#30

1.7K 170 44
                                    

Sebuah bingkai foto kenangan yang menampakan kecerian dan kebahagiaan dulu kini hanya menjadi lamunan.
Bibir pucat pasinya menyunggingkan seutas senyum yang ia paksakan manis.
Kelopak sayu nya memuntahkan segala perih lewat genangan air mata yang tak dapat lagi ia bendung.

"Kita bertemu dengan sendirinya,
Berteman dengan alurnya,
Bersahabat dengan kisahnya,
Namun Tuhan yang menyatukannya.
Juga Takdir yang memisahkannya."

Ungkapan tulus yang terdengar menyakitkan, meski hanya ia sampaikan lewat gumaman kalbunya.
Tangannya semakin gemetar, dia menaruh bingkai foto itu di dadanya kemudian memejamkan mata lelahnya.

Rumah megah itu terlihat ramai, bukan keramaian yang biasa tercipta karena perdebatan dan tingkah konyol para gadis zerobrain namun karena para petugas medis yang bekerja menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sang tuan rumah untuk menopang kehidupannya di mulai pada hari ini.

Anindita, dokter yang menanganin istrinya sendiri. Dia memutuskan berhenti dari tugas praktek nya hanya karena ingin merawat titan dengan baik, setidaknya izinkan anin membalas semua kebaikan dan pengorbanan titan selama ini padanya dan orang-orang terdekatnya.

Anin menghela nafas panjang dan memaksakan senyumnya saat akan memasuki kamar titan.
Gadis itu perlahan memutar kenop pintu dan masuk kedalam kamar, dilihatnya titan masih tertidur pulas diatas ranjang pribadinya yang di sulap menjadi ranjang medis tak lupa kamarnya pun kini dipenuhi alat-alat medis.

Langkahnya pelan menuju kearah ranjang, tangannya memegang nampan berisi bubur yang ia buatkan khusus untuk istri tercintanya.
Anin meletakan nampan itu diatas nakas sebelah ranjang titan, dia menatap wajah pucat titan kemudian menurunkan pandangannya pada bingkai foto yang titan peluk.

Perlahan anin mengambil bingkai foto itu dan menatapnya lekat, seketika air matanya mengalir. Anin membekap mulutnya menahan isakan kemudian menggeleng kepala.

"A-anin.. "  anin terperanjat, dengan cepat menghapus air matanya dan menunjukan senyum manisnya pada titan yang kini menatapnya juga dengan senyuman.

"Hai sayang.. nyenyak tidurnya ??"  Ujar anin mengusap lembut kepala titan, titan mengangguk pelan.

"S-elama ada kamu, tidurku nye-nyak.. "  bisiknya terbata, anin tersenyum miris.

"Makan dulu ya terus minum obat.."  titan menatap lekat wajah anin, dia hanya tersenyum menanggapi ucapan anin yang tersirat banyak pengharapan. Anin menyendok buburnya kemudian sedikit meniupnya.

"Aaaa~~ .."  titan membuka sedikit mulutnya menerima suapan anin.

"Birunya anin pinter banget sih, makan yang banyak ya sayang biar cepet sembuh"  lagi, titan hanya tersenyum. Ia tau pasti kalimat anin hanya sebagai penghibur dirinya sendiri.

"Aaa sayang.. "  titan kembali menyambut suapan kedua dari anin, begitu seterusnya hingga suapan keempat gadis jangkung itu tak kuat lagi menahan mual.

Anin menarik tubuhnya sedikit terduduk, tangannya memegang pispot dan mengusap punggung titan saat titan kembali memuntahkan makanannya. Gadis itu menutup matanya erat menekan rasa sakit yang merebak memenuhi ruang hatinya.

"Hah.. hah.. "  anin menaruh pispot itu di bawah ranjang kemudian memberikan minum pada titan.

"M-maaf .."  bisik titan saat anin dengan lembut mengusap bibirnya yang terlihat basah.

"Kenapa ??"

"A-ku ngerepotin ka-mu.. "  anin hanya tersenyum padanya, gadis itu hanya tak ingin air matanya kembali mengalir jika menjawab ucapan titan. Namun berbeda dengan titan, dia merasa senyuman anin barusan menandakan bahwa anin mulai lelah merawatnya membuatnya merasa tak enak dan merasa bersalah.

The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang