#50

1.4K 120 4
                                    

Deg..deg..

Deg..deg..

Detakan jantung saling bersautan ramai, telapak tangan yang basah saling berpegangan, lantunan do'a dan bujukan pasrah terus dipanjatkan dengan ikhlas oleh beberapa orang dewasa yang terlihat menunggu cemas di depan ruang operasi sebuah rumah sakit besar di kota bandung.

Riana menggenggam erat tangan anin, anin menggenggam tangan joanna, joanna menggenggam tangan rheandra sedangkan rhea mengepalkan sebelah tangannya sendiri yang menganggur hampa. Di sudut lorong lainnya, citra, jimmy, indira juga syifa pun saling merangkul dan menguatkan. Raut wajah cemas dan khawatir terpampang jelas pada wajah-wajah serius mereka, menantikan sebuah keajaiban Tuhan lainnya bagi si balita cantik kesayangan mereka.

Lampu ruang operasi berubah warna, tak lama seorang dokter keluar darisana, melepaskan maskernya dan tersenyum manis pada mereka. Riana, joanna dan rheandra menghampiri sang dokter.

"G-gimana anak saya dok ??" Tanya riana, dokter melebarkan senyumnya.

"Selamat, operasi pendonoran mata anak anda berjalan lancar dan sukses tanpa kendala apapun.." Wajah sendu penuh cemas mereka berubah menjadi bahagia yang penuh keharuan, riana memeluk joanna dan menangis haru. Rhea mengusap wajahnya dengan kedua tangan seraya tersenyum manis dan mengucap syukur. Citra memeluk jimmy begitupun indira dan syifa yang berpelukan erat.

Namun satu diantara mereka nampak menundukkan kepalanya, tak bisa dipungkiri bahwa anindita pun merasa bahagia tentang kesembuhan balita cantiknya itu tapi di satu sisi hatinya merasa ditikam oleh belati tajam, anin merasa kini hatinya benar-benar kosong dan dingin. Gadis itu membalikan tubuhnya dan berjalan lemas dengan kepala tertunduk menuju sebuah taman disaat yang lain masih larut dalam kebahagiaan dan tak menyadari apa yang ia rasakan.

Anin terduduk lemas diatas sebuah bangku taman, kedua tangannya saling bertautan dengan tatapan yang enggan ia tegakkan. Mata indahnya mulai mengembun dan bergetar.

"V-viana sembuh bi, te-terimakasih.."

Air mata itu jatuh dan mendarat tepat di sela jarinya, anin tak tahan lagi. Semakin keras ia menggigit bibir bawahnya semakin sakit rasa dihatinya. Ia membiarkannya, mengizinkan air mata itu mengalir deras tanpa hambatan dengan kedua tangan yang membekap mulutnya. Tubuhnya luruh dan terduduk di tanah, kepalanya ia sandarkan pada kursi taman dengan tangan yang terlipat sebagai bantalan.

"B-biru hiks ini sakit sayang hiks.. "

"Kenapa kamu tinggalin aku bi hiks.. hiks.. "

Tangan kirinya mengepal erat, anin memukul-mukul dadanya berusaha untuk mengeluarkan segala sesak dan amarah yang ia pendam selama ini. Rasa sesak yang semakin merebak dan membuatnya ingin menyerah saat orang yang paling ia sayangi pergi tanpa bisa ia janjikan kembali.

"Tuhan menyayangi kamu bi hiks t-tapi aku juga butuh kamu disini aku sayang kamu hiks .."

"Kenapa kamu bohongin aku bi ?? Kenapa ? Kamu jahat biru JAHAT !!!!"

Amarahnya membucah, anin benar-benar dalam keadaan yang tidak baik, dia tengah berada di fase terendah kehidupan nya saat ini. Harapannya hanya satu, berharap apa yang ia alami saat ini hanya sebuah mimpi buruk belaka, dan esok hari saat ia terbangun semua akan kembali normal bahkan lebih bahagia dari sebelumnya.

"A-aku harap ini cuma mimpi bi, iya i-ini cuma mimpi anin, cuma mimpi.." anin menegakkan kepalanya, menghapus kasar air mata yang nyatanya enggan berhenti mengalir.

"Kamu pasti pulang kan bi? Aku gak nangis kok sayang, anin nungguin biru dengan senyuman cantik anin" ujar anin menyemangati diri sendiri, dia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan kemudian tersenyum lebar.

The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang