sudah siap Ben,,?" Tanya Dirga.

"Siap dong yah kan ada Adinda." Ucapnya dengan wajah merona.

"Ciiih mukanya biasa saja kali gak usah di mirip-miripin kaya monyet sok imut gitu." Cibirnya namun Ben tak acuh dengan ucapan Dirra seakan ucapan Dirra tadi sebuah pujian untuknya Ben bahkan menyengir girang saat ini.

"Terimakasih dindaku sayang atas pujiannya." Ucapnya masih dengan senyuman lebar.

"Sudah-sudah kalian ini kalau ketemu pasti adu mulut. Ayo kita pulang!" Lerai Vanessa.

"Mah, sebaiknya Ben diperiksa otaknya siapa tahu kan ada saraf yang salah."

"Aku sehat sayang." Geramnya menatap lembut Dirra yang di balas dengan tatapan tajam.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang