#11

1.8K 182 4
                                    



Pintu ruang operasi terbuka, kevin dengan sigap bangkit dan menghampiri sang dokter.

"Dok.. gimana keadaan anak dan istri saya??"  Tanyanya panik,


"Tenang dulu dokter kevin, istri anda mengalami patah tulang leher dan limpa yang pecah akibat benturan keras namun beruntung dia bisa melewati masa kritisnya.."  kevin menghela nafas dan tersenyum tipis.


"Tapi maaf anak anda .. " 


"Anak saya kenapa dok? Dia selamat kan??"  Pria itu menyela kedua tangannya mengguncang tubuh sang dokter.


"Anak anda kehilangan banyak darah dan kehilangan pengelihatannya.. maaf"  seketika tubuhnya menegang namun kedua kakinya terasa lemas, kevin kembali terduduk lesu dan mengeluarkan air mata. Dokter itupun ikut duduk disebelahnya dan mengusap bahu kevin.


"Tuhan masih memberikan kesempatan untuk anak anda, tolong bantu saya carikan pendonor darah dengan golongan darah AB resus positif karena bank darah kehabisan stok dan tidak mungkin saya ambil dari sang ibu, tabahkan hati anda dokter kevin, saya permisi"


Kevin masih tertegun ditempatnya, pria itu benar-benar merutuki kesalahannya, dialah yang menjadikan kedua malaikat itu menderita saat ini. Namun beberapa menit kemudian kevin tersadar kemudian berlari kearah kamar titan.



Ceklek!


Dengan perlahan kevin berjalan kearah ranjang titan. Anin disana, dia tertidur dengan posisi terduduk dan tangan menggenggam tangan istrinya.
Pria itu berdiri tepat disamping ranjang titan, menatap lekat wajah pucat sang kaka ipar dengan mata yang berkaca-kaca.


"Maafin gue kak, gue gagal"  kevin berbisik sendu di telinga titan, tangannya mengusap lembut kepala gadis itu.


Tak lama titan membuka matanya, tatapannya jatuh tepat pada manik biru kevin, dia menatap lekat mata kevin mencari tahu apa yang enggan pria itu sampaikan. Titan dengan perlahan bangkit melepas genggaman anin ditangannya dan turun dari ranjang.


"Mau .. "


"Stttt.. bantuin gue pindahin anin kesini"  sela titan, dia berbisik pada kevin. Kevin hanya mengangguk dan mematuhi titah sang kaka ipar.


"Kita bicara diluar!"  Gadis itu berjalan tertatih-tatih menuju pintu dengan tangan kanan menggenggam kantung infusnya. Kevin mengikuti nya dibelakang.



Keduanya kini terduduk di kursi depan ruangan titan, gadis itu menghela nafas dan menggelengkan kepalanya mengusir pening. Kevin masih terdiam dengan tatapan pada ubin putih dibawahnya.


"Apa yang bikin lo ragu buat cerita sama gue vin ??"  Tanya titan, kevin perlahan membawa pandangan pada titan.


"Riana dan viana udah ketemu kak" 


Titan melebarkan mata, "lo serius ?? Dimana mereka vin? Mereka baik-baik aja kan ?? Gue pengen ketemu mereka"
Kevin mencengkeram tangan titan saat gadis itu hendak beranjak.


"Mereka selamat kak, riana berhasil melewati masa kritisnya"  senyuman penuh syukur tercetak di bibir tipis titan, sedetik kemudian dia mengerutkan dahinya.


"Lo gak seneng riana selamat??" 


Kevin tersentak, "b-bukan gitu kak gue seneng gue bahagia banget.. "


"Trus kenapa ekspresi dan nada bicara lo kayak gitu??"


"Vi-viana kak.. "


The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang