#52 - Epilog

3.4K 221 99
                                    

Tit..tit..tit..

Dentingan alarm terdengar santai namun mampu membuat tidur lelap seorang gadis dewasa cantik terganggu. Gadis itu membuka matanya perlahan kemudian menghela nafas dan membalikkan tubuh yang semula tertelungkup.

Kedua tangannya mengusap kasar wajah cantiknya lalu bangkit dan terduduk dengan wajah datar. Kepalanya berpaling menatap tirai yang sedikit terbuka, menatap pantulan terang sinar mentari pagi dengan lekat, kelopaknya pun nampak enggan berkedip. Tak lama kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman tipis.

"Morning bi.. tidur kamu nyenyak kan ??"  Gumamnya perlahan kemudian bangkit dan berjalan kearah jendela, membuka lebar tirai itu, membiarkan sinar hangat masuk kedalam kamar dan menerpa wajahnya.

"Seperti biasa, langit biruku selalu indah saat aku membuka mata dan mengingatmu.."  lagi dia bergumam pelan dengan sebuah senyuman manis.

Mengakhiri aktivitas nya kemudian ia berlalu memasuki kamar mandi.
Di area bawah rumah, seorang anak lelaki tampan tengah terduduk di meja makan bersama kakek dan neneknya, menunggu sang ibunda bergabung dengan mereka.

Langit melipat kedua lengannya diatas meja, wajahnya ia taruh diatas lipatan itu dengan kedua kaki yang ia ayun-ayunkan. Menunggu dengan kesal dan tak sabar karena anindita tak kunjung turun dari kamar sedangkan cacing-cacing dalam perutnya telah berteriak-teriak tak jelas didalam sana.

Cuphh!

Langit mendongak dan tersenyum lebar saat kecupan hangat mendarat di pipi kirinya.

"Morning sayang.." sapa anin seraya duduk disampingnya.

"Morning mommy, mommy lama langit udah laper tau.."

"Sorry, mommy sakit perut tadi.."  jelas anin seraya menaruh kedua tangan di telinganya sendiri seakan menjewer nya, langit mengangguk dan menarik tangan anin kemudian mencium nya.

"I'ts okay mommy.."

Alex dan yasmine hanya tersenyum melihat interaksi manis anak dan ibu itu. Anin melirik kedua orangtuanya dan memberikan senyuman hangatnya.

"Ya udah yuk makan nanti kita terlambat.."  ujar alex, mereka mengangguk dan mulai menyantap sajian paginya.

Tatapan anin tak sedikitpun lepas dari sang anak, ia takjub dan begitu bahagia melihat langit yang tumbuh semakin baik dengan wajah yang semakin mirip dengan orang tercintanya.

"Langit benar-benar copy'an kamu bi.. "  gumam anin dalam hati.

Langit menoleh tak sengaja, ia menaikan sebelah alisnya kemudian tersenyum menyadari sang ibunda tengah melamun.
Kecupan singkat langit pada bibir ranum anin membuat anin mengerjap dan kaget.

"Langit tau langit tampan, tapi ngedip dong mom hihi.. "  pede langit, anin melirik yasmine kemudian terkekeh bersama.

"Ahaha tingkat kepedean langit makin menjadi ya mah .."  yasmine dan alex mengangguk pasti.

"Iya sayang, tapi bener kok langit ganteng banget, opa aja kalah sama langit.."  pujian yasmine membuat langit dengan ikhlas menunjukkan lubang di kedua sisi pipinya.

"Tapi waktu opa muda opa ganteng banget mirip sama langit.. "  timpal alex membela diri, langit hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan karena yakin apa yang alex bicarakan adalah kebenaran.

Setengah jam kemudian langit dan anin tengah dalam perjalanan, anin menyetir dengan langit yang duduk di kursi sampingnya. Anak itu nampak tampan dan menggemaskan dengan balutan seragam merah putihnya, ditambah blazer coklat yang membuat penampilan nya semakin maskulin.

The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang