#27

1.5K 176 20
                                    

Keesokan harinya, anin yang tak memiliki jadwal praktek memutuskan untuk ikut ke kantor istrinya sekedar berkunjung sekaligus memantau keadaan bistro. Dia bersama langit tengah berkeliling bistro luas itu meninggalkan titan yang tengah berbincang serius dengan indira, sekertaris nya.

Sebenarnya anin tak pernah sedikitpun setuju dengan keputusan titan yang dengan mudahnya memaafkan indira dan mengangkatnya jadi sekertaris pribadinya, namun jika berurusan dengan titan dan pekerjaan nya gadis itu tak bisa apa-apa dan hanya pasrah mendengar penjelasan atau lebih pada penegasan dari sang istri.

Langit tengah bersantai di area rooftop, balita itu duduk diatas ayunan rotan yang sengaja di sediakan untuk membuat pengunjung merasakan kenyamanan. Dia menatap langit biru di hadapannya, tangannya menggenggam sebuah robot yang baru saja ia dapatkan dari pegawai mamanya.
Tatapannya lekat seakan tengah memikirkan sesuatu atau mungkin hanya menikmati keindahannya.

Anin berjalan perlahan kearahnya, dia menatap anaknya yang masih sibuk menatap langit. Anin duduk di sebelah langit kemudian mengusap lembut kepala sang anak membuat langit seketika menoleh.

"Langit ngelamun ??"  Tanya anin lembut, langit hanya menatapnya dan kembali menatap kedepan membuat anin bingung.

Senyuman manis langit yang menampakan lubang dipipinya membuat anin pun ikut tersenyum, dia melihat sosok titan dalam diri langit. Lesung pipinya, bentuk wajahnya, caranya melamun dan caranya memperlakukan orang-orang disekitar pun sangat mirip dengan titan. Setidaknya jika nanti Tuhan menjemput titan masih ada langit yang menemaninya, anin menggelengkan kepala atas pemikiran nya.

"Langit laper gak ??"  Langit menoleh dan mengangguk cepat.

"Makan yuk, mommy pesenin seafood ya.."  namun kemudian balita itu menggeleng kepala.

"Kenapa ?? Mau makan yang lain ??"

"Langit mau mam cama mama, langit nunggu mama aja ya mom.."  anin tersenyum kemudian mengusap pipi tembem langit.

"Yaudah kita makan bareng mama ya nanti"  langit tersenyum dan mengangguk kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan anin.

Anin tersenyum menatap anaknya yang meniru sifat manja mamanya, tangannya mengusap kepala langit dan mengecupnya.

"Langit cayang mommy, langit cayang mama.." 

"Mama dan mommy juga sayang banget sama langit, bagi mama sama mommy hadirnya langit itu anugerah terindah yang Tuhan kasih..". Langit tersenyum menarik lengan anin dan menaruhnya di dadanya.

"Buat langit, mama cama mommy itu bidadali Tuhan, mommy tau dak tiap langit beldoa langit celalu minta mama cama mommy bahagia, langit minta cama Tuhan jangan pelnah picahin mama cama mommy cama langit juga.."  anin menggigit bibir bawahnya mendengarkan kalimat terpanjang dari anaknya yang menyentuh relung hati nya.

"Langit dak mau ayah mom, langit dak butuh daddy, langit cuma mau mama cama mommy celamanya.."  balita itu menarik lengan anin dan mencium telapak tangan juga punggung tangannya, anin semakin dibuat terharu dengan tindakan manis anaknya, matanya semakin mengembun.

Anin mendongak menatap langit diatasnya, " Tuhan aku mohon aminkan setiap do'a dan permintaan malaikat kecilku ini, persatukan kami dalam waktu yang tak terbatas hingga kami benar-benar lelah dan siap berpulang ke rumah abadi-Mu"

Air matanya menetes dan jatuh tepat mengenai wajah langit, balita itu mendongak menatap lekat anin, dia bangkit dan naik kepangkuan anin, memeluk tubuh anin erat.

"Mommy angan cedih, mama cama langit dak akan ninggayin mommy kok.. "  bisiknya, anin memeluk tubuh anaknya, mengusap lembut kepala belakangnya.

The Deep Regret (Beautiful pain chapt 2) GXG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang