#36

1.5K 162 14
                                    

"Akhhhhh... "  Rintihan itu terdengar memilukan, gadis yang tengah terbaring lemah dengan pakaian pasien dan tudung pasiennya, beberapa kabel dan selang menempel di tangan, dada dan kepala nya.

"Akhhh hah.. hah.. an-in sakithh ahhh.."   Setitik air mata luruh dari sudut matanya, nafasnya terengah dan matanya terpejam erat.

"Tahan sayang, kamu kuat bi.. "  Ujar anin mengusap kepala titan lembut, titan membuka sedikit matanya dan menoleh pada anin.

"Sa-kittt.. "  Bisiknya lirih, anin mengangguk dia mengecup kening titan berusaha menenangkan.

"Dr. Anin.. "  Anin menegakan tubuhnya, dia menoleh pada dr. George yang berada di belakangnya.

"Ini akan semakin menyakitkan, saya harus memasukkan antibody dengan dosis lebih tinggi, tolong bius istri anda.."  Jelas dokter itu, anin mengangguk cepat, dia mengambil suktikan bius kemudian menghampiri titan.

"Bi.. Maaf aku harus bius kamu "  Titan hanya mengangguk lemah, kembali memejamkan matanya dan memalingkan wajah nya.

Anin mengoleskan alkohol pada lengan titan dan mulai menusukan jarum suntik disana seraya memperhatikan ekspresi wajah titan yang mengernyit semakin dalam.
Tangannya mengusap kepala titan, mendekatkan wajah pada telinga nya.

"Tidur sayang.. Tenanglah, aku disini.. Anin akan selalu ada disamping biru, ingat semua kebahagiaan kita bi.. Anin sayang biru.. "  Bisik anin menyalurkan rasa cinta dan kasih sayang mengantarkan titan pada alam bawah sadarnya.
Dia mengecup lembut kening titan dan kembali menegakkan tubuh saat sadar titan telah dalam pengaruh obat bius nya.

"Kita bisa mulai dok.. "  Ujarnya pada dokter george, dokter itu mengangguk menarik meja kecil berisikan peralatan yang ia dan anin perlukan kemudian memulai prosedurnya.





Beberapa jam kemudian, titan membuka matanya perlahan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang kini kosong. Dia menatap langit-langit kamar bercat putih itu dengan mata yang mengembun namun dengan cepat menutup matanya, tak mengizinkan air mata itu meleleh keluar.

Ceklek!

Pintu terbuka, titan menoleh dan tersenyum hangat pada seseorang yang juga menunjukan senyuman hangat padanya.

"Better..?"  Tanyanya seraya duduk disamping ranjang titan.

"Luar biasa, terimakasih dokter.. " 

"Istri kamu sedang menyiapkan makan siang untuk langit dan yang lainnya, gapapa kan saya yang temani kamu disini ?"

"Gapapa dok, maaf merepotkan.. "  Dokter George hanya tersenyum menanggapinya, dia membalikkan tubuhnya mengambil berkas dari dalam laci kemudian membacanya.

Titan menatapnya sesaat kemudian memalingkan wajah menatap jendela di samping kanannya. Lagi-lagi bibir tipisnya terangkat mengulas senyuman tak jelas arti saat dokter george membacakan hasil pengobatan nya selama ini.

"Istirahat lah dan jangan memikirkan apapun dengan keras, jaga kondisi fisik kamu.."

"Terimakasih.. "  Jawabnya singkat dan pelan tanpa menoleh pada dokter george yang kini bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari sana.

"Hahhhh.. "  Helaan nafas berat titan, dia memejamkan matanya dan mencoba terlelap.




Diluar, anin dibantu riana dan joanna tengah menyiapkan makan siang mereka. Sedangkan rheandra, citra dan jimmy mengajak langit, viana dan kaindra bermain di ruang tengah. Perhatian anin, riana dan joanna teralih pada dokter george yang berjalan kearah mereka.

The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang